Mustika Land pertama kali didirikan oleh Andrian Sudjana dengan nama Budi Mustika. Nama tersebut diambil dari nama kedua orang tuanya. Saat ini Mustika Land dikomandoi oleh David Sudjana sebagai generasi kedua penerus perusahaan yang terus berkibar melaju lebih cepat.
Nama “Mustika” tentu memiliki arti dan makna, bisa diceritakan?
Perusahaan ini didirikan oleh bapak saya Andrian Sudjana. Awalnya dengan nama Budi Mustika. Nama tersebut diambil dari nama kedua orang tuanya atau kakek dan nenek saya. Jadi pertama kali mulai men-develop tahun 1995. Akhir 2002 saya pulang dari studi luar negeri, mulailah belajar dari bawah, seperti mengurus perizinan, administrasi, marketing dan lain-lain.
Dalam perjalanan tersebut, kami mulai memikirkan sebuah nama yang kemudian menjadi brand, sehingga lebih mudah diingat. Dari situ akhirnya kami sepakat untuk tetap menggunakan nama nenek saya, yaitu Mustika. Sejak 2014 brand Mustika Land ini mulai kami kenalkan, saat launching proyek kami di kawasan Jababeka, Cikarang.
baca juga, TREN HARGA DAN SUPLAI RUMAH SEKEN NAIK DI FEBRUARI, TANGERANG JADI…
Apa yang dilakukan ketika perusahaan ini menghadapi krisis, termasuk akibat pandemi Covid-19?
Kalau saya belajar dari bapak saya, pertama, dia sangat mengandalkan Tuhan. Kedua, banyak mitra termasuk pegawai yang sangat mendukung, sehingga ketika kami baru bangkit dimana bahkan ketika tidak memiliki uang, namun kami bisa bertemu dengan beberapa rekan yang mau membangun dengan modal kepercayaan. Kami juga bisa mendapatkan tenaga marketing yang punya terobosan-terobosan, yang tentunya men-support kami selalu.
Itu juga yang saya lihat selama masa pandemi Covid-19. Mungkin sama dengan perusahaan yang lainnya terutama di tiga bulan pertama, kami juga takut, semuanya seperti freeze. Langkah pertama kami saat itu adalah melakukan adjustment terhadap gaji pegawai. Kami juga komit supaya jangan sampai melepas aset perusahaan (pegawai) tersebut. Setelah jalan 3 bulan kami menyadari bahwa penyesuaian gaji tersebut juga memberatkan mereka. Akhirnya kami kurangi pemotongan dan sampai benar-benar tidak ada potongan sama sekali.
Jadi dalam kondisi susah seperti ini kita seharusnya menggendong balik orang-orang yang selama ini menggendong kita. Kenapa sampai saat ini kami masih survive, itu karena orang-orang di sekeliling dan orang-orang di dalam kita inilah yang terus membantu kita.
Bagaimana dengan kondisi penjualan properti di proyek yang dikembangkan oleh Mustika Land?
Kalau dari sisi penjualan terutama di 3 bulan pertama pandemi Covid-19, itu pasti hebat sekali pengaruhnya. Bahkan bukan cuma 3 bulan tetapi sampai 1 tahun, kami masih merasakan adanya perlambatan. Apalagi pembeli kami juga kebanyakan adalah end user, dimana sebagian besar mereka beli menggunakan cicilan KPR perbankan. Sementara di satu sisi mereka juga khawatir kalau-kalau mereka dirumahkan oleh perusahaannya. Sehingga keputusan untuk membeli pastinya mereka tunda.
Selain itu, proyek-proyek kami menyasar kelas menengah ke bawah, dimana pada segmen ini mereka tidak punya banyak simpanan uang. Dengan demikian, ketika pekerjaan mereka terganggu, mereka tidak punya saving. Tetapi saat ini kami melihat bahwa animonya sudah mulai bagus kembali, mulai tumbuh. Bahkan penjualan kami saat ini juga sudah lebih baik daripada sebelum pandemi Covid-19.
Kita lihat program-program yang ditawarkan pemerintah, kemudian keyakinan masyarakat akan pandemi ini, dan saya juga melihat kerja keras dari tim di bagian proyek, tim sales, tim legal dan lainnya, sehingga meskipun kondisi lagi susah tetapi mereka terus membangunkan kepercayaan.
Proyek mana saja yang punya kontribusi bagus selama pandemi?
Sebenarnya ketiga proyek kami masih perform, yakni Mustika Village Sukamulya di Cikarang, Mustika Park Place di Cibitung dan Mustika Village Karawang yang kami buka tahun lalu. Ketiga proyek tersebut memberikan kontribusi positif kepada kami. Kami melihat Animo masyarakat lumayan bagus dan terus berkembang. Apalagi segmen pasar kami cukup luas, ditambah dengan lokasi yang menunjang, terutama di dalam kawasan industri dimana terdapat banyak pekerja.
Mustikla Land hanya fokus menggarap proyek di Timur Jakarta?
Sebenarnya proyek kami juga ada di barat Jakarta yaitu Mustika Tigaraksa, tetapi sudah habis di tahun lalu. Kami sementara mencari lahan di barat dan juga di selatan Jakarta. Proyek yang sedang berjalan ada 3 perumahan dan satu apartemen di Jababeka. Untuk apartemen sebenarnya penjualan waktu itu sudah hampir selesai, namun dikarenakan ada gangguan pandemi, sehingga beberapa konsumen yang batal. Akhirnya unit-unit yang batal tersebut kami furnish, kemudian kami sewakan.
Kebetulan di Jababeka juga banyak ekspatriat-nya, sehingga sekarang kami sewakan ke banyak orang Jepang. Jadi secara tidak sengaja kami memiliki bisnis recurring income. Oleh karenanya, proyek apartemen tersebut kami sudah sudah selesai 100%. Sertifikat juga sudah dipecahkan semuanya, izin-izin juga sudah beres. Secara total, hingga saat ini kami sudah bangun sekitar 20.000-an unit rumah.
Seperti apa segmen pasar yang disasar oleh Mustika Land?
Masyarakat menengah ke bawah. Kami punya dua sub-brand yang sedang kami kembangkan untuk rumah tapak. Rumah dengan harga dibawah Rp350 juta, kami gunakan sub- brand Mustika Village. Dimana kami membangun rumah murah dengan harga affordable, namun berkualitas dan tidak murahan. Proyek-proyek tersebut, antara lain Mustika Village Sukamulya Cikarang dan Mustika Village Karawang.
Kemudian brand kami yang kedua adalah Park Place yang memasarkan perumahan dengan harga Rp300 jutaan sampai Rp1 miliar. Saat ini Park Place berada di Cibitung dan satu lagi akan kami kembangkan di Cileungsi, yang nanti namanya adalah Park View. Proyek tersebut akan kami buka pada kuartal ketiga 2022 ini di lahan seluas 20 hektar. Harganya berkisar mulai Rp500 juta sampai Rp1 miliaran.
Apakah Mustika Land juga menyasar pada segmen rumah subsidi untuk MBR?
Banyak. Justru kami lahirnya dari rumah subsidi. Bahkan sampai sekarang pun kami masih menawarkan rumah subsidi, seperti di Perumahan Mustika Village Sukamulya dan Mustika Village Karawang. Waktu itu perencanaan awal kami adalah membangun sebanyak 60% rumah subsidi. Ternyata setelah kami jalankan dengan konsep dan kualitas yang kami rencanakan, justru menjadi terbalik.
Rumah subsidi menjadi hanya 40% dan 60% adalah komersil. Lebih banyak yang memilih ke skema yang non subsidi. Itu karena cicilan harganya tidak terlalu jauh. Hanya beda beberapa ratus ribu perbulan, tetapi mereka sudah bisa mendapatkan rumah yang upgraded, baik secara kualitas maupun tampaknya.
Bagaimana dengan sumber pendanaan proyek tersebut?
Kami bersyukur bahwa sebagian besar pengembangan produk kami adalah dari modal sendiri. Sebelum pandemi kami juga sudah banyak mengurangi pinjaman. Karena kami berpikir bahwa saat itu keadaan juga masih kurang positif, dan tidak lama setelah itu ketemu dengan pandemi Covid-19. Oleh karenanya selama pandemi kami juga tidak terlalu sampai berat.
Apa strategi besar yang dilakukan oleh perusahaan sehingga terus eksis dan bertahan sampai saat ini?
Saya rasa ada dua hal. Pertama adalah kita juga mesti menjaga cost. Sebagai pengembang kita harus tetap menjaga secara biaya harus tetap kompetitif. Kedua adalah produk-produk tersebut harus customer minded. Dimana kita harus menciptakan produk-produk yang bagus berdasarkan dari kebutuhan konsumen juga affordable.
Dari ketiga proyek yang masih berjalan, bagaimana dengan update pemasarannya?
Kalau yang di Cibitung mungkin sudah sekitar 45% terjual. Di Cikarang dari 3000 rumah, sudah terjual sekitar 640 rumah. Sementara di Karawang masih baru, dari 500 rumah, mungkin sekitar 40% terjual. [Pius Klobor]•