Kebaya memang sering menjadi pilihan busana khas yang dipilih oleh banyak perempuan di Indonesia, terutama saat momen spesial seperti wisuda, pernikahan, atau acara kenegaraan. Bagi banyak perempuan di kota besar, memakai kebaya bukan sekadar menunjukkan identitas nasional atau tradisi lokal, tapi juga menjadi wujud dari identitas pribadi, status sosial, serta nilai-nilai multikultural yang mereka anut. Dengan kata lain, pilihan kebaya bukan hanya soal estetika, tapi juga sebagai cara perempuan perkotaan berkomunikasi dan bernegosiasi dengan norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu, artikel ini akan mendalami bagaimana kebaya berhubungan erat dengan identitas perempuan melalui pendekatan teori identitas dan pakaian.
baca juga, Jalan Tol Serpong – Cinere Diberlakukan Penyesuaian dan Pemberlakuan Tarif, Berikut Daftarnya!
Kebaya yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai busana nasional, menjadi cultural display bangsa Indonesia, dikenakan dalam berbagai acara resmi seperti wisuda, pernikahan, pesta, bisnis meeting dan acara resmi kenegaraan. Definisi kebaya adalah pakaian tradisional wanita Indonesia berupa blus atau atasan berlengan panjang, dengan bukaan di depan. Selain bahan dan modelnya beragam, panjang kebaya juga bervariasi; dari yang pendek sepinggul hingga panjang selutut bahkan sebatas betis. Dikenakan bersama bawahan sarung atau kain panjang yang dililitkan membalut tubuh dari pinggang ke mata kaki.
kebaya sebagai simbol feminitas (identitas gender) hingga kebaya ditinjau dari sisi historis yang mengalami transformasi cara berpakaian orang Indonesia – yang sebelumnya hanya menutup tubuh bagian bawah kemudian menutup seluruh tubuh yang dipengaruhi oleh datangnya berbagai bangsa ke Indonesia, baik melalui hubungan dagang, penyebaran agama maupun penjajahan. Dengan demikian, kebaya terbentuk dari hibriditas budaya beragam bangsa.
Sejatinya di dalam kebaya itu sendiri terkandung deskripsi tentang perempuan Indonesia yang erat dengan nilai-nilai feminitas, identitas personal, identitas kelas, norma sosial dan budaya, sampai ekonomi- politik. Di dalam kebaya terdapat identitas lokal yang berdialog dan bernegosiasi dengan identitas global sehingga dapat dikatakan bahwa globalisasi yang memberi pengaruh dalam busana kebaya tidak hanya berasal dari budaya luar (Barat) melainkan juga berasal dari budaya bangsa lain (Timur).
Kebaya menjadi bagian dari fashion yang mengusung gaya hidup urban, tidak hanya berada dalam ranah ‘pakaian tradisional’ yang setia engan pakemnya. Beragam desain kebaya yang ditawarkan oleh para perancang busana menggambarkan dinamika yang mewakili kebutuhan perempuan urban masa kini yang independen, aktif dan atraktif. Identitas yang ingin ditampilkan oleh perempuan melalui kebaya akan bermain dalam wilayah yang bersifat dinamis bersamaan dengan terus berkembangnya zaman dan berubahnya cara pandang masyarakat terhadap pakaian yang dikenakan oleh perempuan.
Berkebaya bagi seorang perempuan tidak saja untuk mengaktualisasi dirinya melalui pakaian namun memiliki pemahaman yang luas, mulai dari identitas sampai wujud cinta bangsa. Konsep dalam berpakaian bersifat holistik, pakaian dianalisa sebagai bagian dari konfigurasi perilaku manusia yang datang dari masyarakat tertentu, waktu dan tempat tertentu dimana pakaian juga menjadi media komunikasi yang efektif mengenai identitas personal dan sosial budaya. Selain itu, perempuan yang memakai kebaya bukan hanya sebagai pemakai tetapi juga menjadi referensi analisis yang melatarbelakangi terjadinya transformasi kebaya dilihat dari kesejarahan sampai aspek fungsional yang direlasikan dengan konsep identitas.


Jenis Kebaya
• Kebaya Ecim
Tipe kebaya yang satu ini asalnya dari Betawi, namun memiliki pengaruh dari kebudayaan Tionghoa dan Melayu. Secara penamaan saja, ‘encim’ sendiri berarti ‘bibi’ dalam bahasa Hokkien. Pada zaman dahulu, memang kebaya ini banyak digunakan oleh etnis Tionghoa. Meskipun begitu, dalam versi sejarah lain juga menyebutkan bila perempuan Portugis dan Belanda sudah mengenakan pakaian ini sebagai pengganti gaun yang terlalu panas bila digunakan di Indonesia.
Bahan yang digunakan dari kebaya encim umumnya berasal dari katun. Meskipun ada pula yang menerapkan bahan lain seperti katun hingga nilon. Kebaya ini sangat identik dengan warna yang cerah serta memiliki motif bunga pada bagian ujung lengan dan bawah baju. Selain itu, ada pula motif kebaya Betawi yang tak memiliki unsur Tionghoa yaitu yang berwarna polos.
• Kebaya Jawa/Sunda
Bagi Anda yang tinggal di pulau Jawa, tentu kebaya yang satu ini sangat familiar untuk ditemui. Ciri utamanya adalah bahannya yang tembus pandang, sehingga perlu untuk menggunakan tambahan kemben. Kain yang digunakan umunya berbahan brokat. Payet juga kerap jadi ornamen pendukung yang membuat kebaya ini kelihatan semakin anggun. Kerahnya juga memiliki bentuk layaknya huruf ‘V’ atau vertikal.
Dahulu, kebaya ini banyak dipakai oleh orangorang kerajaan atau bangsawan. Perlahan, kebaya ini pun menjadi pakaian dari berbagai kalangan. Dalam perkembangannya, kebaya Jawa juga mulai berkembang jadi varian lain. Seperti kebaya kutubaru yang memiliki tambahan kain di bagian depan tubuh antara sisi kiri dan kanan kebaya, serta model Kartini yang kerap dipakai oleh R. A. Kartini.
• Kebaya Bali
Kebaya Bali adalah kebaya yang satu ini dipadukan dengan selendang dan pinggang. Sementara untuk tampilannya banyak yang menggunakan kain-kain berwarna cerah. Misalnya oranye, kuning, biru, merah muda, hingga ungu. Hal ini menjadi perlambangan dari sifat ceria perempuan Bali.
Biasanya, bahan dari kebaya Bali kurang lebih sama dengan kebaya Jawa, yaitu brokat. Meskipun ada pula yang memakai bahan katun. Jenis kebaya ini juga memiliki motif, seperti motif teratai dan motif bulat.
• Kebaya Labuh
Kebaya yang berasal dari Kepulauan Riau ini juga salah satu kebaya yang cantik dengan panjang hingga ke bawah lutut. Baju ini juga bisa dibilang serupa dengan baju kurung khas Melayu.
Namun, kebaya ini bagian bawahnya terkesan lebih lebar dan terbuka. Hal tersebut membuat kebaya ini seakan memberikan siluet tubuh yang indah kepada penggunanya.
• Kebaya Modern
Tahun 2000, masa kejayaan kebaya kembali. Para perancang busana berlomba membuat kebaya modern dengan bentuk yang sangat serasi di badan dengan beragam bahan kain kebaya yang indah, bahkan menggunakan bahan yang mewah, seperti sutera organdi, lace, kain shantung bahan tekstil impor, serta berbagai bahan yang terbuat dari serat alam lainnya, seperti tenunan serat nanas dan serat pisang.
Bahkan ada pula kebaya yang kini terbuat dari perpaduan unsur dan bahan, seperti logam, kristal, serta beragam manik-manik dan kerang.
Sesuai dengan namanya, kebaya modern merupakan kebaya dengan sentuhan yang lebih modern. Bentuk serta pola sudah tidak mutlak seperti kebaya asli. Sudah terdapat perubahan pada beberapa bagian kebaya. Termasuk dalam hal hiasan, bahan, corak, dan mode mulai mengikuti tren yang ada. Salah satu yang termasuk dalam kebaya modern adalah kebaya modifikasi. Banyak perancang busana tradisional yang menggunakan kebaya modifikasi.