Beranda Liputan Utama MENAPAK PELUANG GREEN MATERIAL

MENAPAK PELUANG GREEN MATERIAL

0
Green Material

Penerapan terkait juga dengan material bahan bangunan yang digunakan sebagai green material green concept . Pengertian sangat green
material merujuk pada bahan material yang menggunakan sumber daya alam yang terdiri dari elemen terbarukan. Selain itu green material juga menggunakan bahan dari daur ulang ataupun bahan yang juga dapat didaur ulang kembali. Hal ini memungkinkan green material pada saat digunakan bahkan ketika dibuang tidak mencemari lingkungan, tidak merusak lingkungan, dan tidak mengganggu kesehatan.

baca juga, VIRIDI INDONESIA, MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERBAIK BAGI LINGKUNGAN

Terkadang banyak juga bahan bangunan yang ramah lingkungan, namun ternyata dalam proses produksinya kurang memerhatikan konsep green. Belum lagi selama proses pemasangan dan konstruksi pasti juga akan menimbulkan limbah konstruksi akibat material sisa. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa material konstruksi menyumbang 15-30% dari sampah kota. Karena sebagai green material harus memerhatikan: Apakah sumber materialnya berkelanjutan? Apakah proses produksinya ramah lingkungan? Bagaimana sistem distribusinya yang hemat energi dan tidak membuang banyak karbon? Apakah proses pemasangan menghasilkan sampak yang minimum? Bagaimana dengan penghematan energi selama proses produksi dan setelah produk terpasang?

Beberapa bahan material yang ramah lingkungan adalah:

1. Kayu: Kayu telah menjadi pilihan utama sebagai material untuk membuat hunian. Keunggulan kayu tidak hanya terletak pada ketersediaannya yang mudah namun juga pada aspek keberlanjutannya, jika dibandingkan dengan beton atau baja. Salah satu kelebihan kayu yang patut diunggulkan adalah proses pengolahannya yang membutuhkan lebih sedikit emisi dibandingkan dengan proses pembuatan beton maupun baja. Namun tentunya konsep keberlanjutan dan pasokan kayu yang legal harus menjadi perhatian, sehingga tidak lingkungan dan ekosistem alam.

2. Bambu: Bambu sebagai material bangunan telah dikenal dan memiliki daya tahan yang cukup baik. Ketahanan bambu terhadap cuaca dan lingkungan juga membuatnya menjadi bahan bangunan yang sangat bisa diandalkan. Selain itu pertumbuhan bambu yang cepat dapat membantu mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam lainnya.

3. Batang Jerami: Penggunaan batang jerami dapat dijadikan alternatif menarik untuk pengganti dinding bata, gypsum, bahkan kayu sekalipun. Karena batang jerami memiliki kemampuan insulasi yang baik apabila disusun dengan tepat. Kelebihan utama dari batang jerami adalah ketersediaannya yang mudah dan harganya terjangkau.

4. Hempcrete: Hempcrete yang terbuat dari serat tanaman hemp merupakan jenis beton yang memanfaatkan campuran serat dengan kapur untuk membentuk material bangunan ringan dan kuat. Meskipun ringan, namun Hempcrete mampu menahan bobot berat dengan sangat baik.
Bahan bakunya yakni serat tanaman hemp tersedia sangat melimpah di alam bebas. Tanaman ini tumbuh dengan sangat cepat dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan konstruksi yang lebih merugikan alam.

5. Tanah yang Dipadatkan: Tanah yang dipadatkan adalah salah satu material bangunan ramah lingkungan yang telah digunakan sejak dulu.
Material ini sering kali digunakan sebagai bahan pembuat dinding atau lantai karena dapat membuatnya menjadi lebih menarik.

6. Kalsiboard: Material yang tidak mengandung asbes yang berbahaya bagi kesehatan. Pada dasarnya, Kalsiboard adalah produk berbentuk
lembaran papan yang menyerupai triplek. Bahan dasar Kalsiboard terbuat dari campuran pasir silika, semen, dan selulosa, yang kemudian
diproses dalam suhu bertekanan tinggi untuk menghasilkan lembaran papan yang padat. Dari segi penampilan, Kalsiboard serupa dengan
gypsum dan memiliki fungsi yang serupa pula. Kalsiboard sering digunakan sebagai dinding penyekat (partisi), papan alas lantai, dan plafon
di dalam rumah.

7. Baja: Material yang kuat, antikorosi, antirayap, dan lentur. Pemasangannya juga relatif mudah. Limbah baja dapat didaur ulang dan dibentuk lagi untuk digunakan kembali.

8. Linoleum: Bahan pelapis lantai yang ramah lingkungan yang tersusun dari material anorganik dan organic (linseed oil, rasin, woodfloor,
limestone, pigment, jute). Limbah material ini mudah diurai kembali oleh tanah.

9. Cat Odorless VOC atau Timbal Rendah Berbasis Air: Cat ini tidak mengganggu penciuman atau pernafasan dan memiliki kandungan volatile
organic compound (VOC) yang sangat rendah.

10. Kaca Insulasi: Material ini mengurangi penggunaan beton/dinding pada bangunan. Efisien dalam memberikan pencahayaan ruangan dan meredam hawa panas. Udara kerng di antara kaca insulasi ini akan mengurangi perambatan hawa panas dan aliran udara dingin.

11. Biological Filter Septic Tank: Septic tank dengan penyaring biologis sehingga tidak mencemari lingkungan. Dilengkapi juga dengan sistem
disinfektan sehingga tidak merusak lingkungan dan menjaga kualitas air tanah sekitar.

12. Ferrock: Material yang relatif baru dengan mendaur ulang bahan-bahan bekas termasuk di dalamnya debu baja. Dari kekuatan lebih kuat
dari baja dan dapat menyerap dan menahan CO2 pada proses pengeringan dan pengerasan. 13. Ashcrete: Bahan bangunan yang dibuat dari abu terbang untuk menggantikan semen tradisional. Abu terbang merupakan produk saringan dari hasil pembakaran batu bara.

14. Timbercrete: Dibentuk dari pemadatan bubuk gergaji kayu dicampur dengan semen yang lebih ringan dari beton dan proses transportasinya juga lebih mudah. Dalam proses pembentukannya relatif mengurangi sampah.

15. WPC (Wood Plastic Composite) adalah bahan yang ramah lingkungan. Itu terbuat dari plastik daur ulang dan limbah kayu, menjadikannya
pilihan yang berkelanjutan. Selain itu, tidak memerlukan tingkat perawatan yang sama seperti kayu tradisional, sehingga mengurangi kebutuhan akan perawatan kimia berbahaya.

Selain dari minimnya kesadaran pada produsen, saat ini masih banyak pihak yang meragukan kualitas produk yang berlabel green product.Selain itu juga umumnya produk yang berlabel green product relatif lebih mahal sehingga membuat para pelaku usaha termasuk masyarakat belum sepenuhnya mau beralih ke green material.

Semua pihak termasuk pemerintah, produsen, pelaku usaha, dan masyarakat saat ini, tidak hanya menyadari tapi susah harus memulai untuk
menerapkan penggunaan green material pada bangunannya untuk menjadi keberlangsungan lingkungan dan ekosistem untuk menciptakan dunia yang lebih bersih dan sehat.

+ posts

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini