Beranda Property Mind Games HARGA JATUH? JANGAN SALAHKAN PROPERTINYA

HARGA JATUH? JANGAN SALAHKAN PROPERTINYA

0
harga jatuh

Seorang investor A kecewa harga rumahnya ditawar dengan harga lebih rendah (harga jatuh) dibandingkan sewaktu dia membeli rumah tersebut di akhir tahun 2011. Seorang agen properti menghubunginya karena ada calon pembeli yang ingin membeli rumah tersebut dengan perkiraan 15% di bawah harga pasar. Kekecewaan pun bertambah ketika dia menanyakan agen properti lainnya. Harga malah lebih rendah 20%. Nah loh, apakah harga rumah tersebut benar-benar turun? Apakah itu mencerminkan harga pasaran saat ini?

baca juga, Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Sinar Mas Land Optimis Sektor Properti Tumbuh di Tahun 2023

Coba kita cermati bersama-sama. Siklus pasar properti telah membuat harga properti termasuk rumah pada periode 2009-2012 mengalami kenaikan yang luar biasa. Indonesia Property Watch merilis kenaikan harga rata-rata mencapai 27% per tahun. Booming pasar properti saat ini membuat harga properti terus menanjak tinggi sampai diperkirakan tahun 2012-2013. Saat itu investor ini mencoba keberuntungannya untuk
berinvestasi properti dengan membeli rumah.

Di sisi lain seorang investor B yang lebih berpengalaman, membeli rumahnya seharga Rp2,5 miliar pada tahun 2009. Harga terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011, harga rumah tersebut berdasarkan pricelist dari pengembang sudah mencapai Rp3,8 miliar atau kirakira 26% per tahun. Pada saat itu masih banyak investor yang ingin membeli rumah di perumahan tersebut karena iming-iming harga rumah yang akan terus naik. Benarkah demikian?

Pada saat itulah diperkirakan investor pertama si A membeli rumah di saat harga sedang tinggi-tingginya. Namun setelah membeli rumah tersebut, dia merasa harga propertinya tidak kunjung naik, bahkan mengalami penurunan. Ketika dijual di pasar seken rumahnya hanya
di tawar Rp3,2 miliar paling tinggi atau drop kira-kira 15%. Harga jatuh? Ya.

Tapi kita lihat dari sisi investor B yang meskipun harga di pasar seken turun menjadi Rp3,2 miliar, namun masih membukukan keuntungan kira-kira 14%. Dia hanya harus bersabar bila ingin propertinya naik lebih tinggi lagi di saat siklus properti mulai naik. Atau mungkin investor A bisa menjualnya di tahun 2012 ketika harga sedang tinggi-tingginya. Dan si pembeli yang membeli rumah dengan harga yang sudah over value.

Jadi ketika investasi kita tidak kunjung naik, jangan kemudian yang disalahkan adalah investasi propertinya, melainkan momentumnya yang mungkin kurang tepat. Yuk menjadi investor yang cerdas.

+ posts

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini