Danau Toba merupakan salah satu cerita rakyat dari Sumatera Utara yang terkenal di beberapa penjuru dunia, bukan hanya kalangan masyarakat Indonesia. Danau dikelilingi air biru kehijau-hijauan, dikepung bukit-bukit. Di tengahtengahnya bercokol Pulau Samosir yang cantik
nan sarat dengan kekayaan budaya Batak.
baca juga, 5 Hal yang Perlu Anda Pertimbangkan Sebelum Membeli Sofa
Salah satu bukti kentalnya nuansa budaya Batak di Pulau ini bisa dilihat di Huta Siallagan, salah satu desa di daerah Ambarita, Pulau Samosir, yang menampakkan keaslian bangunan-bangunan adat dan juga pagelaran budaya Batak.
Huta artinya desa atau kampung, dan Siallagan adalah nama Marga Raja pendiri desa tersebut. Marga pendiri Huta disebut Marga Raja atau Marga Tano. Marga-marga lain yang juga tinggal di Huta dinamakan Marga Boru. Siallagan sendiri adalah marga Batak Toba keturunan dari Raja Nai Ambaton yang mengikuti garis keturunan Raja Isumbaon, putra kedua Si Raja Batak.
Di Huta Siallagan, terlihat rumah-rumah adat berbaris, tanpa sekat ataupun pagar. Filosofis rumah tak berpagar adalah masyarakat yang
tinggal dalam satu Huta terikat bersama, tidak bersekat dan tidak berpisah, menjadi satu kesatuan. Dengan begitu, mereka saling membantu, saling menjaga, dan menyelesaikan masalah bersama.
Adapun rumah adat di Huta Siallagan terdiri dari tiga jenis, yaitu Rumah Bolon, Rumah Siamporik, dan Rumah Sibola Tali. Rumah Bolon bentuknya lebih besar, tangga dari dalam dan dihuni oleh raja dan anaknya. Rumah Siamporik, bentuknya lebih kecil, tangga dari luar, dihuni oleh keluarga yang diundang tinggal di Huta itu (boru, bere, dan Marga Siallagan yang bukan keturunan raja). Sedangkan rumah Sibola Tali bentuknya lebih langsing dan kecil, dihuni oleh kerabat raja (anak laki-laki), bedanya dengan rumah bolon adalah anak sulung laki-laki yang berhak tinggal dan memilikinya.
Salah satu ciri khas dan juga merupakan bangunan terkenal dari Huta ini, adalah adanya batu kursi atau batu persidangan dan batu parhapuran, dan dikelilingi tembok batu setinggi 1,5 meter. Batu persidangan ini merupakan tempat raja Siallagan zaman dahulu mengadili penjahat. Di samping kursi persidangan tumbuh pohon yang disebut sebagai pohon kebenaran, yang merupakan Pohon Hariara. Semua keputusan pengadilan yang diambil raja disampaikan atau disumpahkan ke pohon ini.
Selain dari rumah dan batu persidangan, di dalam kompleks ini juga terdapat makam raja Siallagan dan keturunannya, beberapa makam masih
terbuat dari batu, seperti masa megalitikum. Selain itu area eksekusi untuk menghukum penjahat yang sudah diadili, rumah untuk memasung penjahat, berbagai totem dari kayu, dan tidak ketinggalan boneka Sigale-Gale yang dapat menari bahkan mengeluarkan air mata dan dapat bergerak sendiri saat ritual tertentu. Ritual tersebut memiliki tujuan untuk memanggil arwah yang sudah meninggal.
Diapresiasi Presiden
Bangunan dan tontonan tarian adat Batak merupakan pengalaman yang sangat menarik dan menggugah imajinasi akan keragaman
budaya Indonesia. Huta Siallagan adalah cagar budaya yang patut dilestarikan anak cucu nanti masih dapat berkesempatan mengenal dan
menikmati keindahan bangunan dan pertunjukan budaya khas di Indonesia.
Maka itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen meningkatkan potensi pariwisata di Danau Toba, Sumatera Utara, dengan melakukan revitalisasi Huta Siallagan seluas 11.000 m2. Setelah melalui proses revitalisasi yang dilakukan oleh PUPR dalam rentang waktu dari 2020 hingga 2021, Huta Siallagan telah berubah menjadi destinasi wisata yang lebih nyaman dan menarik bagi pengunjung.
Kepala Satuan Kerja Wilayah III, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumatera Utara, Dwi Atma Singgih Raharja Sabar, ST, menjelaskan bahwa revitalisasi melibatkan perbaikan Rumah Bolon yang sudah ada sebelumnya, serta pembangunan empat rumah bolon baru untuk meningkatkan daya tarik wisata.
“Huta Siallagan sebelumnya sudah ada. PUPR mengembangkan dan meningkatkan kualitas agar menjadi destinasi yang semakin nyaman
dan menarik,” ujar Singgih.
Selain itu, berbagai fasilitas pendukung telah ditambahkan, seperti pos tiket, toilet yang berkualitas, kios-kios, amphiteater, plaza, jalan
lingkungan, signage, IPAL komunal, area parkir, dan pusat informasi. Semua perubahan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman yang
lebih baik kepada para pengunjung.
Selain manfaat visual yang jelas, revitalisasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, dengan adanya pusat oleh oleh dan souvenir, pembangunan sopo anting, dan penataan parkir yang efisien. Lokasi ini telah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Februari 2022, dan diharapkan akan lebih menarik sertamenjadi salah satu destinasi unggulan yang menarik wisatawan ke Samosir setelah diperbarui.
Jokowi mengatakan dengan program penataan Kampung Huta Siallagan diharapkan konservasi budaya kerajinan kain Ulos di Samosir dapat direvitalisasi. “Program revitalisasi ini dilakukan dengan sangat baik. Karena terakhir saya ke sini 2,5 tahun yang lalu, dibandingkan dengan kondisi saat ini, betul-betul kelihatan penataannya sangat baik sekali. Rumah-rumah Balon yang sudah ada dipugar kembali sehingga lebih kuat dan menarik. Selain itu, juga ada pembangunan Rumah Bolon yang baru ada empat untuk menambah daya tarik,” kata Jokowi, seperti dinukil dari portal afederasi, Rabu (18/10/2023).
Ia menekankan bahwa Huta Siallagan dikelola oleh lembaga adat dan juga melibatkan partisipasi warga setempat. Desa ini telah menjadi ikon luar biasa bagi pariwisata Danau Toba dan mendapat pengakuan sebagai objek wisata yang dikelola dengan baik. “Huta Siallagan menawarkan beragam daya tarik, mulai dari rumah-rumah tradisional Batak hingga batu kursi dan pusat souvenir. Ini adalah kawasan wisata yang lengkap, dengan panduan yang tersedia untuk para pengunjung,” tambahnya.
Fasilitas Homestay
Menariknya, jika ingin menginap dan lebih akrab dengan kehidupan di desa, wisatawan kini juga bisa memilih tinggal di sarana hunian pariwisata atau disebut sarhunta. Kementerian PUPR juga membangun sejumlah sarhunta di rumah penduduk di sekitar Huta Siallagan. Seru sekali tentunya. Pelancong bisa merasakan langsung bagaimana warga Huta Siallagan menjalani rutinitas di kesehariannya.
Homestay terdiri dari dua lantai dengan fasilitas dapur, kamar mandi, dua kamar tidur plus bed cover sebagai selimut hangat. Tarif penginapan mulai Rp300 ribu per malam.
Kepala Seksi Wilayah I Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan BP2P Sumatra Direktorat Perumahan Kementerian PUPR Bramantyo angatakan,
pembangunan sarhunta juga tersebar di enam kabupaten dan kota. “Tujuannya untuk peningkatan kualitas rumah jadi layak huni fungsi, khususnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan berwisata,” ucapnya.
Ia berharap, pembangunan homestay dapat menjadi pilihan bagi wisatawan dengan fasilitas yang tidak kalah dengan hotel setelah ditata oleh
Kementerian PUPR. Dengan begitu juga bisa mendorong ekonomi warga di sekitar Danau Toba sehingga pemulihan ekonomi pariwisata berjalan lebih cepat.
baca juga, MILENIAL DAN ZILENIAL MAKIN SADAR GREEN DEVELOPMENT
“Program memperbaiki rumah menuju kawasan Danau Toba jumlahnya 1.192 unit tersebar di enam kabupaten. Di Samosir, sarhunta ada 310 rumah direnovasi, sebanyak 303 unit diantaranya dijadikan homestay,” tutur Bramantyo.
Perlu diketahui, Bramantyo mengatakan, revitalisasi di Samosir tidak hanya dilakukan di Huta Siallagan, namun juga di Kampung Ulos Huta Raja. Keduanya tergabung dalam satu paket kontrak senilai Rp55 miliar. Ayo melancong ke Danau Toba! l [Andrian Saputri]