...

Gregorius Gun Ho, TERUS BERPIKIR DAN BERKREASI, HASILKAN KARYA YANG LEBIH BAIK

Darah arsitek yang sangat kental di tubuh Gregorius Gun Ho dituangkan dalam karya-karyanya yang berciri khas dan mendapat sambutan luar biasa dari pasar. Jatuh bangun di dunia arsitek melalui Gunho Niken Architect (GNA), membuat dirinya bersama istri tercinta membesarkan GNA Group, sebuah perusahaan pengembang yang mulai diperhitungkan dalam peta persaingan perumahan
nasional.

baca juga, Summarecon Bekasi Hadirkan Summarecon Mega Deals 2022

Bagaimana awal mula GNA Group berkembang menjadi perusahaan pengembang properti?

Tahun 2000 bermula dari konsultan arsitek. Banyak klien kami saat itu adalah developer. Kami yang mendesain perumahan, ruko juga masterplan-nya. Beberapa developer tersebut, seperti grupnya Jaya di Bintaro, kemudian grupnya Podomoro, grupnya Agung Sedayu dan grupnya BSD, juga grupnya Paramount.

Saat itu kami menyadari juga bahwa sebagai konsultan arsitek ada cukup banyak risiko yang harus dihadapi. Karyawan arsitek kami juga semakin banyak, belum lagi kendala pembayaran yang lambat dari para klien kami. Jadi kerjaan kami saat itu adalah menunggu dikasih orderan kemudian mengerjakan itu dan mendapatkan pembayaran sehingga payment ke karyawan juga sangat kesulitan.

Dari pengalaman tersebut pada tahun 2009 kami mencoba meng-create untuk mendesain dan mendevelop sendiri. Mulainya memang kecil dari lahan 2000 m2. Waktu itu kami coba bikin sebanyak 11 unit rumah dan 4 ruko. Namun dengan pemahaman kami yang baik kemudian detail yang baik, semua itu bisa terjual kurang lebih dalam waktu 1 tahun. Inilah yang mungkin menjadi keunggulan dan menjadi ciri dari GNA Group adalah memang basic kami lahir dari konsultan arsitek. Sehingga desainnya pasti kita beda. Itulah yang menjadi pembeda sekaligus keunggulan kami dengan yang lain. Dari situ kemudian proyek kami terus berkembang.

Berapa persisnya jumlah proyek GNA Group hingga saat ini?

Sampai sekarang kami sudah memiliki 15 proyek. Yang benar-benar sudah sold out ada 6 proyek. Sebanyak 9 proyek lainnya sekarang masih proses pemasaran dan pembangunan. Masih on going di pasar. Dan ada beberapa proyek juga yang punya potensi untuk pengembangan lahan di sampingnya. Jadi dari situ dan akhirnya terus berkembang. Bermula dari 2000 m2, sekarang yang terbesar di Karawang seluas 45 hektar. Kemudian di sini di Golden Park 3 ini ada 20 ha, di Parung Panjang 18 ha. Jadi makin hari proyek kami juga semakin bertumbuh dan semakin besar.

Dari semua proyek tersebut apakah ada salah satu yang sangat fenomenal atau yang paling berkesan?

Saya kira setiap proyek itu memiliki keunikan masing-masing. Artinya meskipun proyek tersebut kecil pun dibaliknya selalu ada satu kisah yang menjadi kenangan. Misalnya di Bintaro dulu tanahnya kecil, hanya 2000 m2. Tetapi itu sangat berkesan karena menjadi proyek pertama. Saat saya beli, kondisi tanahnya agak turun. Karena saya belum paham, sehingga saat itu kami timbun dan ternyata mengakibatkan air terbuang ke belakang, sehingga warga kebanjiran. Nah hal-hal seperti itu selalu menjadi pembelajaran buat kami. Dari
pengalaman tersebut, akhirnya kami belajar dan menemukan solusinya. Airnya tidak dibuang ke belakang tetapi kami bikin resapan yang besar, sehingga air itu bisa dibuang di situ.

Berikutnya adalah proyek yang di Cikeas yang baru kami luncurkan tahun lalu. Proyek ini juga punya keunikan, karena agak masuk ke dalam kampung. Tetapi suasana kampung itu mengingatkan saya pada sebuah desa di Bali. Jadi saya bikin konsep dengan suasana semacam Villa yang rumahnya didesain unik. Kecil, tetapi ditata sedemikian rupa, sehingga suasana villanya dapat. Hasilnya amazing, luar biasa. Market juga sambutnya sangat bagus. Di sana kami juga bikin green wall di tebing, taman yang cukup tinggi dan hijau. Jadi sangat berkesan karena bagaimana kami bisa merubah suatu kawasan yang tadinya berkontur dan di bawahnya banjir, menjadi kawasan indah dan nyaman sebagai hunian.

Proyek Golden Park 3 ini juga sama. Proyek ini berada di tepian sungai. Di sini kami bikin konsep tanggul. Tanggul yang kami buat
pun tidak kaku seperti tanggul begitu saja, tetapi kami bikin seakanakan seperti green area, green belt. Bayangkan sepanjang sungai
450 meter menjadi hijau semua dan seperti kebun bunga. Pada akhirnya memang dari suatu kelemahan menjadi keunggulan. Nah
itu memang tidak mudah tetapi dengan konsistensi, maka kami bisa mewujudkan apa yang kami bayangkan secara desain.

Di proyek Golden Flower, Parung Panjang, juga sama. Jadi jalannya kecil masuk-masuk, tanahnya juga sama turun ke sungai. Kemudian
kami kreasikan, kami bikin terasering yang cukup menarik, kemudian jalannya juga kami perlebar. Sekarang sedang proses memulai pembangunan masal unitnya. Di sana juga sudah mulai cluster kedua, jadi cepat sekali. Dan sangat menarik karena rumah dengan harga Rp300 jutaan, tetapi kami desain dengan high ceiling dan dengan sentuhan berkelas, sehingga orang yang punya budget juga bisa melihat bahwa ternyata rumah tipe 21 dan tipe 30 itu juga bisa menjadi sangat bagus. Jadi seperti itulah yang membuat kami berbeda.

Jadi sentuhan desain itu menurut saya, kalau kita mau berpikir dan berkreasi lebih, maka kita bisa menghasilkan karya yang lebih
baik buat generasi-generasi milenial yang membeli rumah. Karena mereka kan first time juga, dan mereka punya tingkat pemahaman,
pergaulan dan pendidikan juga lumayan tinggi. Mereka juga mungkin tidak mau rumah yang kelasnya low sekali. Itu yang membuat produk kami selalu diterima pasar.

Untuk desain huniannya sendiri, apakah GNA Group memiliki konsep desain tertentu?

Tentu setiap unique design agak berbeda, tetapi sekarang yang kami buat tentu lebih modern, kemudian natural. Jadi dengan bukaan
cahaya dan kaca yang cukup lebar, sinar matahari dan sirkulasi udara yang sehat bisa masuk ke dalam rumah. Terus double volume,
rumah itu tidak terlalu pendek lagi, tetapi sekarang lebih tinggi. Bahkan tinggi ceiling bisa sampai 4 meter lebih. Sehingga walaupun
rumah 1 lantai tetapi terlihat seperti dua lantai.

Jadi kami selalu melakukan inovasi desain untuk dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi, yang mungkin 5 atau 10 tahun lalu belum terpikirkan. Melalui desain, sekarang kami mencoba untuk lebih kreatif menata ruang. Sehingga meskipun orang beli rumah kecil, tetapi tidak terasa sempit dan kecil. Jadi bagaimana caranya kita bisa menata integrated antara desain dengan budget dan style, juga spesifikasi material dalam suatu rumah yang kompak.

Apakah semua produk GNA Group menyasar segmen pasar yang sama?

GNA Group ini kami memulai dari konsultan arsitek, sehingga sampai sekarang pun saya tidak masuk ke segmen yang low, seperti rumah
subsidi. Bukan kami tidak mau ke sana tetapi sampai hari ini saya merasa bahwa, saya mesti fokus di bidang yang saya ahli. Bidang apa yang saya cukup menguasai, yakni memang di rumah komersil. Rumah real estate. Konsekuensinya memang ada, yaitu harganya relatif lebih mahal. Tetapi kami cukup yakin bahwa segmen market itu cukup kuat. Jadi saya mau tetap fokus di bidang yang kami ahli di situ. Sehingga semua proyek GNA adalah landed atau rumah tapak komersil dengan range harganya mulai Rp300 jutaan hingga Rp2 miliaran.

Apakah ke depan GNA Group juga berencana mengembangkan proyek-proyek baru?

Pasti, karena setiap tahun kami memiliki target untuk membuka proyek baru. Kami sudah memiliki beberapa lokasi lahan baru,
terutama di daerah Bekasi juga ada dua lahan baru. Kemudian ada beberapa perluasan di proyek-proyek yang sudah ada. Seperti di Golden Flower Parung Panjang, kemudian juga di Golden Park 3 ini yang kami perluas ke selatan. Mungkin Agustus ini akan kami
launching cluster ke-2. Golden Hills juga sama sedang siap-siap cluster kedua.

Selama pandemi produk GNA Group tetap laris diserap pasar, apa strateginya?

Rumah adalah kebutuhan pokok. Keluarga baru pasti butuh rumah. Kalau dia tidak beli sekarang dan menunda-nunda maka harga rumah
tambah mahal. Tetapi pandemi ini sedikit banyak berpengaruh kepada penghasilan orang. Banyak yang pengajuan KPR-nya ditolak perbankan. Terutama untuk profesi tertentu. Sehingga ini juga tentunya berdampak kepada kami.

Tetapi saya melihat bahwa kebutuhan rumah ini tetap tinggi. Terpenting, di tengah persaingan lebih ketat, di masa pandemi ini, tentunya cash flow menjadi lebih utama. Kita harus lebih konservatif. Itu yang kami jaga betul. Kedua, komitmen kami kepada konsumen jangan sampai terlalu over ekspansi tetapi mengabaikan tanggung jawab kepada konsumen. Artinya rumah yang sudah di-booking atau kita sudah menerima pembayaran, itu harus dibangun.

Tetapi setelah enam bulan sejak awal pandemi, sudah kembali ke normal. Malah beberapa proyek yang kami launching penjualannya lebih bagus lagi daripada sebelum pandemi. Ini membuktikan bahwa kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan pokok yang tidak menurun. Malah pembeli juga tidak beli apartemen, mereka beralih ke landed. Jadi properti yang tidak kena imbas pandemi menurut saya hanya rumah.

Dari profil pembeli Apakah kebanyakan berasal dari ‘ring 1’?

Tidak hanya ring 1 tetapi benar-benar acak. Jadi kalangan milenial itu mereka berani pindah. Untuk lokasi-lokasi baru juga mereka oke. Yang pentingkan lokasi kami juga dekat dengan transportasi umum dan aksesnya bagus.

Bagaimana strategi bersaing dengan pengembang besar di sekitar Proyek GNA Group?

Persaingan itu memang tidak bisa kita hindari. Nah pada saat kami memilih lokasi di sini tentunya kami juga sudah tahu bahwa di dekat sini ada beberapa developer besar dengan infrastruktur dan fasilitas yang lengkap. Namun kami membuat suatu produk yang berbeda dengan yang mereka buat. Jadi mungkin mereka menyasar segmen Rp1 miliaran ke atas, saya bikinnya yang Rp500 juta. Artinya gap-nya
cukup jauh. Artinya di sana kamu dapat 1 rumah di sini bisa dapat 2 rumah. Ya lokasinya tentunya lebih jauh tetapi rumah saya lebih bagus. Ini yang membuat kita bisa bersaing dengan mereka.

Selama pandemi ini memang beberapa pengembang besar yang menjual properti dengan ukuran lebih kecil, juga dengan harga yang lebih terjangkau. Menurut analisa saya, meskipun dia masuk ke segmen ini, tetapi dia tidak bisa mengikuti harga saya. Karena saya bisa bikin rumah yang lebih kecil dengan harga yang lebih murah. Dan juga secara struktur saya lebih hemat, tidak perlu membayar sistem
manajemen yang begitu besar.

Tetapi risikonya, saya juga tidak bisa naik terlalu tinggi. Karena di atas sudah dikunci sama mereka. Dan saya rasa mereka juga tidak akan bisa lama bermain di segmen yang sama dengan kami. Jadi mau nggak mau, dia harus create produk yang lebih besar lagi, yang
lebih sesuai dengan skalanya. Saya rasa itu cukup fair. Jadi kita tidak boleh takut bersaing. Kita sama-sama membuat market ini ramai.
Yang problem justru kalau kita sendirian dan nggak ada marketnya. Ini yang Tuhan Maha Adil, dimana masing-masing punya segmennya
sendiri.

Tahun ini juga akan ada produk baru?

Salah satunya di Bekasi Utara seluas 12 ha, mungkin sekitar Agustus ini. Keunggulan produk tersebut yang pastinya karena adanya tol baru. Kalau secara model desain huniannya saya rasa akan kami bangun model-model yang lagi tren saat ini, seperti high ceiling. Kualitas ruangan lebih penting daripada konsepnya saja tetapi tentunya warna, komposisi semuanya juga tentu harus matching dengan baik. Dan harganya juga friendly bagi kalangan milenial. Rencananya proyek di Bekasi Utara ini akan kami pasarkan huniannya mulai dari Rp300-700 jutaan. [Pius Klobor]

#Gregorius Gun Ho #Gregorius Gun Ho #Gregorius Gun Ho #Gregorius Gun Ho

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini