Ir. Nina Carina, S.T., M.T. dalam talkshow Green Development di acara Synergy Green Building Festival bertempat di Indonesia Design District (IDD) PIK 2, Jakarta, (09/03/2024), mengajukan pertanyaaan terkait perilaku masyarakat yang beberapa tahun ini sangat menggemari belanja melalui aplikasi online (e-commerce).
baca juga, Jangan Panik, Berikut Prosedur Urus Sertifikat Tanah yang Hilang atau Rusak
Di sisi lain, kesadaran masyarakat akan gaya hidup ramah lingkungan semakin tinggi, termasuk yang milenial. Lifestyle ramah lingkungan adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga bumi dari kerusakan lingkungan seperti pencemaran sampah, polusi, dan masalah lingkungan hidup lainnya.
Namun juga, di lain sisi, gaya hidup belanja online juga terus meningkat. Belanja online ditengarai semakin besar menyumbang sampah plastik yang merusak lingkungan. Di samping itu juga membuat kemacetan disertai pulusi udara yang semakin membesar dan mengerikan. Hal ini membuat kehidupan di kota tak teratur, panas, dan bising.
Merujuk data LIPI, di Indonesia pada tahun 2020 bahwa tren belanja online masyarakat Indonesia meningkat pesat, terlebih saat PSBB. Dengan ini sumbangsih jumlah sampah plastik yang ditimbulkan juga semakin meningkat. Sebab 96 persen paket itu dibungkus dengan plastik yang tebal. Juga penggunaan lakban dan bubble wrap yang banyak. Jadi dampak buruk dari belanja online itu adalah semakin memperbanyak sampah plastik.
Walau sampah plastik bisa didaur ulang, namun membutuhkan waktu yang lama. Selain itu dampak buruknya menimbulkan jejak karbon. Yakni jejak karbon yang dihasilkan dari transportasi yang mengirim barang hingga tepat tujuan.
Juga berdampak pada perubahan iklim. Di mana semua ini berawal dari sampah kemasan yang tidak mudah didaur ulang. Sampah yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan pada perubahan iklim.
“Jadi untuk menghindari itu, solusinya adalah belanja dengan cara hybrid (sebab online tak bisa ditinggalkan) yang lebih mengutamakan kelestarian ekologi. Sementara inilah solusi yang tepat bagi e-commerce dan kondisi (dunia) perkotaan. Atau belanja di mall jauh lebih ramah lingkungan daripada belanja online,” ujar Dosen Arsitektur Universitas Tarumanegara (Untar) itu.l