Catatan awal tahun bisnis properti di tanah air masih tidak terlepas dari isuisu strategis yang terjadi pada tahun 2023 disertai dengan perkembangan fundamental ekonomi nasional yang masih terjaga termasuk dimulainya tahun politik di tanah air. Sebagian besar para pelaku
bisnis properti masih percaya fundamental ekonomi nasional menjadi dasar masih tumbuhnya bisnis properti di tahun 2024. Meskipun demikian beberapa catatan penting menjadi risiko sekaligus peluang bagi bisnis properti untuk dapat bertumbuh di tahun 2024.
baca juga, Akad Tertunda, Pemerintah Dihimbau Segera Terbitkan PMK PPN DTP 2024
Perekonomian Global
Isu ancaman resesi global masih akan terus berlanjut sampai tahun 2024. Menarik mencermati proyeksi ekonomi global 2024 yang diprediksi bakal melambat menjadi 2,7 persen, terus menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, setelah pada tahun 2022 sebesar 3,5 persen dan menjadi 3 persen di tahun 2023.
Kondisi global dipengaruhi juga oleh terjadinya invasi Rusia ke Ukraina disertai dengan konflik Israel-Palestina. Sementara itu China, perekonomian terbesar di Asia, juga diperkirakan melambat karena kondisi ekonomi pasca jatuhnya bisnis properti dan rendahnya pengeluaran
konsumen menghadapi meningkatnya ketidakpastian prospek ekonomi. Kondisi inflasi tinggi akibat krisis pasca pandemi dan konflik geopolitik antar negaranegara besar juga masih menhantui kondisi ekonomi global.
Berdasarkan data Indonesia Property Watch, diperlihatkan dampak resesi global terhadap pertumbuhan bisnis properti di Indonesia relatif tidak
terlalu signifikan. Tidak ada data yang membuktikan bahwa saat terjadi resesi global, penjualan properti di Indonesia menurun. Temuan ini memberikan keyakinan bagi para pelaku bisnis properti untuk tetap optimis bahwa bisnis properti tetap akan bertumbuh ke depannya.
Fundamental Ekonomi
Sebagian besar pasar properti Indonesia adalah pasar lokal. Dengan demikian terjaganya fundamental ekonomi nasional menjadi salah satu faktor penting untuk menjaga daya beli masyarakat untuk membeli properti.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,31 persen 2022 diperkirakan akan sedikit melambat pada tahun di kisaran 4,5 – 5,3 persen. Di tengah tingginya tingkat inflasi global, Indonesia tetap dapat menjaga target inflasi 3+1 di tahun 2023 dan diperkirakan 2,5+1 di tahun 2024.
Pertumbuhan Pasar Perumahan
Pasar perumahan menjadi indikator penting untuk melihat tren pergerakan pasar properti secara umum. Berdasarkan data Indonesia Property Watch, pertumbuhan unit terjual perumahan di 2022 bertumbuh 16 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai akhir tahun 2023 diperkirakan bertumbuh sampai 23 persen. Namun terlihat adanya tren perlambatan yang mulai terjadi di semester kedua tahun 2023. Di sisi lain terlihat indikasi pasar mulai terus bergeser ke segmen menengah di kisaran harga Rp500juta sampai Rp1 miliar, setelah peningkatan tajam penjualan rumah menengah-atas di tahun 2021-2022 mulai melandai.
Pengaruh Tahun Politik
Salah satu faktor penting yang akan memengaruhi pasar perumahan dan properti ke depan diperkirakan berasal dari pengaruh tahun politik 2024. Berdasarkan data Indonesia Property Watch, setiap tahun politik di Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan pasar perumahan yang melambat. Namun perlu digarisbawahi bahwa perlambatan yang terjadi bukan menggambarkan daya beli masyarakat yang menurun,
melainkan karena sebagian besar konsumen perumahan dan properti pada tahun politik relatif wait and see, khususnya pembeli segmen menengah-atas. Sementara itu di sisi lain, kucuran ‘uang-uang politik’ membuat peredaran uang selama tahun politik meningkat tajam. Perputaran ekonomi dan perilaku konsumtif di kalangan masyarakat akan meningkat.