Memilih bahan bangunan berkualitas terkadang tidak semudah yang dipikirkan dan membutuhkan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Variasi bahan bangunan yang banyak dan beragam membuat konsumen selalu dihadapkan pada pilihan yang sulit.Bahan bangunan yang berkualitas juga harus dapat menghemat biaya dengan efisiensi dan tidak meminimalkan risiko perbaikan di masa depan.
baca juga, Optimalisasi Landbank, Taspen Gandeng Mitsubishi Estate Bangun Superblok Rp10,6 Triliun di Sudirman
Dalam membangun rumah saja terdapat banyak merek bahan bangunan yang direkomendasikan dan terbagi mulai dari penutup lantai, penutup dinding, penutup atap, belum bila berbicara desain interior yang sangat beragam variasinya. Di sisi lain informasi mengenai bahan bangunan yang berkualitas masih minim. Para konsumen masih harus memilih dan membandingkan sendiri mana yang sesuai dengan selera dan kebutuhannya masing-masing. Untuk bangunan baru, agak sulit bagi konsumen untuk memilih bahan bangunan karena biasanya para kontraktor sudah mempunyai hubungan langsung dengan produsen. Berbeda untuk renovasi rumah yang dilakukan sendiri atau dengan desainer interior.
Hasil survei terbaru Indonesia Property Watch memperlihatkan, ternyata banyak pertimbangan konsumen sebelum memutuskan memilih bahan bangunan. Hal ini juga yang sebenarnya dapat menjadi masukan pada produsen untuk mendekatkan diri dengan keinginan konsumen.
Selain kualitas bahan bangunan, harga masih menjadi faktor penting yang menjadi pertimbangan konsumen. Dalam survei terlihat bahwa faktor harga menjadi faktor pertimbangan kedua tertinggi sebesar 20,0% terpaut sedikit dengan faktor kemudahan aplikasi penerapan bahan
bangunannya. Konsumen melihat dengan harga yang terjangkau namun juga harus dapat diaplikasikan dengan mudah dan efisien. Sering kali juga bahan bangunan berkualitas dengan harga yang terjangkau, tidak disertai dengan saluran distribusi yang baik dari produsen. Alhasil, konsumen sulit memperoleh bahan bangunan yang diinginkan. Artinya dengan kualitas bahan bangunan yang baik, karena tidak mudah
ditemukan dipasaran, membuat konsumen mungkin beralih ke produk lainnya.
Berbicara mengenai bahan bangunan dengan konsep ‘green’ yang lebih ramah lingkungan, pasar terkendala dengan masih tingginya bahan bangunan jenis ini. Faktor ini ternyata belum menjadi faktor pertimbangan utama konsumen untuk memilih bahan bangunan. Hanya sebesar 7,30% bahan bangunan ‘green’ yang menjadi pilihan konsumen. Meskipun demikian, perkembangan bahan bangunan ramah lingkungan ini sudah sangat cepat. Produsen berlomba-lomba untuk dapat menjadikan produknya ramah lingkungan dengan harga yang lebih terjangkau.