Kebutuhan akan transportasi umum yang layak dan terjangkau menjadi keharusan dalam sebuah kota dengan aktivitas bisnis dan jasa yang tinggi. DKI Jakarta dengan penduduk sebanyak 11,3 juta jiwa, menyusut pada malam hari menjadi 10 juta jiwa dengan perkiraan 1.255.771 jiwa merupakan kaum komuter yang bekerja di Jakarta namun tinggal di luar Jakarta.
baca juga, Kementerian PUPR Rampungkan Pembangunan 151 Huntap Tahap II Cianjur
Sebanyak 83% dari kaum komuter diperkirakan menggunakan kereta api komuter untuk sampai di tempat kerjanya di Jakarta. Namun demikian tidak semua stasiun memiliki jarak yang dekat dengan tempat kerjanya. Mereka harus menggunakan moda transportasi lain seperti angkutan/bis umum atau MRT. Ke depan masyarakat sudah dapat menggunakan LRT bila sudah rampung. Selain itu juga terdapat moda transportasi yang populer untuk dapat mengantar dengan cepat yaitu ojol atau ojek online. Di balik populernya ojol, moda transportasi ini merupakan gambaran gagalnya sistem transportasi massal di Jakarta.
“Tanpa berniat memberikan perspektif negatif pada ojol, moda transportasi ini merupakan gambaran gagalnya sistem transportasi massal di Jakarta.”
Ojol ini pun banyak digunakan kaum pekerja di Jakarta untuk pergi dan pulang dari tempat kerja dengan cepat tanpa harus menggunakan
transportasi massal. Tapi apakah ojol benar-benar murah? Dengan penggunaan ojol sebagai moda transportasi, diperkirakan biaya transportasi ini paling tidak akan membebani sebesar 13,8% dari penghasilan rata-rata UMP Jakarta. Ojol mungkin sangat berkembang di Jakarta, namun mungkin tidak terlalu populer di negara-negara tetangga. Di sana mungkin taksi online lebih dibutuhkan dibandingkan ojol meskipun tentunya dengan biaya yang tidak murah.
Di Singapura misalnya, sistem transportasi berbasis transit oriented development (TOD) mungkin lebih matang dibandingkan Jakarta.
Masyarakat bepergian dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan moda transportasi yang terkoneksi. Biaya transportasi umum di
Singapura diperkirakan 4,8% dari penghasilan bulanan. Bandingkan juga dengan Hongkong yang diperkirakan sebesar 6,1%. Bagaimana dengan Jakarta? Kaum komuter yang berasal dari luar Jakarta dengan menggunakan moda transportasi umum yang diperkirakan harus menyiapkan biaya sebesar 14,1% – 23,0% dari penghasilannya. Selain biaya, waktu tempuh juga menjadi momok bagi kaum komuter.
PERKIRAAN BIAYA TRANSPORTASI UMUM TERHADAP PENGHASILAN DI JAKARTA
Di Singapura misalnya, sistem transportasi berbasis transit oriented development (TOD) mungkin lebih matang dibandingkan Jakarta.
Masyarakat bepergian dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan moda transportasi yang terkoneksi. Biaya transportasi umum di
Singapura diperkirakan 4,8% dari penghasilan bulanan. Bandingkan juga dengan Hongkong yang diperkirakan sebesar 6,1%. Bagaimana dengan Jakarta? Kaum komuter yang berasal dari luar Jakarta dengan menggunakan moda transportasi umum yang diperkirakan harus menyiapkan biaya sebesar 14,1% – 23,0% dari penghasilannya. Selain biaya, waktu tempuh juga menjadi momok bagi kaum komuter.
Mode | Car | MRT | LRT | Commuter | Busway |
Monthly | IDR 3,150,000 | IDR 1,056,000 | IDR 968,000 | IDR 704,000 | IDR 594,000 |
Income | IDR 10,000,000 | IDR 7,500,000 | IDR 4,200,000 | IDR 4,200,000 | IDR 4,200,000 |
% | 31.5% | 14.1% | 23.0% | 16.8% | 14.1% |
Masih perlu waktu bagi Jakarta untuk membuat sistem transportasi yang terkoneksi. Tidak itu saja, kenyamanan dan kelayakan serta keamanan transportasi umum di Jakarta masih harus terus diperbaiki untuk dapat bersaing sejajar dengan negara-negara lainnya.•