International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional setiap 8 Maret dan Hari Kartini setiap 21 April menjadi pengingat bahwa para perempuan dapat berperan penting dan berkiprah strategis dalam berbagai bidang pekerjaan. Namun pada tataran praksisnya tak semudah
yang dibayangkan dan direncanakan, selalu saja ada tantangan-rintangan yang mesti dihadapi.
baca juga, Punya Rumah Idaman Tak Harus Dimulai dari Nol, Cek Tips Jitu dari Gravel!
Berdasarkan data BPS tahun 2023, partisipasi angkatan kerja perempuan adalah 53,41 persen, jauh di bawah partisipasi laki-laki dengan tingkat partisipasi 83,87 persen. Berbeda di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), justru 64 persennya dikelola oleh perempuan. Di sini, perempuan hanya menguasai bisnis level mikro. Kondisi ini tak terlepas dari pengaruh budaya patriarki dan tatanan hirarki yang menganggap laki-laki lebih unggul dibandingkan perempuan. Namun budaya ini terus bergeser saat perusahaan banyak yang merasakan lebih kuat dan lebih baik lantaran ada peranan perempuan di dalamnya. Lantas, bagaimana dengan peran perempuan di bisnis properti?
Dunia bisnis properti seringkali dilihat sebagai bisnis yang maskulin. Sifat maskulin ini tersirat dari bangunan-bangunan kokoh yang melambangkan karakter kelelakian. Kesan ini semakin melekat saat kita melihat para pekerja bangunan sampai buruh kasar yang umumnya dikuasai kaum Adam.
Namun kesan ini semakin sirna, tatkala sebuah rumah sudah menjelma sebagai sebuah produk yang siap dijual. Desain yang tampak manis nan lembut itu membuat bangunan struktur beton menjadi lebih elegan. Belum lagi bila kita melihat bagian dalam rumah yang sudah didesain
sedemikian rupa dengan interior yang menarik dan anggun, aksesori feminin banyak menghiasai setiap sudut interior rumah, justru dengan itu bisnis hunian tampak identik feminin.
Desain interior yang menarik sangat dibutuhkan saat ini untuk menarik dan memenangkan hati calon pembeli. Pemahaman menyeluruh
terhadap bisnis properti yang diwarnai dengan karakter feminin menjadi bagian penting bagaimana produk tersebut dapat diterima pasar. Bagaimana tidak, keputusan memiliki produk, sebagian besarnya dipengaruhi bahkan ditentukan oleh perempuan.
Namun feminisme bisnis properti bisa dilihat lebih luas lagi. Saat ini banyak perusahaan yang bergerak di industri properti juga mulai mempertimbangkan karakter perempuan untuk dapat terlibat dalam perusahaannya. Keterlibatan perempuan dinilai memiliki beberapa kelebihan yang dapat bersinergi dengan kaum lelaki. Peran kaum Hawa dalam bisnis properti mulai dirasakan semakin meningkat, tidak hanya pada perusahaan pengembang namun juga agen properti, perbankan, konsultan, arsitek, dan bidang lainnya yang berhubungan dengan bisnis properti.
Keluwesan dan kesabaran, juga ketelitiannya, dipercaya menjadi kekhasan kaum hawa. Keahlian komunikasi dan negosiasi kaum Hawa pun harus diakui lebih unggul dari kaum Adam. Karakter perempuan inilah yang dipercaya mampu mengisi kekosongan karakter lelaki. Tantangan ini harus dijawab dengan peningkatan kualitas profesionalisme para kaum Hawa untuk dapat membuktikan dengan nyata peran penting perempuan dalam mengembangkan dan memajukan perusahaan.
Sebab itulah, edisi ke 86 ini PATC mengangkat tema perempuan hebat dalam bisnis properti. Mereka berbicara mengenai pentingnya peranan perempuan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari tingkat keluarga sampai tingkat Nasional bahkan Internasional. Inilah para perempuan yang bisa menjadi penyeimbang dalam menjalankan bisnis properti dan industri terkait lainnya