Arah perkembangan Surabaya terus melebar ke barat, selatan, dan timur. Perkembangan di selatan Surabaya dengan keunggulan infrastruktur dan kedekatan bandara mulai dikejar oleh perkembangan yang terjadi di barat Surabaya. Economic base yang terus bertumbuh dan memiliki value dan target pasar yang relatif berbeda.
Baca juga, Hadirkan Wedding Ideas hingga Paket Honeymoon, IIWF 2022 (Juga) Digelar Secara Offline
Semakin terbatasnya lahan pengembangan properti di Kota Surabaya, berdampak pada melebarnya pembangunan di kota tersebut. Dua sisi yang masih punya potensi besar pengembangan Kota Pahlawan tersebut, yakni ke sisi selatan dan barat.
Adapun selatan Surabaya, yakni kawasan Sidoarjo dan barat Surabaya, yakni daerah Gresik. Selain menyimpan potensi dari sisi ketersediaan lahan yang masih cukup banyak, properti yang dipasarkan pun masih dengan harga yang relatif lebih terjangkau.
Surya Prasidha, Business Director Xavier Marks Indonesia mengatakan, properti dengan value bagus di Surabaya, yakni di Surabaya Barat dan Surabaya Timur, yang sekarang secara eksisting nilai propertinya sudah terbukti bertahun-tahun berkembang dengan bagus. Hanya saja, untuk di timur Surabaya menempel ke laut, sehingga area pengembangannya sangat sulit, sehingga salah satu solusinya adalah reklamasi.
“Sedangkan ke arah barat pengembangannya masih sangat luas karena menempel ke arah Gresik, dimana kebetulan beberapa tahun lalu di perbatasan Surabaya Barat dan Gresik ini banyak lahan kosong. Sehingga banyak pengembang yang nabung land bank di sana,” ungkap Surya kepada Property and the City di kawasan Surabaya Barat, belum lama ini.
Meski demikian, menurut dia, beberapa tahun belakangan ini, infrastruktur ke arah Surabaya Selatan dalam hal ini ke arah Sidoarjo, berkembang sangat pesat, sehingga banyak pembangunan yang berkembang ke sana. Beberapa daya tarik Surabaya Selatan yakni banyak kawasan industrial dan komersial. Yang mana bahwa industrial memang sudah ada sejak dahulu di Surabaya Selatan sampai Sidoarjo. Kemudian adanya pintu tol dan Juanda International Airport.
“Katakan sama-sama men-develop dengan luasan yang sama, kualitas yang sama, jika unit tersebut di-develop di Surabaya Barat
bahkan masuk Gresik, tapi nempel Surabaya Barat, value-nya lebih bagus daripada di Surabaya Selatan,” tegasnya.
Yafet Kristanto Direktur ERA Indonesia berpendapat, harga properti yang terus meningkat di Kota Surabaya membuka peluang tumbuhnya properti di kawasan pinggir kota, terutama di sisi selatan dan barat. Dia menggambarkan, sepanjang 2021 lalu, penjualan rumah primer, terutama dengan harga Rp1 miliar ke atas sangat lambat. Sementara yang di bawah Rp1 miliar juga sudah sangat sulit ditemukan.
“Sehingga mereka yang punya budget di bawah Rp1 miliar atau bahkan di bawah Rp500 juta, kebanyakan beli di Sidoarjo yang berbatasan dengan Surabaya atau di bagian selatan Surabaya, seperti di daerah Waru,” kata Yafet ketika ditemui di Galaxy Mall
3 Surabaya.
Bahkan, menurut Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPP AREBI ini, jauh lebih banyak masyarakat Surabaya yang beli hunian ke arah Sidoarjo daripada yang berbatasan dengan Gresik. “Kalau yang berbatasan dengan Gresik harganya hampir sama tetapi kalau sudah menjauh dari Surabaya Barat, lebih murah,” tambah Yafet.
Potensi Pasar
Baik di kawasan Sidoarjo maupun Gresik kini masif pembangunan kawasan hunian, termasuk oleh pengembang besar sekelas Ciputra Group. Dan hampir semua proyek tersebut sama-sama membidik pasar dari Surabaya. Lantas, apakah potensi pasarnya masih cukup menjanjikan?
Menurut Surya, potensi pembeli dari Surabaya masih banyak, terutama oleh pembeli pertama yang akan membeli hunian dengan harga lebih terjangkau, pilihannya adalah di pinggir Kota Surabaya.
“Untuk anak-anak muda sekarang, yang pertama mereka beli adalah mobil. Setelah naik kelas baru beli rumah. Jadi kalau sudah punya mobil dia bisa cari rumah di mana saja yang terjangkau. Kalau apartemen, mereka rasa tidak mampu bayar service charge. Sehingga pilihannya adalah rumah meski di pinggiran Surabaya,” ujarnya.
Besarnya minat beli properti oleh masyarakat Surabaya juga terlihat dari penjualan hunian di Amesta Living, proyek terbaru PT Graha Abdael Sukses (GAS), perusahaan kolaborasi PT Intiland Development Tbk dengan PT Abdael Nusa.
Kawasan hunian seluas 60 hektar di Surabaya Timur ini baru dirilis pada pertengahan November 2021 lalu, dengan harga perdana mulai Rp800 jutaan. Luar biasanya, sebanyak 259 unit rumah terjual habis hanya dalam tempo satu hari pada penjualan perdana dengan marketing sales mencapai Rp318 miliar.
Hans Wibisono, Direktur Utama GAS mengatakan, selain
rekam jejak pengembangnya, konsep kawasan dan lokasi strategis, faktor keterjangkauan harga juga menjadi salah satu kunci suksesnya penjualan Amesta Living. “Kami pasarkan mulai Rp800 jutaan sehingga memberikan kesempatan cukup luas bagi masyarakat untuk tinggal di kawasan terpadu ini,” ungkapnya.
Uniknya, justru tipe terbesar paling diminati pasar, yakni Terra sebanyak 135 unit, disusul tipe Sora sebanyak 111 unit dan tipe Nora 13 unit. Adapun tipe Terra menyediakan beberapa ukuran berbeda, seperti unit Standard (LB 71/LT 60 atau 72 m2), serta unit Deluxe (LB 75/LT 90 m2).
“Fakta ini membuktikan bahwa banyak orang Surabaya juga tidak ingin rumah yang terlalu kecil, sehingga mereka lebih memilih tipe besar di atas Rp1 miliaran,” imbuh Yafet.• [Pius Klobor)