Perusahaan properti asal negeri Tiongkok, Evergrade merugi hingga Rp1.200 T. Kerugian tersebut berdampak besar, hingga mengguncang perekonomian China selama 2 tahun terakhir. Sejak tahun 2021, kasus tersebut membuat heboh dunia properti dunia lantaran Perusahaan
Evergrade gagal membayar hutang sejumlah USD300 miliar atau setara Rp.4.500 triliun. Masalah hutang tersebut mencuat setelah perusahaan melaporkan data keuangannya sejak 2021 sampai 2022.
baca juga, Selesai Lakukan Toping Off, Tokyu Land Siap Serah Terima Unit BRANZ Mega Kuningan Tahun Depan
Dilansir dari Fortune, Sabtu (22/7/2023), pendapatan Perusahaan Evergrade menurun hanya menjadi USD32 miliar pada tahun 2022, jika dibandingkan pada tahun 2020 yang mencapai USD71 miliar. Kerugian bersih Evergrade dari tahun 2021 adalah 476 miliar yuan (Rp1.000
triliun) dan tahun 2022 105,8 miliar yuan (Rp222 triliun). Hutang tersebut akibat daru penurunan nilai properti, pengembalian tanah, kerugian aset keuangan huingga ongkos pembiayaan.
Dampak dari melonjaknya hutang Evergrade adalah banyaknya perusahaan properti lain di China yang gagal bayar serta menyebarnya proyek properti di sana yang terbengkalai, karena perusaan tersebut turut mendanai beberapa proyek-proyek di China serta membuat perusahaan properti di sana waswas, karena Evergrade merupakan perusahaan properti yang besar dan cukup dikenal.
Utang Evergrade membengkak pada akhir 2021 serta mengumumkan program restrukturisasi hutang luar negeri pada bulan Maret. Hingga saat ini perusahaan sedang mengajukan untuk listing di bursa saham Hong Kong, laporan keuangan perusahaan harus diberikan sebagai syarat. JPMorgan memprediksi sekitar 40 lebih pengembang propert gagal dalam membayar obligasi luar negeri yang mencapai USD100 miliar atau sekitar RP.1.500 triliun dalam beberapa tahun terakhir. Sementara banyak juga yang telah ditangguhkan dari perdagangan di bursa saham Hong Kong. •