Selasa, Mei 13, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Terus Geber Pembiyaan Hijau

Setiap musim laporan keuangan, rapor PT Bank Central Asia (BBCA) Tbk pasti ditunggu-tunggu. Maklum, sebagai bank swasta terbesar di Tanah Air dengan total aset sebesar Rp 1.408 triliun, BCA berperan besar sebagai penggerak ekonomi Indonesia.

baca juga, Terus Meningkat, Investasi Sektor Properti Tembus Rp29,4 Triliun pada Kuartal I/2024

Pertumbuhan kredit dan laba setiap tahun menunjukkan kontribusi dari bisnis berkelanjutan. Alih-alih ugal ugalan mengejar nilai kredit yang melesat, BCA justru menerapkan aspek environmental, social dan good governance (ESG) alias lingkungan, sosial dan tata kelola yang baik dalam bisnisnya.

Sebagai gambaran, tahun lalu BCA memperlihatkan performa gemilang dalam penyaluran kredit berkelanjutan. Tercatat, per Desember 2023 perseroan telah menyalurkan pembiayaan Kriteria Usaha Berkelanjutan senilai Rp202,6 triliun, tumbuh 10,6% year-on-year (yoy), melebihi target pertumbuhan 9%. Penyaluran kredit tersebut berkontribusi 24,8% terhadap total portofolio pembiayaan BCA secara keseluruhan.

Head of Group ESG BCA, Linda Chandrawati, mengungkapkan, tahun lalu penyaluran pembiayaan hijau (green financing) BCA tumbuh 7,0% yoy yaitu senilai Rp87 triliun, Realisasi pembiayaan hijau initerutama berasal dari industri perkebunan tersertifikasi, produk eco efisien, dan transportasi berkelanjutan.

Sektor transportasi berkelanjutan salah satunya ditopang kredit kendaraan bermotor listrik yang naik sekitar 5 kali lipat secara tahunan, mencapai Rp1,3 triliun. Selain fokus pada green financing, BCA juga meningkatkan portofolio investasinya pada obligasi/sukuk hijau senilai Rp1,6 triliun, naik 332% dibandingkan tahun sebelumnya. Perseroan juga melakukan pembelian unit karbon sebesar 71.500 ton CO2 sebagai upaya mendukung penurunan emisi karbon Indonesia.

Tahun ini, BCA menargetkan pertumbuhan kredit berkelanjutan sebesar 8% sejalan dengan komitmennya dalam mendukung kelestarian lingkungan dan mendorong ekonomi hijau.

“Seiring dengan pertumbuhan portofolio kredit, BCA juga menargetkan pertumbuhan pembiayaan berkelanjutan dengan mencari peluang pada seluruh sektor berkelanjutan,” papar Linda.

Namun, Linda menekankan bahwa transisi ke ekonomi rendah karbon memerlukan kolaborasi dan sinergi yang maksimal. Kebijakan terkait renewable energy dan electric vehicle perlu terus didorong dan dimaksimalkan. Selain itu, edukasi terhadap berbagai kalangan masyarakat juga harus terus digencarkan.

“Maka itu kami selalu berupaya untuk meningkatkan kapabilitas pembiayaan hijau dengan secara aktif berkomunikasi dan mengedukasi debitur terkait pembiayaan hijau. BCA menyediakan program suku bunga khusus bagi debitur komersial dan SME yang menjalankan usahanya pada sektor berkelanjutan. Selain itu, BCA juga turut berperan serta mendorong bangkitnya UMKM yang menjadi penopang perekonomian nasional,
serta sebagai bentuk pemberdayaan wanita dan pelaku bisnis kecildengan memberikan program suku bunga khusus bagi debitur UMKM wanita
dan KUR,” lugasnya.

Menurutnya, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan menjadi penting untuk menghadapi transisi menuju ekonomi hijau. Tidak hanya melalui pembiayaan kredit hijau, namun di sejumlah inisiatif operasi perbankan ramah lingkungan yang mencakup pengelolaan limbah dan daur ulang, digitalisasi produk dan solusi perbankan, green building & green lifestyle, serta pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati juga berperan dalam mewujudkan ekonomi hijau dan rendah karbon menuju net zero emissions di tahun 2060.

“Kami juga melihat pemerintah telah menunjukkan dukungannya melalui berbagai kebijakan, seperti insentif untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), penerbitan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) serta mengembangkan Climate Risk Management & Scenario Analysis (CRMS). Tentunya kebijakan ini perlu dipahami dengan baik oleh semua pemangku kepentingan agar penerapannya di masing-masing kegiatan usaha bisa berjalan dengan baik,” jelas Linda.

Pada prinsipnya, BCA mendukung berbagai kebijakan pemerintah, regulator, serta otoritas perbankan dalam rangka memperkuat kedaulatan perekonomian nasional, mempercepat transisi energi hingga mencapai target penurunan emisi karbon di Indonesia. “Kami meyakini upaya pemerintah Indonesia dan regulasi green finance sudah cukup baik dalam mengejar target penurunan emisi karbon,” ungkapnya.

Linda mengatakan, pada dasarnya pembiayaan hijau membawa dampak positif bagi seluruh lini perekonomian negara, termasuk kepada nasabah yang menerapkan prinsip keberlanjutan. Dengan menjalankan konsep keberlanjutan, nasabah dapat memiliki keseimbangan dalam menghadapi perubahan dan tantangan sehingga bisnis dapat bertahan di masa mendatang sekaligus memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

“Kami berharap dukungan dari regulator semakin luas dalam sosialisasi mengenai penerapan keuangan berkelanjutan, green financing, circular economy, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Kami percaya bahwa dibutuhkan waktu serta kontribusi dan koordinasi yang kuat antar seluruh stakeholder untuk mendapat manfaat yang besar bagi kemakmuran, kesejahteraan dan keberlanjutan bangsa Indonesia di masa depan,” pungkasnya.


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles