Arsitektur Masjid Al Jabbar yang begitu megah, berasal dari imajinasi arsitek sekaligus Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Imajinasi itu kemudian dituangkan dalam bentuk sketsa dan menjadi dasar arsitek serta kontraktor untuk membangun masjid yang terletak di Gedebage, Kota Bandung, tersebut. Kang Emil sapaan Ridwan Kamil menceritakan, dirinya membutuhkan proses panjang dalam merancang desain Masjid Al Jabbar. Awal merancangnya pada 2015, saat ia masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung. Selain berkontemplasi, ia melakukan riset untuk memperkaya imajinasinya.
Hingga akhirnya, ia terinspirasi dari ilmu matematika Aljabar dalam mendesain Masjid Al Jabbar. Menurutnya, penemu Aljabar, Al-Khawarizmi merupakan ilmuwan yang mampu membangkitkan peradaban melalui ilmu matematika. Selain dua hal tersebut, Al Jabbar merupakan asmaulhusna yang berarti Maha Berkehendak. Tiga hal itu, katanya, terkandung sekaligus dalam nama Masjid Al Jabbar.
“Saya berimajinasi kemudian berkontemplasi. Butuh riset juga. Jadi, sebulan itu tidak ada ide. Akhirnya, karena Jabar adalah Jawa Barat, Aljabar juga matematika, sehingga gagasan besarnya adalah mengambil inspirasi dari rumus matematika,” kata Kang Emil.
Ia tidak menampik bahwa desain Masjid Al Jabbar sangat rumit dan sulit untuk terwujud. Namun, ia punya keyakinan besar bahwa imajinasi yang rumit tersebut dapat menjadi kenyataan apabila diterjemahkan dan dituangkan dengan sebaik-baiknya. “Diimajinasi saya agak rumit. Bentuk-bentuk yang melengkung-lengkung dengan berbagai variasi itu tidak mudah diwujudkan kalau menggunakan teknik membangun biasa,”
ucapnya.
Maka, katanya, pencarian teknik dan material baru untuk membangun Masjid Al Jabbar dilakukan. Akhirnya, sejumlah teknik dan material baru pun ditemukan. Hal itu menjadi ilmu baru sekaligus memperkaya dunia arsitektur masjid. “Jadi masjid ini memberikan ilmu baru, cara membuat bentuk-bentuk lengkung yang biasanya susah menjadi lebih mudah. Makanya saya yakin kontraktor di sini punya pengalaman luar biasa, menemukan cara-cara baru,” tuturnya. “Hidup kita kan berimajinasi. Kita melihat masa lalu sebagai cermin, kita bertindak hari ini, kemudian kita mendesain masa depan,” kelakarnya.