Minggu, April 27, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Rapor Biru Paramount Group di Usia 17 tahun, Mana Lini Paling Cuan?

PropertyandtheCity.com, Surabaya – PT Paramount Enterprise International (PEI) akan berulang tahun yang ke-17 pada Senin, 18 Desember 2023, mendatang. Dalam Media Briefing menyongsong ulang tahun tersebut, Kamis (26/10/2023), Presiden Direktur (Presdir) PEI, M. Nawawi, mengatakan di usia yang ke-17 ini PEI ingin terus menebarkan aura positif dan bergerak maju menyongsong masa depan yang lebih baik bersama Indonesia.

“Paramount Group atau yang hari ini kami sebut Paramount Enterprise International sudah tidak balita lagi, juga sudah melewati masa remaja karena tanggal 18 Desember tahun ini akan memasuki usia 17 tahun. Artinya, kami ingin menjadi suatu hal yang istimewa untuk lebih maju, meningkat serta memberi banyak dampak baik kepada masyarakat luas,” katanya.

Presiden Direktur Paramount Enterprise International, M. Nawawi (kanan), bersama Henry Napitupulu, Direktur Paramount Land (kiri)

Nawawi yakin, kepercayaan yang diperoleh dari konsumen selama ini adalah juga buah perjalanan berbagai inovasi yang telah dihasilkan. Di PEI, proses inovasi berlangsung dalam semangat bahwa pasti ada cara atau jalan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan dibandingkan dengan apa yang telah dicapai sampai hari ini, yang melambangkan visi dan filosofi perusahaan, Enriching Lives.

“Bagaimana kita bisa sejahtera bersama bangsa, bagaimana kita bisa menjadi aset daripada bangsa ini, bagaimana kita bisa menjadi kebanggaan yang dimaksud. Jadi saya kira itu akan selalu menjadi mimpi-mimpi yang kita pertahankan sesuai motto dan filosofi grup Paramount yaitu Enriching Lives di mana perusahaan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata tapi juga meningkatkan kualitas hidup konsumen dan masyarakat, serta memberi nilai tambah bagi pemangku kepentingan,” ujarnya.

Sejak mulai beroperasi secara resmi di Indonesia pada 2006, PEI secara penuh mendukung berbagai munculnya inovasi di sektor properti. Berbagai tantangan yang lahir dari kebijakan pemerintah Indonesia dan perkembangan kebutuhan konsumen selama belasan tahun terakhir ini di negeri ini, menjadi inspirasi bagi PEI dalam pengembangan produk dan layanannya.

Untuk diketahui, holding grup perusahaan ini adalah Batik Keris, pabrikan lawas berdiri sejak 1920 yang menghasilkan produk teksktil seperti baju dan kerajinan tangan yang berdiri sejak 1920. Holding ini membawahi PEI yang memiliki empat subdivisi, diantaranya Paramount Land, Parador Hotels & Resorts, Bethsaida Hospital dan Seraphim Medical Center (Health & Beauty) dan Energi. Nah, PEI saat ini dipimpin oleh M. Nawawi sebagai presdir.

“Properti adalah arm business perusahaan kami, dengan prosentase 80 persen kontribusi pendapatan masih mengandalkan Paramount Land,” lugas Nawawi.

Produk properti township Gading Serpong yang terkenal seantero Jabodetabek itu dikembangkan di bawah Paramount Land. Mulanya, PEI membangun divisi Paramount Serpong yang kemudian rebranding menjadi Paramount Land pada 18 Desember 2006. Subdivisi ini fokus dan serius mengambil peran sebagai developer properti residensial berupa landed housing (rumah tapak).

Bila sejarahnya dikerucutkan, Gading Serpong sebelumnya dikembangkan oleh PT Jakarta Baru Cosmopolitan (JBC) yang merupakan joint venture antara Summarecon Group dan Batik Keris sejak tahun 1992 dengan luas area 2.000 hektar (ha). Pada tahun 2006, untuk mengakselerasi perkembangan Gading Serpong, keduanya sepakat melakukan pembagian wilayah. Paramount Land 1.200 ha, Summarecon 800 ha.

Benar saja, satu dekade terakhir kawasan Gading Serpong di Kelapa Dua, Tangerang, Banten, yang berbatasan langsung dengan Serpong, Tangerang Selatan, kian sohor dengan ragam fasilitasnya, dan menjadi pusat pertumbuhan baru di barat Jakarta. Semuanya tersedia di kota ini, mulai dari mal, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, klinik kecantikan, hotel, area komersial, dan lain-lain.

Kelahiran Gading Serpong adalah salah satu contoh inovasi PEI yang dinilai sangat berhasil dan memberi kontribusi besar bagi pengembangan industri properti nasional. Muncul pertama kali sebagai pengembang kota mandiri, kemudian dengan berbagai inovasi PEI berhasil masuk ke pasar properti lebih luas.

“Tahun 2006 kami menyebutkan diri sebagai Paramount Serpong lalu berubah menjadi Paramount Land untuk meneruskan pengembangan Kota Gading Serpong. Waktu itu, ada satu kondisi dimana kota ini sudah ada penghuninya, artinya sudah ada yang diurus. Dari situ muncullah ide-ide sebagai rencana ekspansi bisnis perusahaan, dari pengembang properti ke perhotelan, kesehatan dan lain sebagainya,” ungkap Nawawi.

Bukan aji mumpung, Nawawi justru menyebut langkah perusahaannya tersebut melambangkan visi dan filosofi holding grup yaitu Enriching Lives, tadi. Berpikir untuk masa depan, termasuk memaksimalkan aspek positif produk properti sebagai aset mengagumkan, bangunan tinggal dan beraktifitas menyenangkan, tenang dan nyaman.

“Kehadiran kami untuk memperkaya kehidupan melalui semua unit bisnis PEI,” tambahnya.

 

Membiakkan Uang

Gading Serpong kini kerap menjadi sasaran investor untuk membiakkan uangnya. Township yang dikembangkan bersebelahan dengan kota mandiri BSD City di sisi selatan dan Lippo Village di sisi barat sekitar 30 tahun lalu itu, sejak awal pengembangannya sudah menjadi hunian favorit kalangan profesional menengah.

Sekitar 3-4 tahun terakhir harga rumahnya naik gila-gilaan menyusul makin lengkapnya fasilitas dan dukungan infrastruktur. Dalam setahun harga rumahnya bisa naik hingga 15-25 persen. Kini rumah paling murah yang dipasarkan Paramount Land Rp900 juta ke atas di klaster New Amarillo tipe 41/32. Sedangkan produk komersial macam rumah toko (ruko) termurah dibanderol Rp2,3 miliar di Madison Grande tipe 90/45 (2 lantai).

“Para pemilik kapital tidak mau melewatkan peluang ini. Mereka masih tetap minat berbelanja rumah atau ruko kemudian direnovasi lalu dijual lagi. “Rumah yang sudah direnovasi dan diisi perabotannya bisa dijual lagi dengan harga gila-gilaan,” kata Ivan Janitra, broker properti dari Xavier Marks Gading Serpong.

Letaknya sporadis, harga jualnya tergantung kepadatan kawasan. Misalnya di Malibu Village. Ivan mengatakan, di klaster ini rumah dengan tanah 56 m2 seharga Rp900 jutaan pada 2016, setelah diisi perabotan dengan biaya sekitar Rp300 juta dapat dijual lagi di atas Rp1,8 miliar.

Sisi selatan Gading Serpong di dekat perbatasan BSD City saat ini juga menjadi favorit kalangan profesional, keluarga muda dan kalangan mapan karena pengembangannya relatif baru namun akses dan fasilitasnya berlimpah. Karena peminatnya sangat banyak harganya cepat meroket. Ivan menyebut, kliennya yang membeli tipe 89/60 di klaster Omaha Village dekat area komersial Pisa Grande juga mendapat untung besar. Rumah tiga lantai yang dibeli sembilan tahun lalu seharga Rp1,1 miliar setelah direnovasi kecil-kecilan dengan menambah gudang, area jemur, dan perabot lengkap di area mezanin, saat ini sudah ditawar Rp2,5 miliar.

Sasaran Investor

Peluang  untuk ikut berperan sebagai generator ekonomi semakin terbuka ketika  Paramount Land membangun komplek ruang usaha seluas 22 ha di sisi selatan Gading Serpong sejak tahun 2021. Namanya, Manhattan District.  Dari sini lahirlah produk-produk komersial yang diharapkan mampu mempercepat kemajuan Gading Serpong hingga menjelma menjadi replika kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang lebih dulu ada.

Perusahaan serius membangun megaproyek komersial ini. Bahkan, prinsipal arsitektur dan disain interior kenamaan Airmas Asri diplot sebagai perancangnya. Produk-produk komersial yang sudah diluncurkan di antaranya Hampton Promenade, Madison Grande, Hampton Avenue, Hampton Avenue Studio Loft, Hampton Square.

“Black Owl sudah konfirmasi akan buka di Hampton Square. Kami optimis proyek ini akn terserap dengan baik karena koridor selatan Gading Serpong ini dilalui 6.500 kendaraan per jam setiap harinya. Captive market juga sudah terbentuk karena dikelilingi lebih 40 klaster terhuni dan beragam fasilitas kota,” buka Direktur Paramount Land, Henry Napitupulu.

Melalui proyek pusat gaya hidup terluas se-Jabodetabek ini, selain menjadi basis area kongkow dan lahan bisnis terpadu di Gading Serpong,  Manhattan District juga menjadi basis lokasi potensial mengeruk cuan bagi pengusaha-pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya.

“Inilah antara lain tujuan kami meluncurkan komplek terpadu gaya hidup masyarakat urban ini, yaitu mendorong lahirnya berbagai inovasi dalam industri lifestyle, F&B, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya,” ujar Henry.

Capaian perusahaan di usia 17 tahun ini juga bisa ditengok dari proyek rumah tapak di area pengembangan township terbarunya Paramount Petals di Jalan Raya Curug, Kabupaten Tangerang, Banten. Township kompak seluas 400 ha yang diluncurkan sejak Juli 2021 itu telah memasarkan tiga klaster (Aster, Canna dan Gardenia). Adapun marketing sales Paramount Petals hingga pertengahan Agustus mencapai Rp446 miliar dari target Rp850 miliar, dan berkontribusi 20 persen dari perolehan prapenjualan Paramount Land sebesar Rp5 triliun per Oktober 2023.

Tak hanya sektor properti yang gemilang. Selama 13 tahun terakhir, PEI juga memiliki top selling produk di bisnis hotel yang digagas sejak tahun 2010. Dua tahun setelah inisiatif tersebut, lahirlah Parador Hotels & Resorts sebagai subunit bisnis kedua. “Jadi PEI baru lahir empat tahun, sudah berani membuka usaha perhotelan pertama di Gading Serpong,” tandas Nawawi.

Jenama Atria masih menjadi hotel andalan perusahaan. Selain di Gading Serpong, dua hotel Atria lainnya beroperasi di Malang, Jawa Timur, dan Magelang, Jawa Tengah. Di Pulau Bali PEI membangun Fame Hotel di Jalan Sunset Road.

Portofolionya makin bertambah berkat masuknya Seraphim Medical Center di Gading Serpong. Ini adalah subunit bisnis ketiga Holding grup melengkapi rumah sakit Bethsaida. SMC berupa klinik yang menyediakan layanan kesehatan premium berupa functional medicine (kedokteran fungsional), perawatan kecantikan, pusat rehabilitasi medis dan terapi gaya hidup.

Kini dengan pasar dalam negeri yang terus berkembang, peluang PEI untuk ikut berperan dalam berbagai inovasi properti, layanan kesehatan dan perhotelan, serta energi semakin terbuka. “Kami mengharapkan dukungan semua pihak agar Paramount Enterprise International bisa berkontribusi lebih besar bagi kemajuan industri apapun,” demikian Nawawi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles