PropertyandtheCity.com, Jakarta – Seiring pulihnya ekonomi domestik pasca-pandemi, kredit konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tumbuh double digit hampir 12% secara year on year (yoy) di 2023. Salah satu komponen utama penopangnya adalah produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Emiten bersandi BBRI ini telah menyalurkan kredit KPR dengan total plafon sebesar Rp12,03 triliun kepada hampir 35.000 debitur pada periode Januari hingga September 2023. Penyaluran kredit tersebut masih didominasi penyaluran kredit KPR Komersial dengan persentase sebesar 75%.
Per September 2023 realisasi outstanding KPR BRI mencapai Rp50,05 triliun atau tumbuh 18,9% dibanding tahun sebelumnya, dengan total debitur KPR sebanyak 165 ribu debitur dan mengalami peningkatan year on year sebesar 25,53%.
Division Head Consumer Sales Management 2 Division BRI, R. Madya Januar, mengungkap, outlook pertumbuhan KPR BRI yang positif itu didukung kehadiran konsumen di segmen milenial dan zilenial yang mendominasi portofolio pinjaman KPR BRI. Adapun total debitur usia 20-40 tahun yang merupakan golongan milenial dan zilenial itu sebesar 115.000 orang, atau sekitar 69% dari total 165 debitur KPR BRI per September 2023. Selanjutnya proporsi terbanyak kedua adalah pada rentang usia 40-50 tahun dengan persentase 24%.
“Setiap individu langgas memiliki situasi keuangan dan preferensi berbeda-beda. Oleh karena itu, BRI telah menyediakan beragam produk pembiayaan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka, termasuk melakukan penelitian pasar dan survei pelanggan terkait perubahan kebutuhan dan preferensi mereka. Pemahaman yang kuat tentang tren ini akan memudahkan kami dalam mengembangkan produk dan strategi yang sesuai untuk kaum milenial dan zilenial,” tutur Madya, ekslusif kepada Property and the City di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Keyakinan Madya didukung data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, yaitu dari total 270 juta penduduk Indonesia, sebanyak 53,81% adalah warga berusia 20-40 tahun. Potensi KPR untuk anak muda makin terbuka lebar selaju dengan backlog perumahan sebesar 12,7 juta rumah. “Kalangan milenial, masyarakat urban, maupun segmen pekerja muda lain merupakan pasar besar dan pasti butuh hunian,” tukasnya.
Menurutnya, ada tiga pokok pertimbangan BRI dalam melihat potensi kebutuhan rumah tinggal untuk generasi Y dan Z. Antara lain, urbanisasi tinggi dimana sebagia besar milenial dan zilenial masih memilih tinggal di kota-kota besar, sehingga dinilai akan menciptakan permintaan kuat untuk rumah tinggal di wilayah perkotaan.
Kedua, pendapatan golongan ini cenderung meningkat sehingga kemampuan finansial akan lebih baik untuk membeli atau membiayai rumah.
Ketiga, bagaimana pun juga rumah adalah investasi jangka panjang. Peningkatan kesadaran untuk berinvestasi bagi para milenial dan zilenial akan mendorong pertumbuhan bisnis properti.
Antisipasi
Sejumlah strategi disiapkan agar tetap bisa melayani segmen milenial-zilenial dengan baik, menyusul perubahan demografi dan gaya hidup akibat revolusi teknologi informasi. “Kami sudah mengantisipasinya melalui penyediaan program KPR yang fleksibel, digitalisasi dan teknologi hingga berkolaborasi dengan startup proptech untuk membantu menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih baik, termasuk pencarian properti online, virtual tours, dan solusi teknologi terkait properti lainnya,” jelas Master of Business lulusan IPMI International Business Scholl Jakarta, ini.
Terkait digitalisasi, BRI meluncurkan pengajuan pembiayaan melalui aplikasi seluler dan platform online bertajuk Brispot dan Brimo. Belum lama juga dirilis digital platform Homespot sebagai mortgage ecosystem engine yang akan menjadi one stop solution digital. Melalui platform tersebut, end user dan developer rekanan BRI, broker properti, asuransi, dan kontraktor dapat terhubung dalam satu ekosistem.
BRI menawarkan dua program KPR untuk anak muda. Pertama, KPR Spesial HUT BRI ke-128 bunga mulai 2,88% fixed 1, 2, 3 dan 5 tahun, berlaku untuk properti baru dan seken baik beli dari developer, agen maupun take over. Kedua yaitu KPR Suku Bunga Berjenjang yang ditujukan untuk pembelian properti baru (primary market) dari developer yang bekerja sama dengan BRI. Ditawarkan bunga mulai 4,75% berjenjang 8, 10, 15 dan 20 tahun.
“Banyak dari generasi milenial dan zilenial memiliki beban finansial yang signifikan, sehingga variasi suku bunga yang bersaing akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Mereka cenderung mencari penawaran yang paling menguntungkan dari berbagai lembaga keuangan,” kata Madya.
Saran Bagus
Tidak ada yang membantah harga rumah semakin tidak terjangkau masyarakat secara luas. Harganya dipacu kencang meninggalkan tingkat penghasilan masyarakat yang terseok di belakang. Tapi bukan berarti masyarakat yang menerima upah minimum regional (UMR) tidak bisa memiliki rumah. Madya memberikan sejumlah saran kepada anak muda agar berani beli rumah kendati dengan penghasilan terbatas.
Pertama, pahami anggaran keuangan dengan merinci berapa penghasilan Anda, berapa biaya hidup, dan berapa banyak yang dapat mereka alokasikan untuk membayar KPR. Hemat Madya ini akan membantu mereka menentukan seberapa besar rumah yang dapat mereka beli dan berapa besar uang muka yang mereka perlukan.
Selanjutnya, siapkan uang muka. Ini penting, karena semakin besar uang muka yang disiapkan, semakin kecil jumlah pinjaman KPR yang dibutuhkan. “Menyiapkan uang muka dapat mengurangi beban pembayaran bulanan,” lugasnya.
Madya mengatakan, membeli rumah merupakan komitmen jangka panjang, tetapi dengan perencanaan yang baik dan disiplin keuangan, itu bisa menjadi kenyataan. Maka itu, ia menyarankan cari properti sesuai kemampuan bayar. Rumah tinggal berlokasi di pinggiran pusat kota tentu harganya lebih terjangkau.
“Akses sekarang luar biasa. Meskipun jaraknya jauh dari pusat bisnis tapi kemana-mana gampang berkat transportasi publik yang sudah memadai, khususnya di wilayah Bodetabek. Manfaatkan juga program subsidi atau bantuan pemerintah. Ini sangat membanti karena cicilan flat sampai lunas. Intinya, jangan meminjam lebih dari yang Anda mampu bayar,” tutupnya.