...

Building Tomorrow Paradise Indonesia: Ciptakan Ekosistem Bisnis Inklusif, Berkelanjutan dan Penuh Harapan

PropertyandtheCity.com, Jakarta – Belakangan frasa “green” dan “sustainability” kerap dilontarkan sejumlah kalangan institusi dalam jamak diskusi mengenai kota, konstruksi, bangunan dan peradaban manusia. Efisiensi energi, isu bangunan hijau, berkelanjutan, cara membangun yang merespon dan peduli pada alam, bla, bla, bla itu, terus bergulir kencang dalam konteks sosial, kendati dalam kenyataannya tak sehebat kedengarannya. Demikian sindiran tajam Aktivis Lingkungan Greta Thunberg dalam pertemuan Youth4Climate di Milan, Italia, dua tahun lalu.

Greta tak asal berkoar. Perserikatan Bangsa-Bangsa tegas menyebut emisi karbon tidak menunjukkan penurunan. Justru bakal naik 16% pada 2030. Tahun lalu saja, gas buang yang disebabkan produksi energi naik 0,9% mencapai 36,8 gigaton. Padahal, emisi global harus dipangkas separuhnya selambat-lambatnya 2030, agar suhu bumi tidak melampaui 1,5 derajat Celcius. Begitu kesepakatan komunitas internasional.

Memperbaiki sifat konsumsi ugal-ugalan terhadap energi dan kegiatan manusia di keseharian yang memicu suhu bumi melonjak-lonjak semestinya menjadi urgensif dan tak ada kompromi, demi terjadi keseimbangan antara manusia dan alam.

Pengamat Tata Kota Nirwono Joga mengungkapkan, kota menentukan peradaban. Warga kota menentukan wajah kota. Dengan membangun warga kota, peradaban terbangun. Pembangunan kota harus mencerdaskan kehidupan bangsa melalui tata ruang yang adil dan berkelanjutan. “Pembangunan kota ditujukan bagi seluruh warga agar tercapai masyarakat adil dan makmur, sehingga peradaban kota kita bisa sejajar dengan kota atau bangsa besar dunia lain,” kata Joga tertuang dalam bukunya berjudul “Membangun Peradaban Kota” (2018).

Menurutnya, merancang dan membangun bukan hanya tentang kebutuhan dari manusia, namun juga tentang aspek lingkungan yang terdampak. Maka itu, pembangunan berbasis ekonomi hijau adalah suatu keniscayaan. “Hijau yang dimaksud disini adalah konsep kehidupan ramah lingkungan dan berkelanjutan, salah satu kriterianya adalah taat pada kebijakan pro-lingkungan,” terang Joga.

Konsistensi pengembangan bisnis properti PT Indonesia Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development), terbukti ampuh musabab proyeknya sukses dan digemari banyak orang. Sejak masa pandemi Covid-19 yang membuat segala bisnis tersengal-sengal, hingga jelang lepas landas menuju pergantian presiden Republik Indonesia (RI), perusahaan developer anak bangsa yang digagas sejak tahun 2002 ini kian cemerlang dalam menyelesaikan pembangunan proyek properti komersial, hospitalilty dan residensial-nya yang berbasis berkelanjutan.

Nama Paradise Indonesia memang belum senyaring pengembang kelas kakap seperti Sinar Mas Land, Pakuwon atau Summarecon, namun keluwesannya membangun dan mengoperasionalkan proyek properti patut diacugi dua jempol.

Kenalkan, Kuta Beackwalk Shopping Center, Mal FX Sudirman, The Plaza Office, Mal Plaza Indonesia, Grand Hyatt Hotel, Harris Hotel, Sahid Kuta Lifestyle, 31 Sudirman Suites, Hyatt Place,  dan Mal 23Paskal Bandung. Ini adalah sebagian brand-brand pusat perbelanjaan, pusat gaya hidup kekinian, perkantoran dan hospitality ternama di Indonesia dibawah kepemilikan Paradise Indonesia. Siapa yang tak tahu proyek ikonik di atas?

Yes, Paradise Indonesia nyatanya sekaliber itu. Prestasinya bukan bualan belaka. Boleh dikroscek deretan proyek-proyek eksisting di atas. Semuanya berjalan, hidup, ramai dan dikenal seantero negeri, khususnya di kalangan kaum urban dan digital nomad yang doyan jalan-jalan, belanja dan kongkow.

Perusahaan komitmen memperkuat portofolionya dengan bukti membangun dan menghidupkan seluruh proyek premium dan value segment yang diluncurkan, bukan sekadar janji-janji. Sepanjang 21 tahun berkiprah di bisnis properti, terekam tak satu pun proyek yang diluncurkan ditolak pasar. Selama itu pula, pengembang dengan 20 bisnis properti ini belum pernah berhenti membangun atau gagal sebagai developer. “Kami adalah developer yang sangat berhati-hati mengerjakan proyek, supaya kami bisa menjaga keberlangsungan setiap proyek yang diluncurkan dan dibangun,” ujar Presiden Direktur PT Indonesia Paradise Property Tbk., Anthony Prabowo Susilo.

Tropical Passive Design

Bisnis tidak sekadar cuan bagi Paradise Indonesia. Menciptakan imbas sosial dan lingkungan yang sehat selama-lamanya bagi seluruh rakyat dan negeri ini adalah misi lain Perseroan. Maka itu, konsep “green” dan “sustainability” diyakini perusahaan akan menjadi isu krusial masa depan mengingat tahun 2050 kelak sebanyak 70% populasi dunia diprediksi akan tinggal di perkotaan, dimana gedung-gedung di perkotaan itu akan menggunakan 40% energi dan air secara global, selain menggerus sepertiga sumber daya bumi.

Beachwalk Kuta Bali pada malam hari.

Seluruh pemangku keputusan Perseroan setuju bahwa sektor konstruksi dan arsitektur memiliki peran cukup besar dalam mengurangi dampak buruk terhadap bumi, musabab keduanya adalah manifestasi dari ide yang mengalir terus menerus dalam menciptakan pengalaman, ekspresi dan impresi terhadap ruang, bukan sekadar bentuk dan fungsi. Berkelanjutan bukan lagi hanya dicirikan dengan membuat sumur resapan, menanam pohon dan tanaman perdu serimbun-rimbunnya, tetapi juga ditunjukkan dengan pengurangan penggunaan energi.

Bergerak di ranah arsitektur, etika lingkungan berkelanjutan menjadi embrio Paradise Indonesia. Perseroan serius mempersiapkan diri menjadi developer sadar lingkungan secara sungguh-sungguh dengan perencanaan yang matang, sejalan dengan kampanye perusahaan bertajuk “Building Tomorrow” yang dilego tepat di usia ke-21 tahun, Oktober 2023 lalu. Inisiasi kampanye ini melugaskan di masa depan Paradise Indonesia akan terus membangun produk-produk properti sesuai dengan prinsip-prinsip berkelanjutan di bidang energi dan budaya, agar tercipta ruang yang nyaman dan ramah lingkungan.

“Building Tomorrow Paradise Indonesia menjaga komitmen untuk menciptakan ruang terbuka hijau dalam rangka turut serta menjaga bumi Indonesia yang hijau dan sehat, melalui desain bangunan inovatif yang memadukan nilai-nilai budaya lokal dengan bangunan modern dengan tetap merujuk pada nilai-nilai environment, social dan good governance,” imbuh Director & Chief Project Planning & Design Paradise Indonesia, Patrick Rendradjaja.

Kuta Beackwalk Shopping Center (3,7 ha/3 lantai) di Badung, Bali, adalah salah satu objek arsitektur rancangan Paradise Indonesia yang mewakili kampanye tersebut karena didesain tanggap lingkungan. Bentuk respon bangunan mal terhadap lingkungan lebih banyak menggunakan sumber daya alam yang ada di sekitar, seperti sinar matahari, angin, dan kearifan lokal, sehingga selaras antara buatan manusia dengan alam. Tujuannya tak lain agar terjadi efisiensi energi dan tercapai optimasi rancangan.

Beroperasi sejak tahun 2012, mal yang berada di Jalan Pantai Kuta, Kuta, ini, diapit oleh dua resor ternama, yaitu Harris Resort Kuta Beach dan Sheraton Bali Kuta Resort. “Kami tidak menjual langsung (semua) produk kami, tetapi kami membangun dan mengoperasionalkannya. Contoh, Kuta Beachwalk di Bali. Dulunya hotel namun kurang optimal, kemudian kami kembangkan menjadi proyek mix used paling padat di Pulau Bali,” papar Anthony.

Kuta Beachwalk didesain terbuka (open space) memadukan gaya lokal dengan lanskap arsitektur kontemporer mengadopsi konsep Terasering Sawah melalui sistem penghijauan (greenery) bertingkat berupa penyematan taman vertikal di sejumlah sisi bangunan. Konsep ini menjadi nadi pemanfaatan warisan budaya dan iklim lokal dari tapak objek desain pasif yang dimaksud.

Dilihat dari hasil akhir rancangan mal, pengembang serius mempelajari detail iklim mikro suatu tempat, kebiasaan warga dan kontur tanah lebih dulu sebelum proyek tersebut dibangun. Hasilnya, plot bentuk dan orientasi bangunan mal tidak meleset. Semuanya sesuai kondisi sekitar, termasuk seperti apa bukaan pada bangunan, organisasi ruang, pembayangan, serta memperhatikan ruang luar dari bangunan mal.

Penempatan ruang terbuka hijau sebagai void berupa taman dan kolam di bagian tengah yang berada di lantai dua mal, menciptakan nuansa tropis sekaligus dijadikan spot menarik untuk menikmati sunset di Pantai Kuta. Panas Pantai Kuta rerata 30-34 derajat Celcius dapat diredam dengan orientasi bangunan mal dan aliran air mengalir mengitari bangunan juga kolam hidup yang berada pada tengah bangunan itu. Gerak air dan suara gemericik kesejukannya menambah magnet kuat sekaligus menegaskan konsep green arsitektur pada proyek komersial ini.

Kuta BeachWalk menunjukkan usaha keras dari Paradise Indonesia untuk memadukan kearifan lokal dan alam lingkungan, dalam upaya mendapatkan efisiensi energi dan tercapainya optimasi desain.

Community Hub & Jujukan Urban

Kesuksesan developer membangun sebuah proyek properti tak sebatas unitnya habis terjual, melainkan juga mesti dilihat proyek tersebut hidup dan ramai tidak, karena kerap kali proyek kosong tak ada kegiatan manusia karena sepi pengunjung padahal developer mengklaim ‘sold out’.

Pendapatan berulang masih menjadi andalan Paradise Indonesia.

Direksi dan manajemen Paradise Indonesia diberkahi insting bisnis yang kuat. Sebut contoh, dalam situasi ekonomi global yang sering tak pasti, pihaknya lebih memilih mengakuisisi sejumlah proyek ketimbang membuka proyek baru dari nol sebagai strategi bisnis.

Mal ikonik FX Sudirman di central business district (CBD) Sudirman, Senayan, Jakarta Selatan, misal. Tempat hub yang cukup popular di kalangan generasi pop ini, terintegrasi dengan Harris Hotel dan Gelora Bung Karno (GBK). Menuju ke sini super gampang, karena letaknya sangat strategis. Bisa mengandalkan MRT turun di stasiun Istora, atau naik Transjakarta busway arah Blok M turun di Halte GBK.

Sejarah mencatat, proyek mulai dibangun pada 2003 dan selesai tahun 2005. Dulu namanya masih Sudirman Place. Tingkat keterisian yang buruk membuat mal yang resmi dibuka pada Maret 2006 ini hampir kandas. Beruntung Grup Paradise Indonesia mengakuisisinya pada 2008 menjadi FX Lifestyle X’enter sebelum berubah nama dan konsep menjadi FX Sudirman, sebuah urban community hub dengan konsep hangout (pop culture).

Prinsip bisnis kedua perusahaan adalah tak mau tanggung. Apapun yang dikerjakan harus sepenuh hati dan totalitas. Apartemen Pinnacle yang menjadi bagian dari FX Sudirman ‘disulap’ Paradise Indonesia berganti fungsi menjadi Harris Hotel sejak Juni 2011. “Kunci sukses sebuah bisnis adalah mau berkompetisi dengan dasar inovasi dan kreativitas,” ungkap Co-Founder, Commissioner Paradise Indonesia, Agoes Soelistyo Santoso, setahun lalu saat perayaan hari jadi Paradise Indonesia ke-20 tahun.

Kuatnya intuisi perusahaan dalam mengembangkan destinasi gaya hidup ikonik di kota-kota strategis mengantarkan tiap bangunan atau ruang yang dibentuk selalu menjadi top of mind. Proyek pertamanya adalah membangun hotel untuk kalangan anak muda yang kala itu belum ada pasarnya, yaitu Harris Hotel Tuban, Bali (2003). Hotel dirancang sebagai tempat inap ‘new generation’ melalui arsitektur ringan dan desain yang fokus pada penggunaan warna-warna cerah seperti orange, putih dan abu-abu. “Konsepnya mixed-use development, ada hotel dan ritel yang saling terhubung di satu kawasan, sekarang proyek Harris Hotel di Bali ini menjadi pionir untuk pengembangan hotel lainnya,” tambah Agoes.

FX Sudirman di Senayan, Jakarta. Dok Foto: Colliers Indonesia

FX Sudirman dan Harris Hotels adalah contoh kejelian Paradise Indonesia membangun sebuah proyek. Tak hanya lokasi ciamik, konsep dan siapa target pasarnya digagas betul, tak sekadar coretan kertas. Perusahaan optimis akan tetap kuat menghadapi tantangan ekonomi ke depan dengan sehatnya aspek finansial perusahaan. Pembukuan INPP menyebutkan lebih dari 80% dari pendapatan perusahaan berasal dari recurring income alias pendapatan berulang, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak akibat banyak sebab musabab.

“Tahun 2021 omset kami 87 persen dari recurring revenue. INPP adalah property listed dengan omset terbesar di Indonesia. Hotel dan mal kami dividennya tetap jalan. Bahkan kami adalah property listed dengan nilai hutang modal terendah di Indonesia,” tandas Anthony.

Tahun 2023 juga diklaim menjadi tahun yang sangat baik bagi Perseroan dengan peningkatan 42% dalam pendapatan berulang. Membaiknya sektor pariwisata, khususnya selama musim liburan berkontribusi pada peningkatan aktivitas perhotelan dan komersial. “Terutama sebagian besar aset strategis kami yang terletak di Bali, yaitu tujuan utama wisatawan,” imbuhnya.

Mengatasi Persoalan

Dalam pilah-memilah proyek, Paradise Indonesia tidak asal comot. Asal nilainya masuk, prospeknya bagus, digarap. Bukan begitu perhitungannya. Ambil alih proyek juga senantiasa mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan kualitas hidup manusia. Konsep transit oriented development (TOD) menjadi nilai lebih sebuah proyek untuk diakuisisi.

Progres pembangunan Apartemen Antasari Place di Jakarta Selatan terus berjalan. Ini proyek ke-24 yang berjalan dan ke-7 yang diakuisisi Paradise Indonesia.

Seperti diutarakan Profesor Gunawan Tjahjono, Guru Besar Ilmu Aristektur Universitas Indonesia, bahwa prinsip dasar TOD adalah merapatkan sebuah kawasan dengan jarak kebutuhan waktu dan energi perjalanan yang lebih sedikit, dalam bepergian dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. “TOD adalah gerakan bijak dalam merancang sebuah kota dengan tujuan utama membuat kota menjadi lebih padat namun tetap efisien karena semua komponen penting kehidupan berada dekat satu sama lain,” jelas Prof Gun, begitu ia disapa.

Di kota-kota besar di negara maju yang mobilitasnya didukung transportasi massal bagus seperti Hong Kong (yang masuk dalam wilayah administrasi khusus) di China, Tokyo di Jepang, Toronto di Kanada, Portland dan San Fransisco di Amerika Serikat, kata Gunawan, konsep hunian TOD sudah lama dikenal dan berhasil membantu mengatasi persoalan lalu lintasnya. Mereka memiliki transportasi publik yang lancar dan padat sehingga hunian konsep TOD bisa berjalan.

Di Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta, ia melihat konsep pengembangan hunian berbasis TOD tampaknya juga akan nge-tren menyusul massifnya pembangunan moda transportasi massal seperti bus rapit transit (BRT) atau busway, mass rapit transit (MRT) serta kereta api ringan (LRT). Hunian-hunian baru di tengah kota harus memiliki tata-guna lahan campuran yang dapat digabungkan dengan pertokoan, kantor maupun pasar modern dan supermarket.

Joga menambahkan, di kota besar sering muncul permasalahan urban sprawl, kemacetan dan kawasan kumuh. Tahun 2018, World Bank mencatat sebagian besar kaum ulak-alik menghabiskan waktu lebih dari 60 menit setiap hari di perjalanan dengan jarak tempuh lebih dari 30 kilometer. “Konsep hunian berbasis TOD menjadi niscaya. Semua itu bisa dimulai dari membangun lahan-lahan yang masih kosong berupa hunian vertikal,” tuturnya.

Proyek apartemen Antasari Place (2,5 ha/2 tower) satu diantaranya. Ini adalah proyek akuisisi ke-7 Paradise Indonesia melalui PT Duta Prospek Sukses, yakni pada 15 Oktober 2021. Lokasinya di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Sebelumnya, tajuk proyeknya Antasari45. Menuju Stasiun MRT Fatmawati 5-7 menit atau 10 menit dari Stasiun Kereta Komuter Tanjung Barat melalui Jalan TB Simatupang.

Pasca-akuisisi, konsep arsitektural dan Ijin Membangun Bangunan (IMB) tak diubah. Justru pengembang menambahkan konsep smart living hingga fasilitas hijau dan mixed use yang mengintegrasikan konektivitas, ruang efektif, dan ritel.

Ia optimis proyek residensial berbasis vertikal tetap memiliki pasarnya, selaju dengan program hunian ke depan yang akan menghadapi tantangan mengingat semakin terbatasnya lahan, kemampuan pendanaan pemerintah di sektor perumahan, backlog, keterbatasan data yang akurat, teknologi murah dan penyederhanaan peraturan.

Pada Mei 2023 lalu pengerjaannya sudah masuk tutup atap. “Fokus kami membangun secepat-cepatnya. Sampai hari ini kami masih pada jalur yang direncanakan. Apabila apartemen yang 8 tahun mangkrak ini sukses di tangan kami, maka orang-orang akan melihat rekam jejak INPP lebih bagus lagi,” lugas Anthony.

Jakarta dan Bali bukan satu-satunya saksi kesuksesan Perseroan. Konstruksi proyek kondominium 31 Sudirman Suites di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diluncurkan pada awal masa pandemi Covid-19, juga tuntas dikerjakan dalam kurun waktu tiga tahunan. Bahkan 33 bulan diantaranya persis dibangun saat pandemi. Kondominium yang terintegrasi dengan Hotel Hyatt Place mencakup 231 unit kamar tipe 3 bedroom Private Suites (Private Lift), 3 bedroom Premier Suites, dan 2-bedroom suites ini dilego Rp2,1 miliar hingga Rp 4,9 miliar.

Sebelumnya, INPP juga telah menyelesaikan pembangunan proyek apartemen One Residence (29 lantai/300 unit) di Batam, Kepulauan Riau, dalam waktu dua tahun. “Bahkan setahun setelah diluncurkan, sertipikat dan AJB nya sudah pecah. Ini bagian dari janji dan komitmen kami di awal. Itu penting sekali untuk menjaga reputasi INPP sebagai developer terpercaya,” jelas Anthony.

Di perjalanannya ke-21 tahun, Paradise Indonesia telah menghadirkan 24 proyek mencakup 12 hotel dari 8 brand, 6 pusat komersial dan 3 residensial di Indonesia. Ada juga beberapa proyek menarik lainnya yang sedang berjalan, seperti perluasan 23 Paskal Bandung dan proyek 23 Semarang, yang keduanya diprediksikan rampung pada tahun 2025.

Selamat Ulang Tahun ke-21, Paradise Indonesia. Semoga semakin semangat membangun negeri dan mampu berkembang menjadi entitas bisnis properti berdaya saing. Let’s Building Tomorrow!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini