PropertyandTheCity.com, Jakarta – PT IFCA Property365 Indonesia, perusahaan teknologi aplikasi manajemen untuk proyek properti seperti hunian tapak (landed house), apartemen, mal, perkantoran, superblok, hotel dan kontraktor yang terintegrasi dengan human resources (HR) system, melalui produknya IFCA Software meluncurkan perangkat lunak anyar berbasis solusi dengan manfaat finansial, XSeries.
Software tersebut resmi dirilis dan mulai digunakan pengguna IFCA Software sejak Rabu (23/10/2024).
Melalui inovasi tersebut, IFCA Software berupaya menyempurnakan pelayanan dengan menambahkan sejumlah menu atau fitur. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam mengakses seluruh data yang tersentralisasi di sektor properti, hotel, kontraktor dan HR.
Presiden Direktur PT IFCA Property365 Indonesia, Musa Dirgantara, mengatakan, inovasi XSeries dirancang dan diuji coba di pusat pengembangan IFCA Software di China dan Malaysia, sebelum akhirnya diboyong ke Indonesia.
“XSeries adalah one stop solutions yang bisa diakses oleh user dari mobile dan cloud dilengkapi teknologi AI (kecerdasan buatan), sehingga membuat semua proses lebih efisien dan efektif. Datanya tersentralisasi dan real time. XSeries merupakan hasil dari tercapainya produk market fit. Produk ini telah dioptimalisasi lebih baru, canggih dan full integrated,” ujar Musa kepada Property and The City di Jakarta, Rabu (23/10).
Melalui XSeries, lanjut Musa, pengguna mendapatkan fungsi maksimal dari IFCA Software. Utamanya, bagi perusahaan multi-company dengan beragam tupoksi, mulai dari land management dan akuisisi, perencanaan anggaran per proyek, manajemen kontraktor termasuk inventory control dan logistik, penyewaan properti bahkan hitungan komisi untuk sales. Fitur XSeries diklaim seamless, data yang tersentralisasi, serta pengaturan akses data dan akses fungsi admin yang fleksibel.
Belum Melek Digital
Melalui pengembangan IFCA XSeries, pengguna dapat memperoleh solusi tepat dan lengkap atas kendala-kendala yang muncul dalam pengelolaan SDM dan keuangan di perusahaan. Dengan begitu, produktivitas serta efektivitas perusahaan dapat meningkat.

Selain itu, imbuh Musa, peluncuran XSeries juga dapat meminimalisasi kerugian dan memberikan manfaat finansial bagi perusahaan. “Upaya dan inovasi tersebut sejalan dengan tagline produk tersebut, yakni ‘empowering businss with next generation cloud solution,” kata Musa.
Sebagai informasi, IFCA Software telah dipercaya dan digunakan lebih dari 800 proyek properti di Indonesia selama 30 tahun. Sejumlah pengembang properti papan atas diklaim Musa telah menggunakan produk softwarenya untuk operasional proyek. Mulai dari Agung Podomoro Land untuk proyek mal Central Park, superblok Podomoro City, dan apartemen Podomoro Golf View, lalu Gapura Prima untuk proyek apartemen Belleza Permata Hijau dan Bellagio Mansion Mega Kuningan, hingga Pakuwon Group untuk Pakuwon City, Tunjungan Plaza, EastCoast, Pakuwon Town Square dan masih banyak lagi lainnya.
“Customer based terbanyak masih di Pulau Jawa, 80 persen. Software kami digunakan lebih banyak untuk proyek-proyek highrise, seperti apartemen, perkantoran, dan hotel. Rumah tapak ada tapi tidak banyak, karena di Indonesia kalau developernya skala kecil mereka masih berpikir belum saatnya pakai sistem,” ungkap Musa.
Menurutnya, kebutuhan perusahaan properti pada penggunaan sistem digital masih terkait kontrol penjualan dan arus kas atau cashflow. “Baik developer kecil, menengah dan besar mereka maunya kontrol penjualan dari sisi sales dan kontrol anggaran dari sisi pembangunan. Anggarannya harus sesuai dan tercapai, tidak melebihi. IFCA bisa kontrol cashflow, penjualan, sampai perhitungan pajak. Sistem kita komplit, mulai dari pembebasan dan penggunaan lahan, logistik, supply chain, penjualan hitung komisi hingga serah terima unit ke konsumen, semuanya ada,”
Di sisi lain, kesenjangan digital akibat akses dan infrastruktur yang belum merata terhadap teknologi dan internet, bukanlah satu-satunya tantangan bisnis software di dalam negeri. Namun, Musa menyebut minimnya edukasi dan literasi digital membuat banyak orang belum melek digital.
“Mentalitas customer di Indonesia masih konservatif untuk investasi ke software atau entreprise. Di negara-negara maju, mereka pasti plot 3-5 persen untuk sistem IT dan software dari total anggaran proyek. Indonesia masih kecil, ngga sampai 1 persen. Kalau di luar negeri satu proyek bangun 20 unit rumah tetap wajib pakai sistem. Di Indonesia 1 proyek bangun 500 unit sistemnya masih manual. Harapannya dengan kemajuan digital mindset tersebut akan berubah selaju dengan perekonomian yang kian maju, sistem manual pelan-pelan dihilangkan,” pungkasnya.