Propertyandthecity.com, Bogor (Jawa Barat) – Berbarengan dengan agenda Halal Bi Halal (HBH) tahunan, Real Estate Indonesia (REI) Komisariat Bekasi menggelar akad kredit KPR rumah bersubsidi bersama Bank BTN di Hotel Nuanza Cikarang, Bekasi (Jawa Batat), pada Senin (22/05/2023).
Para pengembang properti anggota REI Bekasi konsumen, notaris, jajaran petinggi REI Belasi berikut puluhan anggotanya, hingga staf KPR Bank BTN tumplek blek berpartisipasi dalam acara tersebut.
Ketua Komisariat REI Bekasi Tuti Mugiastuti menjelaskan, ini adalah kegiatan akad kredit massal yang dilakukan Komisariat REI Bekasi pertama kalinya, musabab umumnya akad kredit dilakukan masing-masing pengembang atau di kantor cabang Bank BTN masing-masing wilayah.
“Dibarengi acara HBH sekaligus akad kredit supaya lebih greget kegiatan HBH. Diharapkan lebih banyak lagi diadakan akad massal,” ujar Tuti dalam keterangan tertulis di Bekasi, yang dinukil Rabu (24/5/2023).
Adapun pengembang yang menghelat akad massal ini antara lain TMA Group, ARRAYAN Group, PT. Berkah Cahaya Gemilang, dan Wildan Lestari, dengan empat notaris dan perwakilan 16 konsumen dari total 250 konsumen yang siap melakukan akad kredit.
Akad kredit massal ini dinilai cukup efektif dan efisien karena dilakukan serempak untuk sejumlah proyek perumahan, sehingga ke depannya Tuti berharap akan lebih banyak lagi akad massal KPR yang bisa dilakukan Komisariat REI Bekasi.
“Apalagi sampai akhir tahun 2023 ditargetkan 5000 unit rumah bisa akad kredit. Dari 5000 unit rumah ini sekitar 25 persennya adalah rumah komersial, sisanya rumah subsidi. Saya yakin sampai akhir tahun 2023 target untuk REI Bekasi ini akan tercapai karena masih ada 7 bulan lagi,” ungkapnya.
Walaupun demikian, Tuti tidak membantah ada penurunan dari realisasi akad kredit sampai dengan pertengahan Mei ini. “Mungkin karena habis Hari Raya Idul Fitri dan holiday, mudah-mudahan segera normal kembali dalam bulan-bulan berikutnya,” ujar Tuti.
Adapun program REI Komisariat Bekasi lainnya yang akan dijalankan adalah proses penyerahan fasum dan fasos yang dibangun para pengembang, bedah rumah dan turnamen golf. “Banyak anggota REI yang minta turnamen golf diadakan lagi dan sebagai kegiatan rutin REI Bekasi,” pungkas Tuti.
Potensi Besar, Meski…
Kendati Bank BTN sebagai menjadi mitra utama para pengembang di Bekasi, baik dalam kredit konstruksi maupun pembebasan lahan dan KPR, sejumlah pengembang lainnya di Bekasi juga bekerja sama dengan bank pemerintah lainnya.
“Beberapa bank pemerintah yang lain juga memberikan menawarkan yang menarik. Jadi ini sebetulnya potensi pasar yang bisa diambil,” ujar Tuti.
Teguh Wahyudi, Kepala Subsidized Mortgage Division Bank BTN di sela-sela acara menyebut realisasi KPR rumah subsidi di wilayah Bekasi Raya yang mencakup Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi sangat bagus. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan industri di Bekasi Raya yang terus membaik, selain penyebaran industri yang juga banyak. Kehadiran para pekerja di industri ini menjadi target pasar proyek perumahan, mengingat backlog rumah di Indonesia juga masih tembus 12 juta unit.
“Para developer jelas akan memanfaatkan momentum tersebut. Inilah yang mendorong kebutuhan rumah subsidi di Jawa Barat khususnya di Bekasi raya sangat tinggi,” ujar Teguh.
BTN akan intens berkolaborasi dengan REI Bekasi agar kebutuhan rumah di Bekasi Raya tersedia dengan baik, khususnya segmen subsidi. “Kami masih bisa menguasai pasar rumah subsidi di Bekasi raya hingga 84 persen sampai April ini karena kami dukung dari hulu sampai ke hilir. Kita ikat dulu kredit konstruksinya termasuk kredit pembebasan lahan. Kalau ini sudah kita pegang, realisasi KPR harus dengan Bank BTN dong. Kuncinya di sini,” ujarnya.
Sementara itu salah satu developer yang fokus pada penyediaan perumahan rakyat Asmat Amin mengatakan, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan perumahan yang pro rakyat. Menurutnya, dalam 4 tahun ini pengembang masih minim dukungan dari pemerintah terkait kebijakan rumah subsidi. “Ada satu juta kebutuhan rumah di luar backlog, kalau tidak ada kebijakan yang komprehensif dari pemerintah, jumlah ini akan terus bertambah,” kata Asmat yang juga CEO Arrayan Group.
Ia menyoroti perlunya Kementerian Perumahan yang berdiri sendiri seperti era pemerintahan sebelumnya. Menurutnya, sudah 7 tahun tidak ada kementerian perumahan yang fokus menangani persoalan backlog sehingga membuat sektor perumahan berjalan lambat.
“Penanganan perumahan rakyat tidak bisa setengah-setengah. Harus ada kebijakan dari hulu ke hilir. Bila tidak, backlog perumahan akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Saya berharap siapapun presiden terpilih berikutnya diharapkan kembali membuat kementerian perumahan sendiri sehingga bisa fokus menangani perumahan,” akunya.