
PropertyandtheCity.com, Tangerang – Menyebut Serpong, Tangerang, Banten, orang langsung terbayang kawasan yang telah berkembang menjadi sentra hunian menengah atas dengan segala fasilitasnya yang komplit. Dari waktu ke waktu, Serpong mentasbihkan diri sebagai kiblat kaum urban yang mencari hunian di barat Jakarta. Aksesnya mudah, berlimpah sarana-prasarana, dan letaknya dekat Jakarta baik melalui jalan biasa, tol, maupun kereta.
baca juga, Akibat Pembangunan KEK Mandalika, 16 KK Pindah ke Hunian Tetap di…
Kawasan ini menjadi kota modern dengan dibangunnya beberapa proyek kota baru yang terintegrasi dan saling melengkapi. Infrastruktur yang dibangun developer bahkan lebih baik dari yang tersedia di Jakarta. Fasilitasnya juga tidak kalah dengan ibukota. Mal, pusat gaya hidup, pusat bisnis, pusat pendidikan dan komersial semuanya ada.

Tak heran bila Serpong yang berbatasan dengan Jakarta Barat dan Selatan, Kabupaten Bogor dan Tangerang, adalah wilayah di megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) yang pengembangan real estatenya dinilai paling kinclong. Karena ekspektasinya yang tinggi itu, permintaan terhadap properti di Serpong terutama sebagai investasi juga besar, sehingga harga rumahnya cenderung paling tinggi dan menjadi acuan di Jabodetabek dengan kenaikan yang melompat-lompat selama booming properti 2010-2013.
Boleh jadi saat ini terutama di proyek-proyek kota baru yang kini menjadi kantong hunian elit di barat Jakarta, sebut contoh Alam Sutera (1.000 hektar) di Pinang, Serpong Utara, sudah tidak ditawarkan lagi rumah seharga dibawah Rp1 miliar. Township (kota baru) yang berseberangan dengan kota baru BSD City ini menjadi sasaran investor untuk membiakkan uangnya. Sekitar hampir 30 tahun lalu itu sejak awal pengembangannya sudah menjadi hunian favorit kalangan profesional menengah. Sekitar lima tahun terakhir harga rumahnya naik gila-gilaan menyusul makin lengkapnya fasilitas dan dukungan infrastruktur.
Pengamat Properti dan Perkotaan Anton Sitorus menyebut, membeli proyek properti terpadu berikut semua fasilitasnya dalam satu kawasan berskala kota menjadi kebanggaan tersendiri bagi para pemilik kapital. Kota direncanakan dengan baik dan seksama sehingga betah dihuni dan nyaman di dalam keseharian.
“Ada rasa bangga ketika memiliki properti di pengembangan proyek skala kota seperti Alam Sutera. Prospeknya juga panjang sebab ada tahapan-tahapan dalam pembangunannya. Ini membuat orang yang menghuni atau pemiliknya punya potensi untuk mendapatkan keuntungan dari pengembanan kawasan tersebut, karena prospek investment horizon-nya lebih panjang,” ujar Anton, dalam acara Elevee Media Talk yang diadakan di Alam Sutera, Tangerang, Kamis (16/11)/2023).
Menurutnya, mempertimbangkan beberapa aspek seperti aksesibilitas yang sudah cukup memadai, antara lain akses tol untuk mobil, dan akses transportasi umum seperti commuter line, kemudian jarak Alam Sutera terhadap Jakarta, dan fasilitas kawasan yang sudah komperhensif, maka tingginya permintaan hunian masih masuk akal.
“Sampai saat ini wilayah barat proyek township-nya paling berkembang karena secara historis sejak tahun 80-an sudah mulai dikembangkan proyek skala kota di barat, jumlahnya banyak. Secara demografis, kelasnya middle-middle up. Di barat kelas middle up cukup signifikan. sejalan dengan infrastruktur yang lebih lengkap, termasuk akses dan koneksi ke bandara lebih banyak dibanding wilayah lain. Pasarnya lebih dinamis, bisa dilihat dari banyaknya jumlah proyek,” ungkap Anton.
Ia mengatakan, wilayah timur dan selatan Jakarta, tetap ada ceruk pasarnya kendati berbeda kebutuhaan. Wilayah timur seperti Bekasi dan selatan seperti Bogor dan Depok, mayoritas kelas middle low-middle. “Investasi asing banyak di barat Jakarta, timur ada tapi arahnya lebih ke proyek industrial, kalau hunian lebih ke barat. Sentul di selatan Jakarta belakangan berkembang tapi masih jauh dibanding timur apalagi barat, karena selatan itu densitinya rendah karena daerah resapan, KDB nya rendah sekali,” tambahnya.
Trend Setter
Menurut Anton secara umum perumahan di pengembangan township yang memiliki akses langsung menuju jalan tol, masih ‘reasonable’ menawarkan rumah dengan harga yang lebih tinggi. Pengembangan hunian kelas atas di Alam Sutera dengan segala macam fasilitasnya dinilai akan mendongkrak harga tanah di kawasan.
“Karena sisa lahan nggak terlalu banyak lagi, sudah high value, fokus pembangunannya saat ini komersial. Hunian yang ditawarkan juga sudah harus punya konsep-konsep yang menarik, karena kawasannya sudah menjadi trend setter. Kalau yang lain-lain masih dalam tahap pembangunan rumah konvensional, Alam Sutera sudah harus punya konsep yang lebih advance, karena harga lahannya sudah tinggi,” jelasnya.
Sementara Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer (CMO) Elevee Condominium di Alam Sutera menyatakan, bahwa faktor lain yang juga menjadi penentu sehingga Alam Sutera menjadi kawasan yang diminati konsumen dan trend setter adalah faktor manajemen kota atau yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi siapa saja yang ada di dalamnya.
“Proses ini perlu waktu yang panjang, sejak tahun 1994 sampi hari ini, pertama kali sebutan “klaster” digaungkan oleh Alam Sutera. Kami sejak awal serius menyiapkan kota ini. Apa yang kurang di sini? Alam Sutera menjadi The New Teritori, bukan hanya menjual tapi kami beri banyak added value hingga terjadi growth value. Nilai tumbuh di sini bukan talking about the value, tetapi kenyamanan warganya. Kami satu-satunya township dengan emergency response full, kami sangat peduli dengan kenyamanan dan keamanan penghuni,” cerita Alvin.
Saat ini dikembangkan Elevee Condominium (19 ha) yang tak hanya berkonsep sebagai hunian vertikal tapi akan dilengkapi beragam fasilitas penunjang kebutuhan penghuninya, sekaligus area forest park (hutan kota) seluas 4 hektar sebagai oasis sejuk di tengah kota. Tipe unitnya mulai 2-4 kamar tidur (87,8-243,8 m2).
“Dengan rekam jejak sejak lebih dari 29 tahun itu sudah berapa kali launching proyek. Kenaikan harga proyek pertama sudah berkali-lipat karena valuenya juga ikut terangkat,” pungkas Anton.