Rabu, April 23, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Bidik Penjualan 2025 Rp12,5 T, Sharp Electronics Indonesia: Demand Selalu Ada

Propertyandthecity.com, Magelang (Jawa Tengah) – Produsen perabotan elektronik PT Sharp Electronics Indonesia menargetkan penjualan Rp 12,5 triliun tahun ini. Target penjualan naik 0,5% atau setara Rp500 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, seiring optimisme bahwa potensi industri elektronik dalam negeri masih besar.

“Indonesia memiliki sumber daya manusia yang banyak, sehingga saya yakin apapun yang terjadi demand itu ada. Sebagai human being kita tidak bisa mencuci sendiri lagi, di rumah minimal juga harus punya lemari es. Beberapa produk permintaannya mengecil, tapi ‘kue’ itu tetap ada,” kata Senior General Manager Penjualan Nasional PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) Andry Adi Utomo, dalam talkshow bertajuk Empowering the Future with Sharp, yang menjadi rangkaian Sharp Press Gathering 2025 di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (22/2/2025).

Daya beli masih cukup kuat, tutur Andry, dimana hampir tiap rumah tangga membutuhkan barang elektronik. Potensi industri ini masih cemerlang sebab masyarakat Indonesia masih konsumtif. Karena itu, pihaknya berani menargetkan pertumbuhan penjualan dari sekitar Rp12 triliun pada 2024 menjadi Rp12,5 triliun pada 2025 dengan kontribusi terbesar dari penjualan home appliance.

Andry Adi Utomo, National Sales Senior GM, PT Sharp Electronics Indonesia.

Hal itu, terlihat dari kenaikan penjualan barang elektronik tahun lalu sekitar delapan persen dibandingkan 2023. Kontribusi terbesar penjualan produk Sharp di Indonesia disumbangkan dari produk lemari es (32,3%), AC (24,3%), Mesin Cuci (22,9%), LED TV (14%) dan lainnya di bawah 5%, termasuk produk smartphone.

“Kontribusi terkecil masih smartphone, di bawah satu persen. Tahun lalu, pendapatan Sharp Indonesia sekitar Rp1 triliun per bulan dari lintas unit bisnis. Bisnis smartphone hanya menyumbang sekitar Rp2 miliar. Tahun 2025, kami menargetkan bisa menjual seribu unit smartphone per bulan, secara jumlah unit lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya tapi secara nilai targetnya naik 20 persen,” terang Andry.

Melihat peluang pasar smartphone masih besar, Februari lalu produsen elektronik asal Jepang ini pun meluncurkan flagship ponsel terbaru yang memenuhi ekspektasi pengguna akan sebuah ponsel cerdas yang memiliki kemampuan fotografi sekelas kamera mirrorless dan kinerja yang tangguh, yaitu smartphone Aquos R9 Pro & Aquos Sense9.

Penetrasi Pasar

Andry menjelaskan, pencapaian Rp12 triliun tahun lalu merupakan hasil dari serangkaian strategi pemasaran yang efektif. Selain memfokuskan pada pasar ritel, pihaknya juga memperluas penetrasi ke sektor komersial, seperti hotel, kafe, dan restoran. 

“Kami mempunyai pengalaman dengan kondisi ekonomi yang parah. Tahun 1998 Sharp masih bisa survive. Kami mengalami dahsyatnya 2020 saat wabah Covid-19. Semua penjualan drop kecuali AC. Tahun 2021 pasar drop 30 persen, dan sempat recovery di tahun 2022. Titik baliknya di tahun 2023, Januari-Februari dibawah, masuk Maret bagus sekali kami mampu jualan Rp1,3 triliun sebulan. Mei-Juni 2023 turun lagi, Juli sampai Oktober naik 103-114 persen. Tahun 2024 melandai lagi, sempat bagus di awal tahun tapi tidak signifikan. Tetapi kalau setahun pencapain 104-105 persen, kita masih growth dibanding kompetitor lain,” paparnya.

Andry meyakini pasar barang elektronik tetap bergerak positif. Pihaknya bersiap meluncurkan sejumlah produk new design untuk menggairahkan pasar. Satu diantaranya melansir produk AC dengan desain warna hitam yang cocok untuk kebutuhan pasar kafe yang tengah berkembang pesat.

“Bisnis cafe lagi booming menggunakan gaya desain industrial pada bangunan dan perabotannya. Bahkan untuk melugaskan kesan industrial, AC nya dicat hitam dan abu-abu. Melihat potensi itu, kami meluncurkan AC terbaru Black Series,” ucapnya.

Upaya untuk mencapai target Rp12,5 triliun di tahun ini, Sharp akan gencar melakukan roadshow dan pameran di kota-kota kecil di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

“Kami buat pameran dengan nuansa ke-Jepang-Jepangan di kabupaten-kabupaten seperti Subang, Klaten, Pekalongan, Sidoarjo, Kudus, Salatiga dan lain-lain. Kalau di kota besar hiburannya sudah banyak. Di pinggiran kota ini sifatnya hiburan 50 persen, jualan 50 persen. Itu yang datang banyak. Campaign ini sudah berjalan enam tahun,” jelas Andry.

Penetrasi penjualan ke sub delaer, baik wholesales maupun ritel juga menjadi andalan perusahaan untuk mencapai target penjualan tahunan. Adapun jumlah Sharp Dealers di Indonesia mencapai 10.000 unit dengan luasan toko 50-150 meter persegi.

“Selain kami garap dan rapikan display-nya, kami juga memberikan promo cicilan 0 persen bekerja sama dengan sejumlah pembiayaan. Kami juga berikan insentif ke dealer yang menjual barang-barang Sharp berupa promo servis part dan pengerjaan diskon 50 persen. 

Andry mengakui hingga saat ini pangsa pasar Sharp terbesar berada di Pulau Jawa. Selain itu, beberapa kota yang ia nilai memiliki kontribusi cukup besar yakni Surabaya, Palembang, hingga Makassar. “Kalau ditanya paling besar mana, pasti Jawa,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles