Jumat, Mei 16, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Gading Serpong Terdongkrak Prospek Kawasan, Pengamat Tatakota Beberkan Pemicunya

PropertyandTheCity.com, Tangerang – Tahun 2024 masih menjadi periode menantang bagi pengembang. Tapi, dalam kondisi demikian ada sejumlah proyek yang penjualannya masih cukup mengesankan. Salah satunya Paramount Gading Serpong (1.000 ha) besutan Paramount Enterprise International (PEI) di Tangerang, Banten.

Tahun ini Paramount Land Gading Serpong muncul sebagai salah satu township paling laris di kawasan penyangga Jakarta. Tiga bulan pertama 2024 membukukan penjualan Rp1,5 triliun dari penjualan rumah, ruko, dan produk properti lain. 

M. Nawawi, Presiden Direktur PEI, menyebutkan, meski kondisi pasar properti tahun ini masih cukup menantang terutama pra pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada bulan Oktober mendatang, namun dengan keunggulan yang dimiliki Paramount Land Gading Serpong, hingga akhir tahun 2024 optimis penjualannya akan mampu mencapai target perusahaan sebesar Rp5,7 triliun.

“Karena produk yang ditawarkan cukup bagus dan kawasannya prospektif, konsumen tidak ragu bertransaksi,” ucapnya di Tangerang, Selasa (6/8/2024).

Ia memberi contoh penjualan produk bisnis dan komersial Manhattan District hingga April 2024 laku 1.000 unit. “Dipasarkan sejak 2021 sudah terserap 96 persen. Konsumen selalu ada. Mereka hanya lebih selektif. Kalau produknya menarik, pasti dibeli,” ujar Nawawi.

Konsumen banyak yang tertarik karena saat ini Manhattan District satu-satunya proyek komersil di Tangerang dengan area pengembangan berskala luas. Pengembangannya memautkan antar komplek bisnis dengan beragam jenis usaha dan peruntukan. Di dalamnya sudah terdapat Black Owl Dining & Libation, sebuah destinasi kuliner dan hiburan cukup populer di pusat bisnis Jakarta.

Tingginya permintaan ruang bisnis selaju dengan pertumbuhan populasi di kawasan Gading Serpong dan kota mandiri lain di sekitarnya, membuat PEI kembali merilis satu produk megadistrik terbaru. Pekan lalu, pihaknya meluncurkan Pasadena Central District (PCD), megadistrik seluas 40 hektare di pengembangan sisi selatan Gading Serpong. 

Pengembangannya mengintegrasikan hunian dengan kawasan bisnis didukung fasilitas komplit. Di dalamnya akan ada komplek hunian premium, mal interaktif, area komersial, lifestyle center, dan pedestrian hijau (Pasadena Walk). Gerai hypermarket seluas 10.000 m2 juga direncanakan akan masuk dalam masterplan.

Daya tarik PCD makin kuat karena megadistrik ini berpotensi menjadi alternatif CBD Sudirman, Jakarta, yang harga propertinya sudah tinggi. Harga rumah di PCD juga reasonable dan lokasinya strategis dekat dua gerbang tol, yakni exit tol BSD Barat (jalan Tol Serpong-Balaraja) dan exit tol Kota Tangerang (jalan Tol Jakarta-Merak). Jadi, mudah diakses dari berbagai kawasan di Jakarta dan sekitarnya.

Produk pertama dipasarkan Grand Pasadena Village. Rumah premium dua lantai yang dibanderol mulai Rp5 miliar per unit. “Rumah contoh sudah dibangun, sehingga tergambar jelas bagaimana kenyamanan tinggal di Pasadena Central District,” sambung Norman Daulay, Direktur Paramount Land.

Untuk membuka akses seluas-luasnya, bersama pengembang lain Paramount Land terlibat membangun jalan baru RoW 45 sebagai jalan utama yang melintasi PCD tembus ke bagian utara BSD City. “Akhir tahun ini (jalan baru itu) sudah bisa difungsikan,” katanya.

Kekuatan dan Diferensiasi

Paparan riset properti ‘Market Beat Q2 2024: Unveiling Greater Jakarta’s Retail Landscape’ di Jakarta beberapa waktu lalu, menyebutkan bahwa tren baru produk ritel atau komersial saat ini berfokus pada komunitas dan mixed use. Integrasi ruang hunian, hiburan dan rekreasi begitu kental terlihat sejalan dengan ekspektasi orang-orang kota yang menginginkan pengalaman berbelanja di pusat komersial yang didesain rileks melalui konsep green, spot-spot nyaman untuk berdiskusi dan cocok untuk sekedar slow healing dibandingkan pusat perbelanjaan yang dirancang bertingkat-tingkat.

Nawawi menyampaikan, konsep mixed-use tidak hanya menjadi jawaban untuk efisiensi jarak dan waktu, namun juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Gagasan ini terus berkembang di Kota Tangerang yang saat ini memiliki tantangan keterbatasan lahan. “Gading Serpong tumbuh dengan basis konsumen yang kuat sehingga berdampak baik pada pusat komersil di dalam kawasan,” jelasnya.

Pengamat Tatakota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, dalam acara diskusi “Tantangan dan Peluang Pengembangan Kawasan Terintegrasi City within a City”, yang diselenggrakan Forum Wartawan Perumahan Rakyat (FORWAPERA), di Hotel Atria, Gading Serpong, Selasa (6/8), menjelaskan bahwa konsep pengembangan perkotaan teringrasi yang ideal haruslah mengandung unsur “MENTARI”, yakni Menarik, Tangguh dan Lestari.

Menurutnya, pengembang harus memperhatikan beberapa aspek antara lain: Kota harus memiliki daya tarik kekinian mencakup modern, canggih, digital serta ramah lingkungan.

“Di koridor barat Jakarta, kawasan Gading Serpong adalah laboratorium hidup. Ini adalah contoh proyek pemukiman mandiri yang kompleks dan hidup bahkan sukses sebagai generator pertumbuhan ekonomi negara dan menguntungkan warga yang tinggal. Interaksi sosialnya terjadi secara alami membentuk populasi yang heterogen sehingga segmentasi pasar terjadi dengan sendirinya, sekaligus kotanya menjadi berkelajutan,” ujar Nirwono, yang karib disapa Yudi ini.

Yudi melihat, Gading Serpong masih menyimpan potensi besar dan semakin diuntungkan ketika rencana pembentukan kota aglomerasi Jabodetabekjur diwujudkan. Kota aglomerasi sendiri yaitu kota yang pembangunannya akan diikuti dengan kota-kota satelitnya. Sementara itu, Jabodetabekjur adalah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur atau Jabodetabekjur. Ia memastikan Kota Jakarta nantinya akan diperluas menjadi kota aglomerasi. Hal tersebut menyusul status Jakarta usai tidak lagi menjadi daerah khusus ibu kota (DKI).

“Kota Tangerang akan masuk dalam rencana itu. Pertama, pembangunan MRT dari timur ke barat tahun 2025 sudah dimulai trasenya. Boleh jadi 5-10 tahun ke depan akan dimulai pembangunannya. Kedua, karena faktor gaya hidup kini tren anak muda sebagai segmen yang menghidupkan sebuah kota faktanya lebih suka kerja di tengah kota atau CBD meski gajinya relatif kecil dibandingkan bekerja di kawasan industri yang pendapatannya lebih besar. Ketiga, rencana jalan tol JORR 3 yang akan mengelilingi lapisan ketiga Jabodetabek, Gading Serpong masuk pengembangan infrastruktur itu,” paparnya.

Menariknya, lanjut Yudi, Bandara Soekarno-Hatta dan berada di titik sentral kawasan potensial yang menjadi magnet baru di barat Jakarta yakni 3T (Tangerang Kota, Tangerang Selatan, dan Tangerang Kabupaten) yang jumlah penduduknya akan terus bertambah.

“Gading Serpong menjadi pintu masuk dari Bandara Soetta. Orang yang terbiasa pergi ke luar negeri akan memilih tinggal dekat bandara. Kawasan Tangerang Selatan hingga Kabupaten Tangerang pada 2045 penduduknya mencapai 10 juta. Pengembang tinggal cari dan temukan magnet atau episentrum apa yang membuat Gading Serpong kelak tidak tertandingi. Kuncinya adalah diferensiasi produk,” tutup Yudi yang juga Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan itu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles