...

Influencer Berbagi Tips Panen Cuan Dari Posting Konten Rumah

PropertyandtheCity.com, BogorAdanya sorotan terhadap kesulitan generasi muda untuk membeli hunian dikarenakan kenaikan harga properti tidak sebanding dengan pendapatan generasi muda sekarang ini. Kondisi ini kerap menjadi kekhawatiran generasi muda ditambah adanya ekspektasi dari generasi orang tua mereka, bahwa kalau belum punya rumah artinya belum sukses.

Dari sinilah muncul tuntutan bagi generasi muda untuk memiliki rumah impian. Seperti Agustinus Michel, yang beken sebagai @paksugus di TikTok. Menurutnya, generasi muda mendambakan hunian idaman sesuai preferensi, baik dari segi estetika, jenis rumah (tapak/apartemen), lokasi, dan budget.

Memilih rumah tapak atau apartemen semestinya disesuaikan dengan kebutuhan, karena keduanya memiliki perbedaan dari fungsionalitas, biaya maintenance, biaya listrik dan air, jasa keamanan, serta fasilitas kesehatan dan rekreasi yang tersedia. Sementara lokasi tentu menentukan budget. “Memilih hunian dambaan tentu harus mengerti kebutuhan dan karakteristik dari keluarganya,” jelas Michel dalam keterangan pers, Minggu (23/7/23).

Dalam diskusi Talkshow bertajuk “KPR Milenial dan Gen Z Mimpi Punya Rumah Estetik Yang Bikin Cuan” National Secured Sales Head, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Marizka Ellanda, menyampaikan, ini adalah saatnya generasi muda untuk punya rumah sendiri. Terlebih banyak developer yang sudah melek kebutuhan anak muda terhadap preferensi rumah langgas.

“Untuk rumah tapak, banyak anak muda yang ingin rumah di cluster, modern tapi minimalis, lingkungannya kecil tapi homey. Ada juga yang mau rumahnya smart home, yang menawarkan banyak kemudahan karena teknologi seperti lampu yang bisa dinyalakan dan dimatikan dengan bertepuk tangan, musik yang diatur dengan perintah suara, hingga sistem keamanan terintegrasi. Mereka juga tertarik dengan rumah yang mengedepankan open space atau ruang terbuka,” ujar Marizka.

Marizka bilang, sebaiknya generasi muda sesegera mungkin membeli properti karena harga properti terus akan naik, dan kalau uang hanya ditabung, bisa jadi uang tabungan plus bunga tidak akan bisa mengejar harga properti yang didambakan. “Rumah bisa jadi aset tambahan karena sifatnya hak milik, bisa diagunkan kapan saja jika tiba-tiba ada kebutuhan mendadak seperti sekolah anak, keluarga jatuh sakit, dan lain-lain,” terangnya.

Zaman Endorse

Agustinus membagikan cara jitu agar beli rumah bisa menambah sumber pendapatan, yaitu lewat konten kreator seputar home living. Belakangan banyak muncul selebgram rumah dan parenting yang mengulas terkait rumah dan perlengkapannya. Ulasan lebih ke arah humanity yang fokus mengangkat desain, perjuangan membeli rumah, review produk dan peralatan rumah tangga hingga kegiatan masak di keseharian.

“Kuncinya adalah sense of belonging. Orang biasanya lebih sayang sama barang punya sendiri, karena ada kebanggaan bisa memiliki barang itu. Dari situ, kita akan termotivasi untuk menjadikan rumah kita itu se-estetik dan senyaman mungkin, sehingga kita bahkan bisa mendapatkan cuan dari situ,” ujarnya.

Tipsnya untuk menjadikan rumah estetik yaitu, pertama untuk membuat moodboard sebelum membeli properti. Isinya bisa diambil dari internet atau dari media sosial, yang penting fungsinya adalah supaya kita bisa membayangkan warna dan tema rumah seperti apa yang kita mau. Dari situ, kita bisa menentukan vendor atau barang-barang apa yang harus dipilih untuk mengisi rumah kita supaya cocok dengan tema dan warnanya, dan supaya sesuai dengan budget yang dimiliki.

Menurutnya, tidak harus semua sudut rumah harus sengaja dibuat estetik, tapi kalau warna sudah tepat, barang-barang yang dibeli nyambung, dengan sendirinya akan bagus estetiknya. Bahkan, secara tidak sadar kita sebagai penghuni juga akan otomatis menyamakan diri dengan estetika rumah. “Rumah bisa memengaruhi penghuninya. Seperti saya, sekarang tanpa sadar bahkan baju-baju saya warnanya senada dengan rumah saya. Saya percaya bahwa rumah yang kita desain dan bangun dari hati, pengaruhnya akan di luar bahkan dari apa yang kita bayangkan,” katanya. Tapi, ia mengingatkan, estetika dan fungsional harus tetap seimbang.

Baginya, rumah itu punya kepribadian dan branding, dan itu harus disesuaikan dengan branding dan kepribadian pemiliknya. Nantinya, proses menjadikan rumah sebagai upaya mencari tambahan penghasilan itu bisa mengalir dengan sendirinya, seperti misalnya kita membuat konten tentang keseharian kita di rumah.

“Selama bikin konten, saya jadi lebih peka sama rumah sendiri. Dari situ saya terinspirasi bikin rumah jadi iconic sehingga banyak di-endorse brand. Lalu jadi lebih mudah untuk memasarkan diri dan rumah sendiri untuk mendatangkan cuan, modalnya ya memanfaatkan apa yang di depan mata kita, seperti hape dan media sosial,” imbuhnya.

Marizka menambahkan, sekarang ada banyak jalan untuk menjadikan rumah sebagai sumber penghasilan tambahan. Selain dijadikan konten dan studio seperti Agustinus, orang juga bisa memilih untuk membeli Ruko, jadi rumah bisa sekaligus dijadikan tempat usaha. Nah, hasil dari bisnis atau content creation itulah yang nantinya bisa digunakan untuk membayar rumah itu sendiri.

Danamon menawarkan produk KPR Danamon Lebih, di mana tabungan dan KPR bersinergi untuk untungkan nasabah karena bunga KPR sama dengan bunga tabungan. “Jadi semakin tinggi saldo yang ada di rekening, semakin kecil beban bunga yang dibayarkan. Nasabah juga bisa tarik dan setor kapan saja karena ini tabungan, bukan deposito. Nanti, akan di-net off di setiap akhir bulan,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini