Propertyandthecity.com, Bogor – Wabah virus corona atau Covid-19 yang belum tahu kapan berakhirnya dan sudah menjadi wabah pandemi di 200 negara telah memukul ekonomi di banyak negara. IMF sendiri sudah mengingatkan saat ini dunia sudah memasuki krisis ekonomi. Indonesia yang saat ini masih bergulat dengan jumlah korban Covid-19 sudah dalam bayang-bayang ancaman krisis ekonomi. Berbagai sektor ekonomi sudah merasakan terpukul karena faktor cepatnya penularan Covid-19.
Menurut Kris Banarto, GM Sales and Marketing Bukit Cimanggu City (Gapuraprima Group), bisa saja Indonesia menuju krisis ekonomi akibat Covid-19 karena sebenarnya tahun 2019 saja ekonomi Indonesia sudah melemah karena beberapa faktor eksternal seperti perang dagang China dengan Amerika Serikat dan keputusan China melakukan devaluasi mata uang Yuan. Dampak faktor eksternal itu berlanjut tahun 2020 ditambah dengan adanya wabah pandemi Covid-19 yang masuk ke Indonesia.
Baca: Hadapi Corona, Ini yang Dilakukan Intiland
China saja, butuh waktu 4 sampai 5 bulan untuk mengatasi wabah Covid-19. Indonesia bisa mengatasi 6 bulan saja sudah bagus. Bahkan, kalau tidak biasa menangani wabah pandemi bisa lebih lama lagi, mungkin sampai akhir tahun ini. “Artinya seberapa lama krisis tergantung dari penanganan COVID-19,” ujar Kris Banarto, kepada Property and the City lewat jawaban tertulis.
Saat ini saja, lanjut Kris, sapaan akrabnya, industri pariwisata, jasa, transportasi, perdagangan, manufaktur, penerbangan, pertambangan, minyak dan gas, ritel, logam dan baja, konstruksi, otomotif, properti semua mengalami dampak penyebaran wabah Covid-19.
“Suatu tanda Indonesia sudah memasuki masa krisis yang serius. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2.1 persen. Saat ini rupiah melemah dikisaran Rp16.400,- dan IHSG turun menjadi Rp4.600,” ujar Kris.
Baca: Pasar Perumahan Sekunder Q1-2020 Mulai Melambat
Kris mengingatkan dalam kondisi seperti ini ada beberapa langkah yang harus diambil pengembang agar tetap mampu bertahan. Efisiensi adalah langkah pertama yang harus diambil pengembang dan itu bisa dilakukan beberapa cara. Perampingan struktur organisasi perusahaan menjadi organisasi yang efektif dan efisien. Kesempatan untuk membuang karyawan tidak produktif, biasanya sekitar 10 persen hingga 20 persen yang berada di area poor grade. Terkait dengan kredit ke bank, tidak perlu ragu untuk restrukturisasi pinjaman ke bank. Berikutnya kalau memungkinkan bisa menjual aset yang tidak profitable.
Sebagai pengembang yang sudah kenyang asam garam menghadapi berbagai krisis ekonomi di Indonesia, Gapuraprima Group sepertinya sudah sigap menghadapi kondisi seperti ini. Kris, misalnya, meminta para marketing di Bukit Cimanggu City melakukan strategi marketing yang tidak lagi face to face karena anjuran social distancing. Beberapa strategi marketing Bukit Cimanggu City yang sudah dilakukan seperti Campaign ATL online, berupa iklan, testimoni, news baik di Google, Facebook, Instagram, Website, Blog dan YouTube.
Campaign BTL online melalui personal touch di WhatsApp, SMS , email dan telephoning. Memberikan edukasi kepada customer, inilah waktu yang tepat untuk membeli rumah it’s time to buy, karena banyak developer yang memberikan tambahan diskon. Artinya, konsumen mendapatkan bottom price. Memaksimalkan penjualan repeated order dan penjualan melalui program buyer get buyer.
Tentu saja dalam kondisi seperti ini, Kris berharap bank-bank memberikan stimulus kepada para pengembang dan konsumen KPR yaitu masyarakat. Kepada pengembang, diharapkan bank bisa memberikan restrukturisasi pinjaman. Sedangkan kepada debitur atau customer, bank bisa memberikan keringanan biaya proses yang saat ini bisa mencapai 5 persen dari plafon kredit.
Baca:Corona Akan Membuat Berbagai Pihak Mereview Targetnya
“Termasuk memberikan bunga rendah di awal, misalnya, 2 tahun pertama, tahun ke-3 dan seterusnya bisa lebih tinggi,” ujarnya. [Hendaru]