Minggu, April 27, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Covid-19 Bikin Olimpiade 2020 Ditunda

Tokyo harusnya siap mengambil keuntungan ekonomi dari penyelenggaraan Olimpiade 2020, tetapi wabah Covid-19 membuat ajang olah raga terbesar ini digeser ke 2021. Berapa kerugian akibat penundaan ini.

Baca juga, CCTV TOWER (China Central Television )

Wabah pandemi Covid-19 telah meluluhlantakan sendi-sendi kehidupan masyarakat dunia mulai dari kehidupan social, keagamaan, ekonomi hingga olah raga. Sementara hingga hari ini kita belum tahu kapan berakhirnya wabah pandemi. Jepang yang juga terpapar wabah pandemi Covid-19 harus menerima kenyataan pahit, ajang olah raga terbesar di jagad ini olimpiade yang harusnya digelar di negeri matahari terbit ini terpaksa ditunda. Olimpiade 2020 Tokyo harusnya digelar dari 24 Juni hingga 9 Agustus 2020 resmi ditunda karena wabah Covid-19.

Dalam keterangan resmi pemerintah Jepang dan IOC (International Olympic Committee) sepakat untuk menunda pelaksanaan Olimpiade 2020 Tokyo selama satu tahun dan paling lambat digelar pertengahan tahun 2021. Padalah kalau saja Olimpeade Tokyo ini digelar tahun ini, tidak kurang dari 11 ribu atlet dari lima benua dijadwalkan bertanding di ajang olah raga empat tahunan ini. Ditundanya hingga 2021 bahkan mungkin dibatalkannya olimpiade musim ini adalah sebuah kenyataan pahit yang harus diterima Tokyo selaku tuan rumah.

Sekalipun Olimpiade Tokyo ditunda hingga 2021 tetap menimbulkan ketidakpastian kondisi tahun depan. Padahal berbagai vendor dan lembaga olah raga sudah mengeluarkan dana tidak sedikit. Bagi Jepang sebagai tuan rumah, baik ditunda maupun dibatalkan tetap telah mengeluarkan dana tidak sedikit. Padahal ajang olimpiade ini diharapkan sanggup mendorong perekonomian Jepang. Dalam hitung-hitungan pakar ekonomi olah raga Profesor Emeritus Katsuhiro Miyamoto dari Kansai University, Jepang akan menderita kerugian sekitar 640,8 miliar yen jika Olimpiade Tokyo ditunda. Sementara jika dibatalkan, lebih buruk lagi karena kerugiannya bisa mencapai 4,5 triliun yen. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memilih penundaan.

Tokyo selain sebagai ibukota negara Jepang, juga pusat keuangan, pusat industri hiburan, dan pariwisata menjadi salah satu sektor penting di Tokyo. Berdasarkan riset 2019 yang diterbitkan Statista, ada sekitar 21,8 juta wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Tokyo. Data itu diperoleh ketika masih dalam keadaan normal, belum ada wabah Covid-19. Gedung-gedung kantor di kawasan Akasaka, Ikebukuro, Roppongi, Marunouchi, Nihonbashi, Nishi-Shinjuku, Shinjuku, Shibuya, dan Shiodome, menjadi tujuan utama para pelaku bisnis dari mancanegara, karena perusahaan-perusahaan besar Jepang berkantor di gedung-gedung ini.

Ada lebih dari 650 ribu perusahaan PT yang beroperasi di Tokyo. Kantor-kantor tersebut sanggup menyerap hingga 6 juta tenaga kerja dari total 13 jutaan penduduk. APBD Tokyo pun sanggup memiliki porsi 12,5 persen dibandingkan seluruh APBN Jepang.

Meski kawasan Tokyo utamanya merupakan area perkotaan, sektor pangan pun masih memiliki ruang produksi di kota ini. Data Pemerintahan Metropolitan Tokyo mencatat, sejumlah hasil alamnya, antara lain, tomat, timun, ayam, babi, pir, buah kiwi, lobak, dan jagung. Ada pun hasil lautnya adalah ikan kinmedai dan ikan forel/trout. Lahan pertanian sangat terbatas, yakni hanya di bawah 8.000 hektar dan terlaksana dalam konsep urban farming. Ada pula, pertanian di dalam ruangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles