BERBEDA PENDAPAT DENGAN ORANG TUA, NGGAK SALAH KAN?
Keneth Sandy (Kent)
Menapaki tangga kesuksesan di bidang desain interior dan arsitektur bukanlah sebuah cita-cita dari cerita masa lalunya. “Terjebak”, mungkin kata yang tepat menggambarkan success story-nya ketika harus melawan kemauan orang tua untuk meneruskan bisnis keluarga. Keneth Sandy atau yang kerap disapa Kent berani mendobrak pemikiran lalu dan membuktikan bahwa dunianya kini adalah pilihan tepat.
Pria 30 tahun penyuka makan dan traveling ini pun semakin dikenal seantero negeri. Bahkan puluhan public figure dan artis telah menggunakan jasanya mendesain kantor dan hunian mereka. Kent yang disebut perfectionist dan apa adanya oleh rekan dan teman-temannya itu kian jaya dengan KENT-Interior and Architect Consultant – usaha miliknya.
“Dunia interior dan arsitektur itu tidak seperti yang mereka bayangkan. Kita bisa lebih kreatif disitu dan bisa mencapai sukses,” demikian Kent membagi kisah suksesnya. Berikut cuplikan wawancaranya dengan Property and The City Magazine, beberapa waktu lalu:
Anda dikenal sebagai seorang desainer interior yang sukses. Apakah ini adalah cita-cita sejak kecil?
Basically saya tidak suka dengan Matematika atau Fisika yang hitung-hitungan. Nah, saat daftar kuliah ke Universitas Pelita Harapan (UPH), jurusan desain interior saya anggap sebagai sesuatu yang simple dan gampang. Tapi setelah saya jalani, tidak se-simple yang dipikirkan. Ternyata di dalam desain interior ada juga ilmu Matematika dan Fisika.
Jadi Anda merasa terjebak?
Sampai semester V saya masih merasa terjebak, tapi pada akhirnya saya menemukan bahwa passion saya di situ.
Tetapi awalnya masuk jurusan ini memang atas niat sendiri atau paksaan orang tua?
Keluarga saya memang sudah berkecimpung di dunia bisnis, sehingga mereka inginkan saya meneruskan usaha keluarga. Saat itu saya mau mencoba ambil Public Relation di UPH, tapi ternyata kuotanya full, saya harus bikin statement opinion. Nah saya pilih Desain Interior karena saya pikir satu-satunya jurusan yang mungkin nggak ada hitung-hitungannya dibanding Manajemen, Arsitektur, atau lainnya. Ternyata, salah! ha..ha..ha.
Dan ternyata setelah terjun ke sini, Anda merasa senang karena sudah menemukan pilihan tepat?
Setelah semester akhir, iya. Jadi awalnya saya masih merasa salah pilih jurusan. Cuman ternyata passion-nya baru dapat di semester-semester akhir.
Lantas bagaimana Anda mulai bekerja dan berkecimpung di dunia design interior ini?
Setelah selesai S-1, saya bekerja selama sekitar enam bulan di sebuah perusahaan interior consultant di Jakarta. Saat bekerja tersebut, saya juga sambil melanjutkan kuliah S-2 Property Business Transaction di UPH juga. Nah, saat kuliah tersebut kemudian saya membuka konsultan sendiri.
Apa yang mendasari Anda membuka consultant sendiri?
Dulu, saat saya masih bekerja, atasan saya pernah bilang “sebaiknya kamu buka konsultan sendiri. Kamu punya talenta di situ dan kayaknya kamu bisa mengembangkan sendiri.” Akhirnya saya mulai memberanikan diri membuka konsultan.
Jadi tepatnya kapan Anda memulai usaha sendiri?
Tahun 2006 saya mencoba buka usaha sendiri, kecil-kecilan, sambil melanjutkan S-2 saya.
Anda sudah cukup dikenal mendesain rumah-rumah selebriti di Indonesia. Bagaimana awalnya Anda mulai mendapatkan project tersebut dan siapa klien artis pertama Anda?
Artis pertama adalah Raditya Dika, tahun 2011 lalu. Dia mencari saya lewat Twitter. Jujur, saya memang jarang update di social media. Sampai teman-teman saya yang bilang kalau saya dicari oleh Raditya Dika. Saat itu dia belum terlalu terkenal sehingga saya hanya tahu kalau dia penulis buku ‘Kambing Jantan’. Akhirnya saya kasih kontak saya, kemudian manajemennya telepon saya.
Apa alasan Raditya Dika memilih Anda untuk mendesain rumahnya?
Saya juga kurang tahu, tapi yang jelas dia sebagai selebriti pasti sudah mendapatkan informasi dan referensi soal ini. Dan Thank God, hingga saat ini dia sudah mempercayakan tiga rumahnya kepada saya.
Siapa artis atau public figure lainnya?
Selanjutnya saya juga pernah mengerjakan proyeknya Yeslin Wang dengan Delon, Marcello ‘Ello’ Tahitoe, Rianti Cartwright, Vita Marissa. Ada kantor untuk Sherina, Kimmy Jayanti, Rita Nasution, Cassanova Alfonso, dan beberapa lainnya.
Saat mengerjakan project-project tersebut, adakah karakteristik dari sebuah model desain yang sangat identik dengan Anda?
Jujur sampai saat ini, sepanjang karir saya, saya nggak idealis ya. Maksudnya tipikal desain saya seperti ini. Saya mengerti maunya klien. Cuma beberapa media yang interview saya, mereka melihat bahwa desain ini mas Kent banget. Saya juga bingung, padahal itu sudah beda style.
Kalau Anda sendiri lebih suka dan tertarik dengan model desain yang seperti apa?
Saya lebih suka ke Japanese Modern karena lebih long lasting, simple and clean.
Saat menerima permintaan dari klien, apakah Anda juga memberikan masukan atas permintaan mereka itu?
Of course. Pastinya kami juga kasih masukan, karena ada juga klien kami yang belum sepenuhnya mengerti tentang pilihan mereka tersebut. Sebenarnya yang paling saya suka itu, bagaimana caranya menonjolkan sisi karakter dari klien itu sendiri. Kadang ini yang mungkin sedikit dilupakan oleh orang lain.
Bagaimana caranya Anda bisa mendapatkan inspirasi terhadap sebuah model desain?
Biasanya kalau ada request dari klien. Kami akan pelajari terlebih dahulu. Setelah itu baru kami terjemahkan dalam sebuah bentuk desain.
Anda juga suka traveling ke daerah atau negara lain untuk mencari inspirasi?
Ya, tentu. Ada beberapa negara yang saya suka, khususnya di Asia. Di Asia lebih kaya akan detail, culture, warna, dan lain sebagainya. Dan kita lihat dalam perkembangan sejarah. Dalam dunia arsitektur dan interior, memang ada penyesuaian-penyesuaian. Misalnya kita di Indonesia, kita pernah dijajah Belanda, Inggris dan Portugis, sehingga masih ada peninggalan. Tapi itu semua sudah diadaptasi dengan kebudayaan lokal Indonesia yang bikin tambah kaya.
Apa saja prestasi yang sudah Anda raih dalam karir bisnis Anda?
Kami memang tidak pernah ikut ajang prestasi apapun, karena keterbatasan waktu juga. Kalau menjadi juri, saya pernah dipercayakan dua tahun berturut-turut untuk Young Designer Award 2013 dan 2014 di Asia.
Apa saja project-project prestisius yang pernah Anda kerjakan?
Saya lebih banyak mengerjakan residence and commerce. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk office dan lain sebagainya. Kalau untuk brand tertentu yang sangat prestisius yang saya kerjakan adalah store Calvin Clain di Plaza Indonesia dan Senayan City, tahun 2012 dan beberapa lagi.
Apakah ada juga keterlibatan Anda di project lain, seperti entertainment atau film?
Sekarang saya terlibat sebagai Art Director dalam perampungan dua film layar lebar yang segera tayang di bioskop Indonesia.