Propertyandthecity.com, Jakarta – Tahukah Anda, bahwa ada sebanyak 174 industri lain yang berkaitan erat properti. Bisa dibayangkan jika sektor properti di Indonesia kolaps, maka pastinya akan berdampak besar terhadap perekonomian nasional.
Asmat Amin, Managing Director SPS Group & Arrayan Group mengatakan, properti adalah lokomotif ekonomi nasional, sehingga pemerintah harus secara serius mendukungnya 100%. Bahkan, beberapa kebijakan yang dikeluarkan pun belum sepenuhnya dapat mendorong industri ini.
Baca: Begini Tanggapan Pengembang Soal Subsidi Bunga Pemerintah
Menurut dia, sektor properti terutama di kelas middle up, termasuk apartemen sudah sangat terpukul sejak 3-4 tahun belakangan, sehingga yang masih bisa diandalkan untuk menggerakkan sektor ini adalah landed house.
“Itupun dengan harga rata-rata di bawah satu miliar atau di bawah 800 juta,” ujar Asmat ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Backlog perumahan di Indonesia, sebut Asmat, masih kita sangat besar, yakni 12 juta unit, sementara kebutuhan rumahnya 800.000 unit setiap tahun. Sehingga, seharusnya setelah Corona usai, properti Indonesia bisa bangkit dan diharapkan menjadi penggerak ekonomi nasional.
“Sekarang kegiatan ekspor dan lainnya dibatasi. Makanya sektor domestik harus digerakkan. Dan yang paling bagus untuk menggerakkan sektor ekonomi domestik ini, pastinya properti, karena di industri properti ini ada 170-an industri lain yang mengikutinya,” terang Asmat.
Lebih lanjut menurut dia, pemerintah belum 100 persen mensupport sektor properti. Padahal, sektor ini juga merupakan salah satu kebutuhan utama yang harus dipenuhi, terutama pada segmen end user yang dibutuhkan lebih banyak orang. Lebih dari itu, properti menurut Asmat adalah lokomotif ekonomi nasional.
Baca: PUPR Gulirkan Stimulus, Pengamat: Lihat Urgensinya!
“Ini kan win win solution sebenarnya. Jadi pemerintah harus support terhadap properti ini 100%. Karena ada 170-an industri di bawahnya. Sehingga jika properti bergerak pasti industrinya juga ikut bergerak semua,” ungkapnya.
Pemerintah dan perbankan sejatinya telah mengeluarkan beberapa kebijakan dan stimulus untuk mensupport sektor properti. Salah satu yang terbaru adalah subsidi bunga selama 6 bulan untuk rumah tipe 21, 22 sampai dengan tipe 70. Subsidi bunga yang diberikan berkisar 2%-6%.
Relaksasi bunga tersebut menurut Asmat, belum mampu menggenjot sektor properti yang terancam kolaps. Apalagi stimulus tersebut hanya dari segi bunganya saja.
“Kalau stimulus ini hanya untuk membantu orang yang sudah membeli. Pertanyaannya apakah ini juga berlaku untuk orang yang akan membeli,” tanya Asmat.
Yang dibutuhkan saat ini, lanjutnya, adalah orang yang akan membeli rumah sehingga, developer bisa membangun dan dibeli produknya. Ekonomi pun bisa berputar.
“Jadi poinnya adalah, masyarakat yang membutuhkan rumah bisa mendapatkan rumah. Developer pun bisa mendapatkan return-nya. Dan industri yang sebanyak 170 ini juga bisa bergerak,” jelas Asmat.
Baca: Siap Sambut The New Normal, BTN Ajak Pengembang Bangun Rumah Rakyat
Asmat juga menyoroti berbagai kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah dalam waktu singkat. Menurut dia, hal ini justru akan menghambat pengembangan sektor properti nasional, karena proses pengembangan sebuah proyek juga butuh waktu panjang.
“Seperti misalkan kebijakan untuk rumah subsidi. Buatlah kebijakan itu yang berlaku untuk 5 tahun ke depan. Jangan setiap tahun bikin kebijakan baru,” katanya.
Oleh karenanya, Asmat mengusulkan agar setiap kebijakan yang berkaitan dengan properti berlaku minimal 5 atau 4 tahun.
“Dan jangan juga kebijakan-kebijakan yang last minutes. Karena baik konsumen maupun pengembang butuh adjustment. Kemudian kebijakan itu juga harus ada sosialisasi minimum selama 6 bulan. Jadi masyarakat maupun pengembang bisa siap-siap,” lanjutnya.
Penjualan Properti Turun Drastis
SPS Group merupakan salah satu pengembang properti yang fokus membangun rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), termasuk rumah subsidi. Imbas Corona, penjualan properti pun turun drastis, bahkan dari rencana tiga proyek yang akan dikembangkan tahun ini, baru satu proyek yang bisa direalisasikan.
Meski demikian, aktivitas pemasaran tetap dijalankan pengembang. Termasuk menggiatkan pemasaran dan pengenalan produk secara online.
Baca: BTN Salurkan SSB untuk 146.000 Unit Rumah
“Turunnya sangat banyak cuman memang, kita harus sikapi dengan langkah-langkah strategis yang harus kita lakukan,” ujarnya.