Website Dinas Pariwisata Bangkok membagi kawasan ibu kota menjadi tujuh distrik dengan keunikan masing-masing. Pertama, adalah Distrik Bang Lamphu. Di tempat ini, ada satu jalan yang berubah menjadi tempat pesta dan hura-hura kala malam semakin gelap. Inilah yang disebut Jalan Khao San Road. Di sepanjang jalan ini berbagai pub dan kafe beradu kencang memutar musik-musik elektronik. Tak tanggungtanggung, bahu jalan pun dijadikan tempat nongkrong para wisatawan dan jalanan menjadi lantai dansanya. Setiap malam, kawasan ini penuh sesak dengan wisatawan mancanegara yang sedang berburu hiburan malam dengan budget terjangkau.
Baca juga : PROFIL PROYEK, JAKARTA SELATAN TRANSPORTASI MASSAL MENJADI JANGKAR PROPERTI
Suasana kontras terlihat di Distrik Hua Takhe. Wisata di distrik ini lebih bersifat budaya, mulai dari teater adat, kedai kopi tradisional, kedai mie legendaris, hingga toko oleh-oleh kayu yang dimiliki perajin terampil. Distrik Hua Takhe, Distrik Nang Leang juga menawarkan wisata yang sarat dengan nilai sejarah. Di distrik ini, terdapat situs Baan Phraya Suriya Nuwat yang kenal dengan sejarah ekonomi Thailand. Ada pula Sommanat Temple yang dibangun pada masa pemerintahan King Rama V.
Beralih ke Distrik Talat Noi-Bang Rak, multikulturalisme Bangkok terasa di sini. Karena, inilah distrik yang dihuni warga etnis Tionghoa dan warga Melayu. Dua tempat ikonis di wilayah ini adalah Chow Soong Shrine dan Masjid Harun. Perpaduan budaya asing juga terlihat di Distrik Bang Ramat. Di sini, ada Chao Phui Shui Shrine yang merupakan kuil komunitas Champa sejak 100 tahun lamanya. Kuil-kuil lain pun banyak bisa ditemukan di Distrik Ban Bu dan Golden Mountain.
Dengan tempat pariwisata bangkok sebanyak itu, wajarlah bila Suvarnabhumi International Airport (BKK) bersiap menerima kedatangan 200 ribu penumpang dalam sehari per Oktober 2019. Sementara itu, Don Mueang International Airport (DMK) mengklaim sanggup mengakomodasi 48 juta penumpang selama setahun, atau sekitar 131 ribu penumpang dalam sehari. ● (Harini Ratna)