Selasa, Mei 20, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Pasar Perumahan Jabodebek-Banten Drop Rata-Rata 50,1%

Propertyandthecity.com, Jakarta – Di tengah pandemic Covid-19, tercatat penurunan nilai penjualan perumahan di wilayah Jabodebek-Banten turun tajam sebesar rata-rata 50,1% yang terjadi hampir merata di seluruh wilayah survei. Penurunan tertinggi berada di wilayah Bekasi sebesar 56,0%, diikuti Bogor 55,3%, Depok 50,9%, serta wilayah lainnya. Penurunan terendah terjadi di Cilegon sebesar 27,2%.

Hal ini terungkap dari hasil riset Indonesia Property Watch pada triwulan 1 tahun 2020 dimana secara umum tingkat penjualan pasar perumahan primer di wilayah Jabodebek-Banten mengalami penurunan cukup tajam dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Baca: Pasar Perumahan Banten Menukik 49,5%

Survei dilakukan terhadap 95 proyek perumahan yang terbagi dalam 4 wilayah besar yaitu Jakarta, Bekasi, Bogor (termasuk Depok), dan Banten (Serang, Cilegon, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang). Nilai penjualan sebesar Rp1.440.918.534.767 pada triwulan sebelumnya harus jatuh sampai mencapai Rp719.056.090.052.

Ali Tranghanda, CEO IPW Property Advisory Group mengatakan, tidak hanya pasar investor yang memerlihatkan penurunan, pasar end-user yang diperkirakan berada di segmen harga menengah bawah pun mengalami penurunan sangat tinggi.

Penurunan tertinggi terjadi di segmen harga rumah dibawah Rp300 jutaan yang turun 62,5% (qtq) atau sebesar 68,8% (yoy). Di segmen yang didominasi oleh pasar end-user ini, ternyata tidak sanggup bertahan, apalagi dengan kecenderungan daya beli yang terus menurun.

Baca: PASAR PERUMAHAN DI DKI JAKARTA MULAI TERPUKUL

Kekhawatiran gelombang PHK dan menurunnya penghasilan membuat pasar di segmen ini diperkirakan akan terus mengalami penurunan bila kondisi belum pulih. Sementara itu di segmen harga di atas Rp1 miliaran yang didominasi investor juga terjadi penurunan 46,0% (qtq) atau 36,4% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan penjualan di segmen harga menengah antara Rp300 jutaan sampai Rp1 miliaran.

Meskipun terjadi penurunan di segmen ini, diperkirakan pasar masih memiliki potensi daya beli yang cukup terjaga. Penurunan ini lebih disebabkan faktor psikologis dalam menunda pembelian.

Baca: Pemerintah Perluas Insentif Pajak, Jadi 18 Sektor Usaha

Indonesia Property Watch memperkirakan pasar akan terus menurun memasuki triwulan berikutnya, bahkan dikhawatirkan bila jatuh lebih dalam lagi. Para pengembang diminta untuk melakukan antisipasi dan pengetatan yang diperlukan untuk dapat menjamin daya tahan perusahaan ke depan. Kondisi ini diyakini masih akan terus berlanjut. Puncak anjloknya pasar perumahan diperkirakan terjadi pada triwulan 2 tahun 2020.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles