Propertyandthecity.com, Jakarta – Nasib properti di Palembang setali tiga uang dengan daerah lain di Indonesia, properti primary dan secondary mengalami pukulan cukup berat akibat dampak berantai dari kemunduran ekonomi nasional. Daya beli dan kemampuan mengangsur konsumen menurun. Dalam situasi sulit seperti ini untuk tetap mengejar dan mempertahankan cashflow, beberapa developer meluncurkan produk kavling siap bangun dari sisa landbank yang ada. Paling tidak ini bisa memberi nafas panjang para developer.
Dalam pandangan Endang Wasiati Wierono, Ketua DPD AREBI Sumatera Selatan, segmen middle to low sampai dengan kavling siap bangun masih menjadi primadona di Sumatera Selatan (Sumsel). Sementara segmen komersial kembali lagi ke harga offering atau tingkat keuntungan, seberapa besar bisa diperoleh oleh investor, alias barang tidak bisa ditawarkan di harga pasar yang biasa mesti lebih rendah.
Baca: Kiat Closing Properti di Masa Pandemi Covid-19
Lantas seperti apa kondisi pasar properti secondary di Sumsel. Menurut Endang Wasiati , properti secondary sendiri tetap berjalan dan masih ada transaksi, meskipun grafiknya juga menurun. Ia melihat beberapa konsumen yang melakukan pembelian saat ini adalah mereka yang sudah menetapkan rencana memiliki rumah dan menganggarkan budget dari tahun lalu. Ini membuktikan wabah Covid-19 tetap tidak mengurungkan niat untuk membeli properti yang sudah diincarnya jauh sebelum ada wabah mematikan ini.
Pembeli juga datang dari konsumen yang harus melakukan ekspansi ke Palembang, seperti menambah channel distribusi baru atau gudang baru bagi perusahaan angkutan atau logistik. Pembeli potensial lainnya tentu saja datang dari para investor yang tahu inilah saat yang tepat membidik properti dengan harga yang lebih miring. Ini terjadi karena barang over supply di lapangan, dan memungkinkan ada harga coret-coret koreksi beberapa kali.
Peluang-peluang seperti itulah yang terus digarap oleh para broker di Sumsel. “Tetap berpikir positif, tidak lose hope, dalam setiap krisis, saya yakin ada sebuah peluang atau kesempatan untuk kami menjadi lebih kuat kembali,” ujar Endang Wasiati dari IN.Come Realty
Menurutnya, saat ini dunia memasuki situasi yang disebut New Normal. Semua orang dipaksa dan memaksakan diri untuk menjadi terbiasa menghadapi New Normal, seperti melek teknologi yaitu meeting harus menggunakan video call, zoom atau google meet. Para broker dituntut harus cepat beradaptasi dan lari kencang dengan perubahan baru itu.
Baca: Lukas Bong: Properti Sekunder Turun Lebih dari 50 Persen
Endang Wasiati mencontohkan di kantornya yang tetap dapat melakukan closing dan menyelesaikan beberapa transaksi beberapa hari terakhir ini dengan metode penawaran melalui video, negosiasi lewat HP. Sedangkan dengan pihak ketiga yang terkait dalam transaksi tetap dilakukan pengaturan physical distancing, seperti harus ke kantor notaris. Sementara bila belum memungkinkan AJB, disarankan PPJB dulu.
“Hasilnya, memang tidak sepuas ketika sebuah pertemuan dilakukan face to face, namun itulah sebuah kenyataan atau realita yang harus dihadapi. Berdamai dengan situasi terkini faktanya agen saya tetap bisa closing hampir Rp3,5 miliar hanya dengan komunikasi by video dan handphone,” ujar Endang Wasiati.
Menurutnya, total transaksi per kantor anggota AREBI Sumsel Untuk bulan Maret masih ada yang membukukan transaksi di atas Rp10 miliar tetapi di bawah 15 miliar. Sedangkan di bulan April terjadi penurunan hanya Rp8 miliar. Untuk di Bulan Mei karena terpotong liburan Lebaran, diperkirakan pencapaian akan lebih berkurang dari Bulan April. Namun secara indikasi dari jumlah leads request atau telepon yang masuk baik dari lokal maupun luar kota, bulan Mei sudah mengalami peningkatan. Sepertinya para pembeli sudah mulai tidak panik dengan issue Covid 19. “Mereka mulai berpikir life must go on,” ujarnya.
Baca: AREBI CARE Berikan Donasi ke Sejumlah Rumah Sakit
Mayoritas pencapaian closing anggota AREBI Sumsel tetap di produk secondary. “Mostly kami bermain di produk secondary yang lebih siap transaksi, lebih cepat panen hasilnya, dan range negosiasi bisa lebih lebar hehehhe ……, tawa Endang Wasiati. * (Hendaru)