Kamis, Mei 15, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

BEKAPUR Menuju MEGAPOLITAN Tahun 2045

BEKAPUR [Bekasi – Karawang – Purwakarta] bakal disatukan dalam satu kawasan terpadu. Bila terbentuk, inilah langkah awal Jakarta-Bandung menuju megapolitan di 2045.

Para pelaku industri mulai dari pengelola kawasan industri, pemilik pabrik, hotel hingga pengembang di kawasan Bekasi, Karawang dan Purwakarta mungkin sedang harap-harap cemas. Ada kabar yang mereka tunggu dari kantor Menko Maritim. Kementerian yang dikomandoi oleh Luhut Binsar Pandjaitan ini mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk menggodok konsep kawasan industri Bekasi, Karawang dan Purwakarta menjadi satu kawasan terpadu yang terintegrasi di bawah satu badan khusus. Kabar terakhir konsep menyatukan Bekasi, Karawang dan Purwakarta  atau disingkat dengan nama Bekapur masih dikaji bentuk format yang tepat seperti apa.

Jalan tol : Menyatukan tiga kawasan industri menuju megapolitan
Jalan tol : Menyatukan tiga kawasan industri menuju megapolitan

“Di tim Pak Luhut (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman-red) sedang dibuat kajian akademis untuk satu kawasan ekonomi terpadu Bekapur. Dalam pemikiran kami diarahkan untuk menjadi pusat-pusat industri modern ke depannya. Tidak harus otomotif saja, bisa ke industri elektronik. Intinya kita mengantisipasi perkembangan industri generasi ke- empat, ” ujar I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, saat ditemui disela-sela acara pertemuan dengan pelaku industri.  

Isu Bekapur pertama kali dilontarkan oleh KADIN ketika bertemu dengan Presiden Jokowi di istana. Menurut Sanny Iskandar, Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia, usulan Kadin ini lebih pada perlunya suatu penanganan yang lebih proper di Bekapur.  Proper dalam arti lebih baik dari sisi birokrasi perizinan. Kemudian yang berhubungan dengan infrastruktur dan utilitas. “Kalau masalah perizinan, saya mengharapkan bisa ditangani lebih cepat, transparan, efisien, lebih pada kepastian hukum untuk di sebuah kawasan di area tertentu,” ujar Sanny, yang juga pengurus Kadin.

Presiden Jokowi pun mengamini yang lantas memerintahkan Menko Kemaritiman mengkaji format yang cocok untuk Bekapur. Tetapi apabila ditarik lebih luas, penyatuan Bekapur sebetulnya tidak lepas dari pengembangan kawasan di koridor Jakarta-Bandung. Diperkirakan 27 tahun lagi dari sekarang jumlah penduduk di kawasan ini akan mencapai 80 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini jelas pengembangan kawasan-kawasan pemukiman baru di sepanjang koridor Jakarta-Bandung akan terus tumbuh.

Bak gayung bersambut, rencana pemerintah menggenjot infrastruktur di koridor Jakarta-Bandung sejalan dengan bergulirnya pembahasan mengenai RUU Kekhususan Jakarta yang tertuang dalam Undang-Undang (RUU) Nomor 29/2007 tentang Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Dari revisi tersebut diharapkan Ibukota akan lebih optimal dalam membangun wilayah terpadu dengan kawasan penyangga di sekitar Jakarta. Bahkan, Presiden Jokowi pun sudah menginstruksikan agar koridor Jakarta-Bandung dijadikan sebagai kawasan yang terhubung, sehingga ekonominya juga akan tumbuh lebih baik.

Baca juga :

“Presiden sudah memberikan arahan terkait rencana integrasi koridor Jakarta-Bandung. Kita akan lihat Pulau Jawa akan menjadi satu kota sendiri dalam 45 tahun ke depan. Agar itu terjadi, maka desain transportasi, pemukiman, air serta lainnya harus segera dipikirkan dan dilakukan mulai sekarang,” kata Luhut, di sela-sela acara topping off apartemen di Meikarta akhir Oktober 2017.

Koridor Bekapur yang mencakup Bekasi, Karawang dan Purwakarta merupakan daerah perlintasan tiga kota besar, yakni Jakarta-Bandung-Cirebon, atau bisa dikatakan sebagai kawasan segitiga emas. Jalan tol Jakarta–Bandung, dan Jakarta-Cirebon sudah ada, dan sekarang sedang dibangun jalan tol penghubung Bandung-Cirebon (Tol Cisumdawu). Begitu ramainya wilayah segitiga emas ini, tidaklah heran kalau dari tahun ke tahun Jalan Tol Jakarta-Cikampek semakin macet karena volume kendaraan truk kontainer dan kendaraan pribadi yang tinggi.

Modal Infrastruktur

Saat ini tidak kurang dari 23 kawasan industri ada di ketiga daerah ini. Kawasan industri di Bekapur disebut-sebut mampu mengendalikan sekitar 60 persen kontribusi sektor industri terhadap perekonomian nasional. Menurut Sanny, jika Bekapur dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin kawasan industri di timur Jakarta ini juga akan berkembang lebih pesat, bahkan melampaui Kota Shenzhen atapun Guangzhou di China.

Cikarang yang berada di Kabupaten Bekasi memang masih menjadi primadona kawasan industri dari tiga serangkai yang terjalin dalam Bekapur. Tetapi dengan makin padatnya Cikarang dengan industri, kawasan industri mulai bergeser ke Karawang. Kawasan-kawasan industri baru mulai tumbuh di Karawang. “Kawasan industri terutama dari Jakarta mulai banyak yang  pindah ke Karawang yang lahannya masih luas. Pilihannya ke Karawang karena di Cikarang sendiri sudah padat oleh kawasan industry?” ujar Tuti Mugiastuti, GM Marketing Sri Pertiwi Sejati Group.
Adapun Purwakarta terbilang anak bungsu dalam soal industri dari tiga serangkai ini. Belum banyak industri di Purwakarta. Sudah ada pabrik di Purwakarta tetapi tidak banyak, masih hitungan jari. Tetapi kalau Bekapur jadi terbentuk, Purwakarta pasti akan berkembang seperti arah barat.  “Kelihatannya perkembangan kawasan industri di Purwakarta menunggu perkembangan dari Karawang. Dulu juga begitu, Bekasi penuh melimpah ke Cikarang, Cikarang penuh tumbuh ke arah Karawang, dan begitu selanjutnya,” ujar Franky Mulijanti Martono, CEO PT Pesona Gerbang Karawang, anak usaha dari PT Agung Podomoro Land, Tbk, (APL).

Infrastruktur menjadi masalah krusial apabila ingin menyatukan Bekapur. Saat ini saja tol Cikampek sudah tidak mampu menampung arus kendaraan. Mau tidak mau infrastruktur harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat. Penambahan jalan tol, misalnya, terus dilakukan. Ini penting karena mengintegrasikan tiga serangkai ini salah satunya adalah dibangunnya jaringan jalan tol yang saling terkoneksi antara Bekasi, Karawang dan Purwakarta di luar jalan tol yang sudah ada seperti tol Cikampek.

Saat ini pemerintah tengah melakukan pengembangan infrastruktur secara bersamaan ke kawasan industri di sisi timur Jakarta. Seperti elevated tol Cikampek, kereta api cepat Jakarta-Bandung, pembangunan LRT dan commuter line Jakarta-Cikarang yang sudah beroperasi. Sanny berharap agar ke depannya ada jalan antar kawasan mulai dari Cibitung, Cikarang, masuk ke Karawang dan Purwakarta. Ini dimaksudkan agar kendaraan-kendaraan yang menuju ke industri-industri di dalam kawasan yang ada di Bekapur tidak harus membebani semuanya di jalan tol Jakarta-Cikampek. “Jalan Tol Jakarta-Cikampek lebih untuk kepentingan umum, tidak hanya industri,” tegasnya.

Bahkan, rencananya di Cikarang sendiri akan dibangun sejenis commuter line khusus yang menghubungkan antar kawasan industri di Cikarang. “Seperti di Cikarang akan ada Automated People Mover atau monorail yang rencananya akan menghubungkan tujuh kawasan industri di Cikarang,” kata Sutedja S. Darmono, Presiden Direktur PT Grahabuana Cikarang , selaku pengembang Jababeka Residence. Kabarnya Automated People Mover ini akan dibangun oleh konsorsium JICA (Japan International Cooperation Agency) dan beberapa developer di Cikarang.

“Dukungan pemerintah dengan membangun infrastruktur interkoneksi ke-23 kawasan industri tersebut akan membuat wilayah Bekapur menjadi the biggest in Asia atau mungkin nomor dua setelah kawasan industri di China,”ujar Edhijanto Widaja Taufik, Founder and CEO Selaras Holding Group.

Sanny berharap badan yang membawahi Bekapur nantinya justru tidak  menghambat pengembangan industri di ketiga daerah tersebut. Jangan sampai nanti badan yang dibentuk overlapping dengan kebijakan yang dikeluarkan pemda Bekasi, Karawang maupun Purwakarta. “Intinya jangan sampai menimbulkan duplikasi. Kalau mau otonom, betul-betul otonom. Segala pengurusan perizinan tidak perlu lagi ke Pemda Kabupaten. Tapi, apakah bisa,” tandasnya.

Soal menjadi mudahnya perizinan bila Bekapur terbentuk juga disuarakan oleh Franky. Maklum, tidak kurang dari empat proyek yang sedang dan akan dikembangkan oleh APL di Karawang, salah satunya adalah Taruma City di Karawang.  Menurut Franky, pengurusan perizinan masih menjadi kendala terbesar para investor yang menanamkan modalnya di ketiga kawasan ini. Apalagi di setiap daerah yaitu Bekasi, Karawang, dan Purwakarta punya aturan sendiri-sendiri yang kerap membingungkan para investor yang ingin masuk.

Ketua DPD Real Estat Indonesia Jawa Barat (REI Jabar), Joko Suranto ikut urung rembuk soal Bekapur. Menurutnya, penyatuan kawasan Bekapur akan mendorong ekonomi, termasuk kaum urban yang akan terus tumbuh di sekitar kawasan tersebut. “Kita lihat saja beberapa tahun ini, banyak sekali pemukiman baru yang tumbuh di koridor tersebut. Mulai dari Cikarang, bahkan sampai ke Subang, dan tentunya di Bandung,” ujar Joko ketika dihubungi lewat telepon.

Khusus untuk properti, Joko mengharapkan agar pemerintah juga dapat mendukung keberadaan pengembang yang proyeknya ada di Bekapur. Misalnya, melalui aturan-aturan yang lebih ramah developer. Setidaknya melalui penyatuan tiga wilayah tersebut juga diikuti dengan penyeragaman pengembangan kawasan pemukiman di sekitarnya. Faktanya, saat ini masih adanya aturan-aturan di beberapa daerah yang justru semakin mengekang pengembang untuk membangun proyek baru. “Seperti di Purwakarta yang telah membatasi pengembangan pemukiman di bawah 2 hektar. Padahal pengembang juga punya peran besar terhadap pemasukan daerah,” ujar Joko.

Properti Makin “Hot”

Integrasi kawasan industri yang didukung dengan konektivitas infrastruktur antar kawasan industri pasti akan bedampak langsung pada pertumbuhan bisnis properti di koridor Bekapur. Edhijanto yakin pertumbuhan bisnis properti di Bekapur akan semakin“hot”. Keberadaan proyek Meikarta dengan promosinya yang gencar saja sudah membuat banyak orang melirik ke sini, dari yang hanya ingin tahu sampai yang ingin berinvestasi. “Saya prediksi Bekapur akan menjadi wilayah yang pertumbuhannya paling cepat di Indonesia dalam 10 tahun ke depan,” tambah Edhijanto.

Dulu, lanjut Edhijanto, orang asing atau eksekutif lokal maunya tinggal di Jakarta walaupun bekerja di Cikarang karena pabriknya di kawasan industri Cikarang. Sekarang dengan trafik menuju ke Cikarang dari Jakarta yang semakin padat, cara seperti itu sudah tidak mungkin dilakukan. Pabrik tidak mungkin dipindah lagi, maka para pekerja termasuk eksekutifnya yang harus pindah mendekati pabrik.

Demikian halnya di Karawang, beberapa pengembang terus bersolek menyambut rencana besar ini. Bahkan beberapa proyek baru siap dirilis dalam waktu dekat. Sebagaimana APL yang sedang mempersiapkan Podomoro Industrial Park dengan luas lebih dari 500 hektar. Termasuk dua proyek hunian terbaru segera dirilis dalam waktu dekat, yakni Taruma City seluas 5,6 hektar dan Astakona di lahan sekitar 130 hektar.  “Kalau Bekapur mulus berjalan, kita harapkan Karawang berkembang. Apalagi akan dibangun kereta api cepat, yang titik berhentinya di Karawang Barat. Akan jauh lebih berkembang lagi Karawang, maka nanti kita siapkan proyek APL yang keempat,” ujar Franky.

 

5 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles