Kamis, Mei 22, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Begini Taktik Perbankan Menghadapi Dilema Kenaikan Suku Bunga

Propertyandthecity.com, Jakarta – Kepala Ekonom BCA Group, David Sumual, menilai saat ini bank masih enggan menaikkan suku bunga pinjaman konsumen, termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), meskipun tingkat suku bunga sedang tinggi.

Sebagaimana diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 23-24 April 2024 menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%. Biasanya, pinjaman rumah tangga seperti KPR akan terkena dampak kenaikan suku bunga tersebut.

“Sejauh ini, suku bunga masih kondusif, meskipun BI Rate naik 0,25%, ternyata suku bunga untuk kredit konsumer, termasuk KPR tidak naik. Jadi kalau kita lihat, BCA masih menahan sampai sekarang ya,” ujarnya dalam WebinarNext Government Policy & Global Tension, dikutip Jum’at (17/5/2024).

Secara teori, menurut David, kenaikan BI Rate seharusnya diikuti dengan kenaikan suku bunga pinjaman, termasuk KPR. Namun, menurutnya, hal ini belum terjadi saat ini karena persaingan yang ketat di pasar KPR.

“Bank-bank masih enggan untuk menaikkan suku bunga mereka, karena ketatnya persaingan. Namun, perbankan tetap perlu memantau likuiditas,” imbuhnya.

Strategi Perbankan

Dari sudut pandang perbankan, Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja, menyebutkan bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) BCA berada di kisaran 70%-71%, meskipun permintaan kredit sedang tinggi.

Terkait kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate, dia menyampaikan bahwa BCA mungkin tidak akan mengikuti kenaikan baik untuk suku bunga pinjaman maupun simpanan jika memang terjadi kenaikan suku bunga acuan. Menurutnya, BCA akan selalu menilai kebutuhan.

“Kalau likuiditas baik, tidak perlu serta merta ikut naik. Suku bunga BI kan benchmark, tidak harus selalu diikuti. Tergantung kondisi bank masing-masing,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu. Nixon menyebut, pihaknya masih mempertimbangkan penyesuaian suku bunga.

Menurutnya, kenaikan BI Rate lebih berpengaruh pada KPR yang tidak bersubsidi. Sementara itu, KPR subsidi melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tidak terpengaruh oleh kenaikan tersebut karena suku bunganya tetap, yaitu 5%.

“Di KPR non-subsidi memang isunya adalah bagaimana kami bisa menaikkan bunga, tetapi kita harus berhitung. Walau bunga naik, kita belum tentu menaikkan,” ungkap Nixon dalam Paparan Kinerja pekan lalu, Kamis (29/4/2024)

Selain kedua bank tersebut, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) juga tidak memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di tengah era suku bunga acuan yang tinggi.

Head Consumer Funding & Wealth Business Danamon, Ivan Jaya, menyatakan, Danamon masih memperhatikan situasi pasar terkait hal tersebut. Selain itu, Bank Danamon juga masih optimis mengenai pertumbuhan kredit pada segmen konsumen. Untuk merangsang permintaan, mereka saat ini belum berencana menaikkan suku bunga pinjaman.

“Untuk menaikkan suku bunga KPR saat ini belum saatnya, kami juga masih memperhatikan demand di market. Jadi, untuk saat ini jawabannya adalah tidak langsung merespons secara langsung bahwa bunga dinaikkan,” kata Ivan ditemui di Menara Bank Danamon, Jakarta Rabu (8/5/2024).

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, kredit properti tetap tumbuh sebesar 7,7% secara tahunan (Year on Year/Yoy) pada Maret 2024, mencapai Rp1.348,6 triliun. Namun, pertumbuhan kredit properti melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,9%.

Namun demikian, khusus untuk KPR, kinerjanya masih menjanjikan dengan pertumbuhan 14,2% (Yoy), mencapai Rp740,4 triliun, yang lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,6% (Yoy).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles