Propertyandthecity.com, Jakarta – Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk, Archied Noto Pradono mengatakan bahwa industri properti Indonesia masih akan menghadapi tantangan cukup berat dalam enam bulan ke depan. Untuk ini, sejumlah strategi akan diterapkan oleh perseroan.
Beberapa strategi itu, diantaranya adalah Perseroan akan tetap fokus pada penjualan produk inventori. Pengembang juga memberikan beberapa gimik marketing yang sesuai dengan kebutuhan target market yang dituju.
“Saat ini kami lebih mengandalkan penjualan melalui digital. Budget marketing juga diperbanyak untuk digital ini,” ujar Archied kepada media usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2019 yang diselenggarakan di Intiland Tower Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Baca: Virtual Show Unit, Inovasi Intiland di Tengah Corona
Lebih lanjut, Intiland juga menjalin kerja sama dengan perbankan guna memberikan pelayanan pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan bunga dan gimik-gimik menarik. Sementara diskon tunai juga diberikan antara 15-40 persen.
“Jadi saat ini memang kita prioritaskan kasih cash payment dengan diskon menarik. Target market juga disesuaikan dengan mempertajam di segmen market,” katanya.
Archied yakin, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap properti tetap ada, khususnya konsumen akhir atau end user, namun masih banyak yang menunda.
Oleh karena itu, dengan banyaknya diskon dan gimik menarik, konsumen pun bisa memanfaatkan momentum terbaik saat ini. “Saat ini sebenarnya menjadi momentum terbaik bagi konsumen untuk berinvestasi properti karena relatif memiliki posisi tawar lebih besar di tengah banyaknya produk tersedia di pasar,” sebutnya.
Berbagai langkah yang diambil tersebut tentu tidak lepas dari upaya Perseroan dalam mengejar target marketing sales untuk tahun ini, yakni sebesar Rp2,5 triliun. Namun hingga pertengahan tahun, baru terealisasi sebesar Rp343 miliar atau sekitar 13,7 persen dari target.
Archied melanjutkan, wabah Corona yang menyebar di Indonesia berdampak pada hilangnya momentum pencapaian penjualan produknya.
“Dari target ini memang kami sudah ketinggalan momen di first half-nya yang cukup banyak, hampir setengah tahun,” ungkap Archied.
Sejauh ini, menurut Archied, Intiland belum meluncurkan proyek baru, bahkan rencana launching beberapa proyek juga ditunda. Sehingga penjualan fokus pada inventorial saja.
Adapun kontribusi terbesar dari penjualan produk-produk Intiland adalah dari rumah tapak/landed, seperti di Graha Natura, Serenia Hills dan Talaga Bestari. “Sementara penjualan apartemen agak slow,” imbuhnya.
Dicabutnya aturan PSBB di beberapa kota termasuk Jakarta, membuka kembali keyakinan Intiland untuk kembali mengejar target penjualan pada semester II 2020.
Perseroan masih tetap mengandalkan penjualan klaster-klaster hunian baru dari proyek landednya, terutama Graha Natura, Serenia Hills dan Talaga Bestari.
“Kondisi berat masih kita hadapi sekitar enam bulan ke depan. Tapi kita harapkan di second half ini angka Rp1 triliun bisa kita kejar,” kata Archied.
Hasil RUPS
Sementara dari hasil RUPS Tahunan Perseroan, para pemegang saham telah menyetujui perubahan sejumlah agenda termasuk susunan Direksi dan Dewan Komisaris serta penetapan penggunaan laba bersih sebesar Rp251,4 miliar.
Dalam agenda perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris, Wakil Direktur Utama Perseroan Sinarto Dharmawan menduduki posisi baru sebagai Komisaris Utama. Keanggotaan Dewan Komisaris juga diperkuat dengan penunjukan Friso Palilingan selaku Komisaris Independen. Sebelumnya, Friso menjabat sebagai anggota Komite Audit Perseroan sejak tahun 2013.
Baca: Ciputra Residence Beberkan Strategi Sukses Penjualan Properti Online
Mempertimbangkan situasi dan kondisi akibat pandemi Covid-19 serta rencana usaha tahun ini, Perseroan memutuskan untuk belum membagikan dividen atas laba yang diperoleh tahun 2019. Seluruh laba bersih yang diperoleh Perseroan akan digunakan sebagai laba ditahan sebesar Rp249,4 miliar dan sisanya sebesar Rp2 miliar sebagai cadangan wajib.
Archied mengakui bahwa industri properti menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Banyak konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunggu kondisi membaik dan memilih untuk menunda dulu pembelian.
“Hampir semua developer menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk dampak dari pandemi Covid-19. Meskipun daya beli pasar tetap ada, konsumen memilih untuk menunda pembelian atau investasi. Penjualan properti masih didominasi pasar end user, terutama di segmen menegah ke bawah,” kata Archied.
Di tengah tantangan yang terjadi di industri properti, Perseroan masih berhasil mempertahankan kinerja usaha.
Sampai akhir kuartal I tahun ini, Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp830,6 miliar, atau turun 6,4 persen dibandingkan kurtal I 2019 senilai Rp887,6 miliar.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya pengakuan pendapatan dari segmen mixed-use & high rise dan kawasan perumahan.
Pendapatan pengembangan (development income) tercatat memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai Rp546,8 miliar atau 82,3 persen dari keseluruhan.
Perolehan tersebut bersumber dari segmen pengembangan mixed-use dan high rise senilai Rp455,1 miliar dan kawasan perumahan sebesar Rp91,7 miliar.
“Di triwulan pertama tahun ini, kami juga melakukan penjualan lahan seluas 3,2 hektar di Surabaya senilai Rp58,3 miliar. Lahan ini masuk kategori inventori dan bukan termasuk aset utama yang akan dikembangkan dalam waktu dekat,” ungkap Archied.
Perseroan juga memperoleh pendapatan usaha yang bersumber dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) sebesar Rp159,6 miliar atau 17,7 persen dari keseluruhan. Pendapatan usaha dari segmen ini meningkat 1,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp157,1 miliar.
Baca: Strategi Broker Jualan Properti di Masa Covid-19
Perseroan tercatat membukukan laba usaha sebesar Rp234,9 miliar atau meningkat 27,6 persen dibandingkan perolehan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini mendorong perolehan laba bersih sebesar Rp84,4 miliar atau melonjak 74,4 persen dibandingkan triwulan I tahun lalu senilai Rp48,4 miliar.