Propertyandthecity.com, Jakarta – Agung Podomoro Group (APG) mengenalkan proyek terbarunya, Kota Podomoro Tenjo di Kabupaten Bogor. Proyek seluas 650 hektar ini juga akan dikembangkan sebagai kota mandiri bahkan satelit baru yang disebut “the next Serpong”.
Marketing Director Agung Podomoro Group, Agung Wirajaya mengatakan, proyek Kota Podomoro Tenjo hadir sebagai solusi untuk mengisi kekosongan akan kebutuhan hunian layak bagi masyarakat.
“Meskipun kondisi saat ini kurang menguntungkan, kami tetap berusaha untuk mengisi kekosongan itu, membantu program pemerintah untuk memberikan hunian yang layak bagi masyarakat,” ujar Agung di sela acara pengenalan produk baru Agung Podomoro Group di Jakarta, Rabu (12/8/2020).
Baca: Lampaui Target 2019, Tahun Ini Summarecon Revisi ke Rp2,5 Triliun
Agung menambahkan, Kota Podomoro Tenjo bahkan menjadi proyek dengan lahan terluas yang dimiliki oleh APG.
Residential Department Head Agung Podomoro Group, Zaldy Wihardja mengungkapkan Kota Podomoro Tenjo merupakan proyek masterpiece Agung Podomoro yang berada di lokasi strategis, perbatasan tiga wilayah, yakni Bogor, Depok dan Tangerang.
“Bahkan stasiunnya nempel dengan proyek ini, sehingga cukup dengan berjalan kaki saja,” ungkap Zaldy dalam kesempatan yang sama.
Untuk diketahui, proyek ini dilintasi jalur KRL Commuter Line Jakarta – Rangkas Bitung. Bahkan pengembang juga menjalin kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia untuk membangun sebuah stasiun KRL Commuter Line baru di antara Stasiun Tenjo dan Stasiun Tigaraksa.
“Ini akan menjadi Grand Transit Oriented Development (TOD). TOD ini akan terintegrasi dengan mal, hotel, pasar modern dan akses transportasi,” ungkapnya.
Akses lainnya juga bisa melalui jalan tol yang saat ini tengah dalam pengembangan. Antara lain Tol Serpong – Balaraja yang melewati proyek Tenjo dan berjarak 3 km dari pintu Tol Jambe. Jalur tol tersebut mengarah ke JORR, Bintaro dan Serpong.
Harga Terjangkau, Fasilitas Lengkap
Kota Podomoro Tenjo di awal pembangunan akan menghadirkan landed house dan didukung smart city infrastructure. Rumah tapak ini hadir dengan konsep rumah tumbuh, sehingga dapat dikembangkan lagi oleh pemiliknya.
Konsep rumah tumbuh tersebut diyakini menjadi magnet bagi masyarakat produktif, karena selain dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga, juga dapat menghemat anggaran.
Pembangunannya didukung Eco Green House Concept atau konsep rumah hijau sehingga dari sisi aspek kesehatan juga terpenuhi. “Jadi ini sangat mendukung sebagai rumah sehat,” kata Zaldy.
Keunggulan lain yang dapat dirasakan masyarakat diantaranya ketersediaan Green Belt, dimana kawasan satu dengan lainnya saling terhubung. Kawasan tersebut akan dikelilingi spot yang luas untuk setiap individu dapat menikmati udara yang segar dilengkapi taman komunal, lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetika sebagai sarana kegiatan rekreatif.
Baca: Rolling Hills, Proyek Terbaru KJIE di Koridor Timur Jakarta
Beragam fasilitas kota sudah pasti akan dikembangkan, mulai dari kawasan komersial, fasilitas olahraga, termasuk akan dibangun Masjid Agung Tenjo.
Untuk tahap pertama (160 ha), pengembang akan memasarkan cluster hunian premium yang berada di gerbang masuk utama perumahan juga persis menempel dengan area CBD juga TOD Kota Podomoro.
Tidak hanya itu, bersamaan dengan cluster premium, juga akan dipasarkan rumah standar yang berada di pintu timur yang dekat dengan Stasiun Tenjo. Ini juga sebagai bentuk dukungan pengembang kepada pemerintah dalam upaya menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat menengah bawah.
Adapun rumah premium terdiri dari beberapa tipe, yakni tipe 40/119 dengan perkiraan harga mulai Rp460-550 juta, 40/140 berkisar mulai Rp510-600 juta, 40/160 sekitar Rp550-660 juta, 52/160 sekitar Rp610-730 juta, dan tipe 52/176 dipasarkan dengan range harga sekitar Rp650-770 juta.
Sedangkan rumah standar pada tahap awal akan dijual untuk tipe 27/60 dengan range harga mulai Rp180-220 juta dan tipe 36/72 dengan perkiraan harga mulai Rp220-270 juta.
“Harganya mulai Rp200 jutaan namun dengan kualitas middle up,” lanjut Zaldy.
Kota Podomoro Tenjo akan resmi diluncurkan secara virtual pada 17 Agustus 2020 mendatang. Sementara pembangunan tahap pertama dimulai akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Keseimbangan Baru
Dalam kesempatan yang sama, pengamat properti yang juga CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda mengapresiasi langkah pengembang mensuplai hunian pada segmen menengah tersebut.
Kata dia, saat ini kemampuan masyarakat untuk membeli properti sudah bergeser. Konsumen yang semula berada di segmen menengah atas turun ke menengah, sementara yang menengah turun ke menengah bawah. Menurutnya, saat ini sedang terjadi perubahan ke kondisi new normal.
“Dengan kondisi ini, kita diuntungkan dengan harga properti yang menuju ke suatu titik keseimbangan baru yang lebih reasonable dan realistic. Artinya semua pengembang juga akan melihat segmen mana yang betul-betul dibutuhkan,” jelas Ali.
Ali merujuk hasil temuan Indonesia Property Watch untuk pasar properti di wilayah Jabodebek Banten sebagai benchmark. Disebutkan bahwa pasar perumahan pada kuartal naik.
“Ketika kuartal satu jatuh sampai 50 persen, tapi di kuartal dua malah naik sampai 88 persenan. Ini mulai terjadi ketika ada pelonggaran PSBB di akhir Mei. Hal ini menggambarkan bahwa sebetulnya daya beli di Indonesia masih sangat tinggi,” ungkap Ali.
Baca: Kementerian PUPR Siapkan Rest Area di Kawasan Puncak Bogor
Lebih lanjut, masih menurut Ali, properti dengan segmen harga di bawah Rp300 juta mengalami kenaikan besar. Sementara segmen di atas Rp300 juta hingga Rp1 miliar juga tumbuh, meski tidak sebesar di bawah Rp300 juta.
“Jadi bukan tidak ada daya beli, tetapi sebagian pengembang belum mau mensuplai di segmen tersebut. Produk Agung Promodoro ini harusnya bisa mengisi kekosongan tersebut. Sebetulnya segmen Rp300-500 juta banyak. Tetapi kalau masuk ke dalam sebuah kawasan, seperti di Serpong, sudah sangat susah menemukan properti dengan harga tersebut,” terang Ali.