Hingga September 2020, penyaluran KPR BRI telah melampaui target. Bukti inovasi Bank BRI berhasil di tengah wabah pandemik. Pertumbuhan terbesar di Jakarta, Makassar dan Malang.
Baca juga, HUNIAN HINGGA RP1,5 MILIAR MASIH DIMINATI
Dibalik kesulitan biasanya selalu ada peluang, dan itulah yang terjadi hari-hari ini ketika wabah pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, dan memukul ekonomi, para pelaku usaha berupaya berinovasi agar tetap survive. Begitupun dengan perbankan yang ikut terpukul karena seretnya penyaluran kredit. Tinggal tergantung kejelian perbankan membaca situasi dan peluang.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk termasuk yang jeli membaca peluang-peluang baru di tengah krisis ekonomi akibat pandemi ini. Meski pertumbuhan bisnis sempat tertekan saat Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) Jilid I diberlakukan, namun BRI telah siap untuk beradaptasi.
Sejak peluncuran Satelit BRI di 2016, BRI telah memiliki roadmap pemanfaatan teknologi digital untuk mempermudah akuisisi dan mempercepat proses bisnis, termasuk pelayanan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terjadinya pandemi justru mempercepat proses digitalisasi bisnis yang sudah ada sebelumnya. Sementara untuk menjaga kualitas kredit KPR, BRI berusaha lebih selektif dalam pemberian kredit dan melakukan sentralisasi putusan kredit.
Sampai dengan Juni 2020, secara konsolidasi kinerja BRI masih terjaga dengan baik. Aset masih tumbuh sebesar 7,7 persen dan dari sisi kredit meskipun mengalami kendala berupa melemahnya kondisi ekonomi, BRI tetap bisa tumbuh sebesar 5,2 persen yoy, jauh di atas rata-rata industri perbankan nasional yang hanya tumbuh sebesar 1,49 persen. Sedangkan untuk simpanan, pembatasan aktivitas sosial karena pandemi Covid-19 mengakibatkan masyarakat meningkatkan porsi dana untuk berjaga-jaga dari pada transaksi, hal ini berdampak pada kenaikan simpanan BRI yang naik sebesar 13,5 persen lebih tinggi dari industri perbankan secara nasional, yaitu sebesar 7,95 persen.
Handaru Sakti, Kepala Divisi Consumer Landing Sales and Development (CLSD) BRI menjelaskan, pertumbuhan penjualan properti residensial nasional secara yoy di Q1 2020 minus 43 persen, dan mengalami perbaikan pada Q2 2020 menjadi minus 25 persen secara yoy. “Di sisi kredit yoy Q2 2020, kredit properti di Indonesia tumbuh 4 persen jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit KPR BRI adalah sebesar 12,6 persen. Artinya, kalau saya melakukan ekspansi masih ada ruang cukup terbuka namun tetap harus lebih selektif, saya tetap harus menjaga kualitas,” kata Handaru kepada Property and The City.
Handaru meyakini, meski pandemi berdampak pada masyarakat luas, namun kebutuhan akan hunian tetap ada. “Masyarakat tidak membatalkan
niat pembelian properti, mereka hanya menunda atau memilih properti yang lebih murah. Untuk itu, saya harus bisa menjual produk yang kira-kira cocok buat mereka yang terdampak, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah,” katanya.
Rumah subsidi yang disalurkan oleh BRI pun ada beberapa jenis. Mulai dari bantuan uang muka hingga Rp40 juta, hingga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan uang muka 1 persen dan bunga 5 persen dalam jangka waktu hingga 20 tahun. Artinya, konsumen hanya membayar uang muka sekitar Rp1-1,5 juta saja. “Ini yang sedang kami gencarkan dalam upaya mendukung program pemerintah, sekaligus untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN),” kata Handaru.
Tidak heran jika penyaluran rumah subsidi melalui BRI pada tahun ini telah melampaui target yang dijatah pemerintah. BRI juga telah mengajukan penambahan atas kuota untuk 3 bulan ke depan. Kesuksesan ini juga tidak lepas dari kerja sama BRI dan Kementerian PUPR dalam menyukseskan aplikasi SikaSep (Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan). Pada Juni lalu BRI juga sukses menggelar akad KPR massal seluruh Indonesia yang diikuti seluruh kantor wilayah secara virtual.
Sementara untuk segmen menengah dan atas, termasuk properti investasi, BRI telah menjalin kerja sama dengan banyak developer, melakukan join promo, seperti diskon provisi atau administrasi, bahkan biayanya bisa dibebaskan alias free. Juga kemudahan relaksasi persyaratan pengajuan kredit.
Dalam hal pelayanan, selain nasabah payroll, BRI juga tetap menerima dan melayani pengajuan dari masyarakat umum, meski belum payroll. Luar biasanya, meski tidak memiliki penghasilan tetap, calon konsumen juga bisa dilayani. “BRI melayani semua lapisan masyarakat, yang penting masyarakat tersebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan setiap bulannya,” tegas Handaru.
Digitalisasi
BRI melakukan percepatan proses bisnis dengan mengubah cara pemasaran ke sistem digital sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini. Mulai dari proses pengajuan hingga pembayaran, yang sebelumnya semua dilakukan secara face to face beralih melalui media online. Adapun aplikasi andalan BRI dalam menunjang bisnis penyaluran KPR tersebut, yakni BRISPOT. Melalui aplikasi ini, konsumen bisa melakukan pengajuan permohonan, termasuk memantau progres pengajuan, dari rumah dan bisa dilakukan kapan saja.
Bahkan, BRISPOT juga melayani simulasi cicilan untuk mengetahui kemampuan angsuran nasabah, melalui sistem kalkulator simulasi KPR. “BRISPOT adalah cara baru mengajukan KPR via BRI secara cepat dan transparan,” ungkap Handaru.
Main di Promo
Tidak ketinggalan, berbagai program promo juga masih terus digencarkan oleh BRI. Seperti, diskon provisi dan administrasi hingga bunga khusus untuk event tertentu seperti KPR Merdeka, KPR Super, HUT BRI dan lainlain. “Intinya biaya-biaya itu saya buat ringan. Tujuannya mendorong masyarakat untuk beli rumah. Karena saat ini meski pertumbuhan lambat tetapi di situ ada peluang,” tegas Handaru.
Sementara bagi milenial atau keluarga muda yang baru akan memiliki rumah pertama, BRI juga beri bunga khusus, atau bisa diarahkan ke rumah subsidi.
Beberapa kegiatan pameran virtual juga diikuti bahkan akan digelar langsung oleh BRI. Salah satunya Virtual Expo dalam rangka memperingati ulang tahun BRI ke 125 tahun. Termasuk juga melakukan webinar untuk
karyawan-karyawan dari nasabah perusahaan dan instansi rekanan BRI.
Melalui berbagai upaya tersebut, BRI mampu membuktikan pertumbuhan penyaluran KPR pada tahun ini, dimana hingga September telah mencapai
103,6 persen. Pertumbuhan KPR terbesar secara total ada di 3 kota, yakni
Jakarta, Makassar dan Malang. Sementara untuk segmen KPR subsidi, terbesar di Kota Makassar, Manado, Medan, Lampung dan Banjarmasin.
“Jadi justru digital consumer property ini menjadi andalan untuk bisnis
BRI saat ini yang harus kita kejar, dengan menerapkan 3 strategi utama,
mengubah proses bisnis dengan BRISPOT, pemasaran secara digital dan
pengelolaan kualitas kredit” pungkas Handaru. ● Pius Klobor