Lahan yang masih luas dan pembangunan infrastruktur yang gencar, menjadikan Bandung Selatan siap mendulang bisnis properti, seiring dengan perkembangan Bandung Timur yang tetap masih menjanjikan dengan pasar mahasiswanya yang besar.
Baca juga:
“Bandung Selatan di waktu malam berselubung sutra mega putih/Laksana putri lenggang kencana duduk menanti akan kekasih”
Sepenggal bait dari lagu “Bandung Selatan di Waktu Malam” yang mengisahkan indahnya kawasan selatan Kota Bandung. Ibarat kekasih, Anda dinanti untuk datang dan tinggal di Bandung Selatan yang indah, dengan barisan pegunungan Malabar yang memesona mata. Keindahan alam Bandung Selatan seperti terlukis dalam lagu ciptaan Ismail Marzuki ini, semoga tak lekang oleh pesatnya pertumbuhan properti hunian yang ingin tinggal di Bandung Selatan.
Mengulas properti di Bandung nyaris tidak akan pernah habis-habisnya. Satu kawasan sedang tumbuh propertinya, kawasan lain sudah siap merekah propertinya. Tidak bisa dibayangkan apa jadinya kalau kereta api cepat Jakarta-Bandung selesai. Acara groundbreaking mungkin menjadi seremonial sehari-hari para pengembang dan media massa paling sibuk meliputnya.
Property and The City sendiri bukan kali ini saja menurunkan laporan utama tentang Bandung. Pada Edisi 23 Tahun 2016 Property and The City mengulas dengan dalam pergerakan properti di Bandung dan sekitarnya. Arah pergerakan properti ke Bandung Timur menjadi ending dari pembahasan kala itu. Dua tahun kemudian pergerakan properti sepertinya mengarah ke Bandung Selatan. Paling tidak ini yang diamati Property and The City. Sehingga kembali mengangkat Bandung khususnya Bandung Selatan di edisi kali ini.
Bicara properti tentu salah satu penggeraknya adalah infrastruktur. Antisipasi akan adanya lonjakan penduduk yang mencapai 80 juta pada tahun 2045 di koridor Jakarta-Bandung adalah dengan infrastruktur. Sejumlah rencana dan roadmap pembangunan telah dirancang oleh pemerintah pusat, termasuk pemerintah Provinsi Bandung untuk menyambut datangnya Megapolitan Jakarta-Bandung di tahun 2045.
Pemerintah memprediksi pertumbuhan megapolitan mengarah timur – selatan menuju tenggara. Ini membuat megapolitan Jakarta dan Bandung akan menyatu, yakni Jakarta – Bandung Megapolitan Urban Area. Salah satu wilayah yang akan masuk dalam megapolitan urban area adalah Bandung Selatan. Mengapa Bandung Selatan karena kawasan ini sangat strategis lantaran dilintasi Tol Padaleunyi, Tol Soreang – Pasir Koja (Soroja). Serta rencana pembangunan jalur kereta cepat, elevated toll road dan proyek infrastruktur lainnya.
Agung Suryamal, Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat, mengungkapkan, pembangunan infrastruktur akan sangat berdampak terhadap peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi sekitar. Dia mencontohkan, beroperasinya Tol Soroja akan mampu mengerek perekonomian Bandung Selatan hingga 30 persen dalam 4-5 tahun mendatang. Belum lagi waktu tempuh yang makin singkat, yang sebelumnya dari Kota Bandung menuju kabupaten, seperti ke Soreang menghabiskan waktu 1,5 jam, kini hanya sekitar 12 menit saja.
“Bandung Selatan akan membantu perekonomian nasional dari pariwisata dan ekspor. Karena kita tahu, pemerintah pusat fokus pada dua hal itu untuk menstabilkan perekonomian,” kata Agung.
Cukup beralasan kalau kemudian Pemda Bandung terus melakukan pembenahan infrastruktur dalam kota, seperti pelebaran jalan arteri menuju Bandung Selatan dari ROW 16 menjadi ROW 20. Dalam dokumen Rencana Kebutuhan Investasi Bandung Raya 2016, kita temukan rencana pengembangan Fly over Kopo dan Buah Batu, jalan lintas Ciwidey, jalan lintas cepat Soreang – Ketapang – Baleendah – Majalaya, jalan lintas Majalaya dan jalan lintas Banjaran.
Di luar itu juga sedang disiapkan LRT Bandung Raya. Moda transportasi rel ini akan melintasi lima wilayah, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, hingga ke Sumedang. LRT ini pun akan terintergarasi ke dalam tiga koridor yang mengarah ke wilayah Bandung Selatan. Moda transportasi lainnya yang modern adalah metro kapsul Kota Bandung yang telah dicanangkan Pemda Bandung pada Februari 2018 lalu.
“Secara umum pengembangan infrastruktur dan sarana transportasi di wilayah Bandung Selatan akan ditingkatkan mengingat potensi pertumbuhan ekonomi kawasan ini yang sangat tinggi,” ujar Slamet Mulyanto, Kepala Bidang Fisik Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat.
Ade Sjafruddin, praktisi transportasi dari Institut Teknologi Bandung mencoba menganalisa kondisi wilayah Bandung saat ini. Menurutnya, ada disparitas antara kawasan selatan dan utara. Kawasan selatan dinilai Ade memiliki potensi berkembang lebih luas. Apalagi adanya konektivitas langsung dengan sebagian wilayah Bandung Timur. Lahan di wilayah selatan pun relatif masih memungkinkan untuk berkembang. Sedangkan kawasan utara terbatas karena adanya hutan lindung dan area konservasi.
Untuk ini, saran Ade, peningkatan sistem transportasi Bandung Selatan perlu ditempatkan pada kerangka integrasi pengembangan sistem transportasi berkelanjutan secara menyeluruh. Transportasi massal berbasis rel, misalnya, akan lebih baik karena dapat menampung jumlah penumpang lebih banyak, sehingga dapat menjadi tulang punggung transportasi. “Intinya adalah operasionalisasi transportasi harus disesuaikan dengan paradigma abad ke-21, yakni melalui pemanfaatan teknologi,” tegas Ade. (Pius Klobor)
Thanks atas informasinya… Sangat bermanfaat sekali buat para praktisi property di Bandung…