Jakarta, Propertyandthecity.com — Minat generasi milenial untuk membeli properti semakin lama semakin memerlihatkan peningkatan.
Milenial merupakan kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya mengelompokan generasi ini dengan tahun kelahiran 1980-an sampai akhir tahun 1990-an.
Baca: Resmi IPO, Adhi Commuter Properti Perkokoh Posisi Sebagai Pengembang TOD Terdepan
Berdasarkan survei yang dilakukan Indonesia Property Watch belum lama ini ternyata milenial yang aktif melakukan pembelian rumah atau properti berada di kisaran usia 27 sampai 39 tahun dengan penghasilan rata-rata Rp8,5 juta/bulan.
“Memang tingkat penghasilan ini mungkin tergolong tinggi saat ini dibandingkan penghasilan rata-rata milenial yang diperkirakan penghasilannya Rp6-7 juta/bulan. Namun begitulah faktanya, hanya mereka dengan penghasilan itu yang diperkirakan sanggup untuk membeli properti saat ini,” kata Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch.
Kata dia, tidak semua milenial tersebut membeli rumah dengan uang sendiri, dimana ternyata hanya sebesar 40,95% yang benar-benar menggunakan uang sendiri.
Bagaimana lainnya, lanjut Ali, sebesar 39,05% masih dibantu oleh orang tua mereka, baik dalam hal uang muka atau sebagian cicilannya. “Ada juga orang tua yang membelikan properti sepenuhnya untuk anaknya sebesar 12,38%. Sedangkan selebihnya lagi milenial tidak membeli properti karena memiliki warisan dari orang tuanya,” ungkap Ali.
Baca: Intiland Gandeng Blibli Hadirkan Kemudahan Layanan Fasilitas Bisnis dan Olahraga di Surabaya
Harga properti yang dibeli pun bervariasi dengan komposisi terbesar di kisaran harga Rp500 juta – 1 miliaran sebesar 37,8%, diikuti harga properti di kisaran Rp 300 – 500 jutaan sebesar 28,51%, harga properti di atas Rp1 miliar sebesar 22,98%, dan terkecil untuk harga properti dibawah Rp300 juta.
“Yang menjadi pertanyaan bagaimana dengan gaji Rp8,5 juta/bulan dapat membeli properti seharga Rp500 juta bahkan Rp1 miliar. Dengan gaji Rp8,5 juta/bulan mereka hanya bisa mencicil 1/3 dari penghasilan tersebut atau kira-kira Rp2,5-3 juta/bulan yang berarti hanya properti seharga Rp300-400 juta saja yang bisa mereka miliki,” lanjut Ali.
Hal ini ternyata terjawab dengan profil status perkawinan para milenial ini. Sebesar 38,79% milenial yang membeli properti adalah mereka yang telah berkeluarga dengan minimal memiliki 1 orang anak.
Sedangkan bagi keluarga muda yang belum memiliki anak prosentasenya pun cukup besar yaitu sebesar 30,17%. Artinya sebagian besar milenial membeli rumah saat mereka sudah menikah dan dari sisi penghasilan bisa digabungkan sehingga bisa membeli rumah yang lebih besar.
Baca: Reformasi Kemendagri dan Mandeknya Pasokan Rumah
“Itulah profil pembeli milenial yang bisa menjadikan referensi bagi para pengembang untuk dapat membidik pasar dengan lebih baik. Namun jangan lupa, saat ini generasi setelah milenial, yaitu generasi Z pun sudah mulai ‘melek’ properti. Para pengembang bersiap untuk pasar yang lebih besar lagi,” tutup Ali.