Mikhavita Wijaya
Kemang, merupakan salah satu kawasan elit di wilayah Jakarta Selatan. Kemang kerap juga disebut Bali-nya Jakarta, lantaran geliat kehidupan malam maupun siang menyerupai Bali yang selalu ramai dikunjungi kaum ekspatriat. Seiring itu, potensi bisnis pun tumbuh subur, menjadi magnet investasi pagi para pebisnis dan investor. Café-café, restoran, salon & spa, hotel, toko barang antik, sport, boutique gallery, bistro, hingga galeri mebel bertebaran di berbagai sudut ‘Kampung Modern’ tersebut.
Menuju ke Jalan Kemang Timur Raya. Sebagaimana kawasan Kemang umumnya, Anda pun disuguhi pepohonan sejuk dengan kontur jalan bergelombang dengan bukit-bukit kecil. Di sisi kiri dan kanan jalan, mata tak lekang memandang berbagai jenis usaha yang mengedepankan tampilan nan khas dan unik.
Tepatnya di Jalan Kemang Timur Raya No. 50, Anda akan menemukan sebuah kontainer yang telah dimodifikasi menyerupai sebuah bangunan minimalis, adalah Vie for Living, usaha yang semula bernama Lio Gallery ini adalah sebuah usaha di bidang furniture dengan fokus unique furniture. Tim Majalah Property and The City yang menyambangi tempat usaha itu menyaksikan berbagai produk mebel antik “modern” yang sebagiannya memanfaatkan kayu bekas ‘langka’.
Adalah Mikhavita Wijaya, nama yang tak lagi asing di jagat media tanah air. Vita, demikian sapaan akrab wanita 27 tahun yang juga istri mantan penyanyi “Samsons”, Bambang Reguna Bukit (Bams), adalah pengelola sekaligus pemilik Vie for Living. Vita dan Bams mengawali usaha ini sejak 2011 lalu yang bermula dari bistro yang kemudian mulai fokus ke furniture dengan brand “Vie” yang berarti “hidup” (bahasa Perancis). Sejatinya usaha di bidang furniture bukan lagi barang baru bagi wanita kelahiran Palembang, 9 Juni 1988 ini. Sejak kecil dia sudah terbiasa dengan bidang usaha yang juga telah dijalankan oleh orang tuanya ini. “Actually I always like have this passion about furniture because when I was a kid my family business is furniture. Furniture manufacturing, jadi pabrik furnitur yang memproduksi mebel yang tidak berkonsep, tapi mass production,” ujar Vita.
“…bahwa kita itu masih bisa mengapresiasi sesuatu yang ‘rusak’ menjadi sebuah produk yang artistik dan tentu bernilai jual tinggi”.
Daur Ulang
Terinspirasi dari konsep produk unik dan modern Vita dan Bams pun mengawali usaha mereka itu dari hasil keringat sendiri, murni tanpa investor luar. Vita yang lulusan economic finance dari Australia ini pun diserahi tanggung jawab untuk mengelola usaha furnitur tersebut, sementara Bams lebih fokus ke usaha kebugaran (gym) bernama 20Fit.
Terjun ke dunia bisnis, bukanlah barang baru bagi Vita. Sejak berusia 20 tahun dia sudah terjun ke dunia kerja. Vita juga pernah menekuni bisnis sarang burung walet yang diekspor ke berbagai wilayah di Australia, seperti ke Melbourne dan Sydney. “Ini memang family business juga, tapi untuk mendapatkan lisensinya, saya harus berjuang sendiri selama dua tahun lebih. Dan sekarang hanya dua usaha yang punya lisensi, saya dan kompetitor saya,” kenangnya.
Maka tidak begitu sulit ketika Vita menerima tanggung jawab, mengambil alih usaha ini, sejak pertengahan 2013 lalu. Dia mulai menjalankan usahanya tersebut dengan produk yang lebih konseptual, bergaya modern namun tetap mempertahankan keunikan dari setiap produknya. Memanfaatkan material lokal, kayu-kayu khas asli Indonesia dengan kombinasi beberapa kayu bekas yang langka, Vita menggandeng desainer, pengusaha dan perajin lokal untuk menjalankan usahanya itu.
“Saya melihat sesuatu dari business perspective. Saya melihat tren furnitur yang selalu berkembang. Sehingga kami putuskan untuk buat brand baru dengan produk yang berbeda dari lainnya,” terang Vita.
Jika sebelumnya Lio Gallery dengan produknya yang lebih fokus ke ethnic product, kini, bersama brand baru, “Vie” produk yang ditampilkan pun lebih modern namun tetap unik. Beberapa produknya masih mempertahankan material kayu bekas (recycled wood) dari akar kayu jati dan kayu ulin/kayu besi yang mulai langka.
“Produk unggulan saya recycled ulin, dan kayu suar (kayu trembesi), yang baru saja bekerja sama dengan Barata Sena. Melalui Vie ini, saya membuat suatu konsep bahwa kita itu masih bisa mengapresiasi sesuatu yang ‘rusak’ menjadi sebuah produk yang artistik dan tentu bernilai jual tinggi,” terang Vita.
Ritel dan Project
Pasar begitu antusias menyambut hadirnya produk-produk mebel, milik Vita ini. Bahkan 60% lebih pembelinya adalah kaum ekspatriat. Tidak hanya di dalam negeri, produknya pun pernah diekspor ke pasar luar negeri, seperti Abu Dhabi, Malaysia, Singapura, Italia, Amerika Serikat, Arab, dan Kanada.
“Untuk pemasaran, kami punya dua divisi, yakni ritel dan project. Kami punya tiga toko di Kemang. Sementara untuk project kami sudah mendesain untuk Alam Sutera, Agung Sedayu, dan residential area untuk individual client. Sehingga sejak 2015, kami lebih fokus ke pasar dalam negeri,” jelas Vita.
Meski demikian, diakui Vita persaingan pasar akan selalu tinggi. Untuk itu, pihaknya selalu berupaya untuk terus meningkatkan layanan terhadap pelanggan, kualitas dan konsep, serta desain produk. “I don’t believe in price competition, in selling my product, or in selling my services or in doing my business. What I am doing, it’s like good collect, good customer service, and good design.”
“Kami juga punya layanan after service. Sehingga jika ada konsumen yang mengalami kerusakan barang, kami bisa membantunya,” tambah dia.
Kini tak hanya Vie for Living yang tengah dijalankan oleh Vita. Dia pun telah menghadirkan Mikata, brand terbaru dalam bisnisnya itu sebagai respon atas kebutuhan pasar yang ada. Vie dikhususkan untuk menyasar pasar menengah ke atas, sementara Mikata yang rencananya akan diluncurkan pada September 2015 ini untuk mengamankan pasar menengah.
“Untuk produk-prduk furnitur dengan brand Vie dipasarkan mulai dari Rp 5 juta. Sementara produk-produk Mikata lebih beragam, ada pernak-pernik dan barang interior lainnya yang dijual mulai dari Rp 250 ribu,” terang ibu satu anak ini.
Jalan Vie for Living
Mungkin belum banyak yang tahu akan keberadaan dan usaha Vie for Living milik Vita ini. Namun siapa sangka, jika suatu saat, Jalan Kemang Timur akan identik atau bahkan berganti ‘wajah’ menjadi Vie for Living. Inilah tekad dan cita-cita besar dari Vita yang akan membesarkan usahanya.
“Di Bali ada sebuah pusat perbelanjaan yang namanya Lio Square. Dia memberi nama Lio itu gara-gara di sana banyak sekali Lio Gallery. Ada sekitar 15 toko di sepanjang jalan menuju ke Lio Square itu. Nah, saya juga punya tekad untuk perlahan-lahan membuat Jalan Kemang Timur ini menjadi Jalan Vie for Living,” papar Vita.
Untuk mewujudkan niatnya itu, Vita pun akan membuka beberapa toko furnitur di sepanjang Jalan Kemang Timur tersebut. “Tahun 2015 ini saya akan buka satu toko lagi. Tahun depan dan seterusnya akan ada satu lagi, sehingga perlahan akan ada beberapa toko di sepanjang jalan ini,” tutur wanita yang semula bercita-cita menjadi seorang bankir tersebut.
Niat untuk menggapai impiannya itu terus diupayakan meski tantangan menghadang. Bagi Vita, setiap tantangan yang dia hadapi menjadi pondasi untuk membangun kepribadian menuju sukses. “Tantangan pasti selalu ada, karena tantangan itu yang menjadi jalan untuk kita bisa membangun personality kita, artinya tanpa tantangan kita juga tidak bisa membangun personality kita. Dan terpenting, kita harus selalu berserah pada Tuhan. Saya sangat bergantung padaNYA, sehingga selama ini saya belum pernah menemukan kesulitan yang tidak bisa saya selesaikan,” terang Vita yang suka masak dan olahraga ini.
Titik tertinggi yang kini ia gapai adalah sebuah pencapain dari usaha dan kerja kerasnya. Meski begitu, sukses baginya adalah sebuah hal yang relatif. Sukses adalah kebahagian, demikian Vita mengungkapkan arti sukses baginya.
“Dan terpenting, saya bisa menjadi seperti ini karena lingkungan. Orang tua memberikan peranan yang besar. Ibu mengajarkan saya untuk bisa mengapresiasikan apa yang ada dari diri saya sendiri,” tuturnya.
“Saya bersyukur, Tuhan memberikan saya kesempatan untuk berperan menjadi seorang pimpinan dan seorang ibu. Dan sejauh ini saya masih bisa membagi waktu dan menjalankan keduanya. Success is happiness…,” tutupnya. (Jkt,8/9/2015)