Pada tahun 2017, Indonesia Property Watch sempat merilis prediksi pasar properti akan berada dalam jalur recovery dan ready for take off. Namun rilis tersebut disertai dengan catatan bahwa pasar properti dalam tahun 2017 sampai 2018 sangat tergantung dari seberapa besar isu politik mengganggu pasar. Dalam perjalanannya dampak faktor stabilitas politik dalam pemilihan presiden 2019 menyita energi yang cukup besar yang membuat pasar properti dalam posisi landai nyaris stagnan.
Meskipun demikian bila dicermati lebih mendalam kondisi pasar properti sebagian telah pulih. Segmen menengah relatif tidak terlalu mengalami tekanan pada tahun politik. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap penjualan rumah di Jabodebek-Banten, segmen harga rumah Rp300 juta sampai Rp1 miliar mengalami kenaikan penjualan 24,4 persen (qtq) pada Q4-2018 atau naik 1,2 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Penurunan tajam terjadi di segmen harga di atas Rp1 miliar yang jatuh 28,9 persen (qtq) atau turun 40,1 persen secara tahunan. Karenanya yang terjadi lebih dikarenakan isu diluar siklus pasar properti itu sendiri. Pasar dalam kapasitas menunggu sampai stabilitas politik benar-benar dirasakan aman.
Proses pemilihan presiden yang relatif aman membuat pasar properti dirasakan bergerak naik, segmen menengah dipastikan akan semakin bergairah. Selain itu harapan datang dari The Fed yang memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin. Penurunan ini seharusnya akan diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan yang akan memberikan angin segar bagi bisnis properti dan meningkatnya daya beli konsumen properti. Faktor lain yang mendukung pasar properti seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi berada dalam posisi yang memberikan potensi untuk memberikan pertumbuhan pada sektor properti.
Karenanya pasar properti yang sudah lama ‘tidur’ dan berada dalam grafik landai selama hampir 6 tahun seharusnya akan benar-benar terbangun, paling tidak di akhir 2019 atau awal tahun 2020. Bila pertumbuhan benar terjadi, pasar properti akan berlari dalam dua tahun ke depan, meskipun diperkirakan kenaikan harga tidak akan setinggi yang terjadi pada periode 2009-2012.