Mengawali tahun 2017, produk genteng ramah lingkungan Onduline meluncurkan produk barunnya bertajuk “Onduline Tile”. Produk anyar merupakan perpaduan dari dua produk sebelumnya, yakni Onduline dan Onduvilla. Adapun Onduline merupakan produk atap genteng berbentuk gelombang dan berukuran lebih panjang, hingga 2 meter. Sedangkan Onduvilla adalah atap yang lebih menyerupai genteng keramik dengan ukuran 40 cm X 106 cm.
“Onduline Tile miliki profil memanjang yang lebih mirip dengan Onduline, tetapi nampak sepeti genteng keramik dengan varian warna khas genteng Onduvilla. Produk ketiga ini kami luncurkan Maret tahun ini,” ujar Country Director PT Onduline Indonesia, Tatok Prijobodo, di area pameran bahan bangunan Megabuildtech 2017 di JCC, Jakarta, Jumat (17/3/2017).
Sebenarnya Onduline bukanlah pemain baru di Indonesia. Sejak tahun 1977 produk ini sudah merambah pasar Indonesia melalui importir asal Perancis. Sedangkan PT Onduline Indonesia baru resmi berdiri pada tahun 2006 dengan fokus pemasaran produk ke sejumlah proyek-proyek pemerintah.
“Produk kami ini juga sudah tercatat di Green Building Council Indonesia sebagai produk genteng ramah lingkungan dengan berat gas buang sekitar 4 kg/m2,” jelas Tatok. Lembaran genteng aspal (bitumen) ini pun diklaim memiliki bobot lebih ringan dibandingkan dengan genteng keramik.
“Jadi kenapa disebut tile atau genteng? Itu lantaran produk Onduline Tile ini memiliki tampilan yang lebih estetis mirip genteng konvensional,” sambung Tatok.
Onduline Tile memiliki 7 garis timbul (emboss), sehingga memudahkan penentuan overlap (tumpang tindih), tanpa perlu kesulitan mengukur dan memudahkan penentuan posisi pembenaman sekrup. Atap dengan ukuran 96 cm x 195 cm ini, disebut Tatok sebagai salah satu produk andalan yang tampil beda dengan harga lebih ekonomis.
Sebagaimana kedua produk lainnya, Onduline Tile juga sangat cocok diaplikasikan pada atap utama, termasuk pada carport dan garasi. Atap ini dapat dipasang dengan sudut kemiringan atap 5-10 derajat dengan overlap ke atas (vertikal) 11 cm dan ke samping (horizontal) 9,6-24 cm. Atap ini memiliki ketebalan 3 mm dengan bobot berat hanya 5,9 kg/lembar atau 3,15 kg/m2.
“Atap ini juga tidak menggunakan metal sehingga mudah diaplikasikan pada berbagai bentuk atap dengan berbagai tingkat kerumitannya. Dan olehkarena itu juga, sangat cocok pula digunakan di tepi pantai, karena tidak korosi,” tambah Tatok.
Hal senada diakui arsitek profesional, Sigit Kusumawijaya, bahwa kini produk-produk Onduline menjadi pilihan para arsitek Indonesia karena mudah dibentuk dan diaplikasikan di berbagai desain rancangan atap bangunan. “Salah satu proyek saya di Serpong menggunakan Onduline. Padahal bentuk atapnya termasuk rumit karena tidak simetris. Dan hanya atap Onduline yang bisa kami gunakan di sana,” sambung Sigit sembari menunjukkan proyeknya tersebut. [pio]