PERUMNAS SEBAGAI KUNCI DI SISI PASOKAN
Apa yang bapak rasakan selama tahun 2020 dampak dari pandemi Covid-19?
Pandemi Covid-19 ini mengharuskan masyarakat untuk membatasi aktivitas karena potensi tingkat penyebaran virus Covid-19 yang semakin tinggi lagi di Indonesia. Pembatasan
tersebut sudah barang tentu berimbas pada penurunan di aktivitas yang dapat menggerakkan perekonomian dan berujung pada perlambatan kinerja di berbagai sektor
tak terkecuali properti. Hal ini yang mengharuskan setiap korporasi untuk menyesuaikan dengan kebiasaan baru baik secara internalisasi korporasi maupun penanganan terhadap
konsumen.
Bagaimana dengan kegiatan Perumnas, apakah terjadi penurunan penjualan selama 2020?
Pembatasan masyarakat untuk berinteraksi sudah dapat dipastikan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor properti. Ini yang saya maksud di semua segmen baik itu subsidi maupun non subsidi. Kegiatan pemasaran yang umumnya dilakukan oleh marketing agent Perumnas dengan cara berinteraksi langsung dengan konsumen pun menjadi terbatas, dan ini memengaruhi potensi untuk mendongkrak kinerja kami. Tetapi kami memiliki strategi baru dalam pemasaran yaitu dengan pendekatan secara online dan juga menggencarkan penjualan collective ke berbagai instansi.
Apakah ada proyek-proyek baru yang dibangun atau hanya melanjutkan proyek yang sudah ada di 2020?
Sudah terdapat beberapa proyek yang rencana akan dibangun ke depannya. Akan terdapat beberapa proyek penugasan dari pemerintah yang sedang kami godok dengan kementerian terkait. Selain merampungkan beberapa proyek yang tengah berjalan dari tahun sebelumnya.Kami tengah mendorong kementerian PUPR untuk dapat menggoalkan beberapa kebijakan yang menempatkan Perumnas sebagai kunci di sisi pasokan dalam menjawab tantangan backlog perumahan khususnya di segmen menengah bawah.
Bagaimana Perumnas melihat tahun 2021? Apa yang bisa membuat properti bangkit?
Menurut hemat saya yang menjadi momentum bangkitnya properti bila pembatasan aktivitas masyarakat sudah ditiadakan dengan adanya vaksin yang akan dilaksanakan secara massal kepada masyarakat. Bila hal itu terjadi, keadaan akan berangsur pulih dan akan berimbas positif di semua sektor, properti masuk di dalamnya. Dan beberapa PP yang merupakan turunan dan UU Cipta Kerja dapat dipercepat realisasinya di lapangan khususnya yang mendorong sektor properti. Lain dari itu beberapa proyek penugasan pemerintah yang sedang digodok untuk dikerjakan oleh Perumnas dapat terlaksana tidak lama lagi.
Kebijakan apa yang sebaiknya dikeluarkan pemerintah agar properti cepat recovery?
Kebijakan yang saya pandang mampu untuk mempercepat recovery sektor properti adalah
stimulus di sisi pasokan yaitu yang mendorong pengembang mendapatkan beberapa relaksasi dalam penyediaan perumahan. Tantangan terbesar bagi pengembang khususnya yang fokus pada segmen menengah bawah adalah bunga konstruksi yang disamakan dengan komersial. Lainnya adalah pembelian tanah dengan harga komersial. Tidak adanya relaksasi dalam mendapatkan pengurusan izin dan juga cash flow proyek cenderung berat karena pencairan KPR dari perbankan baru didapat sesudah bangunan siap huni. Jadi, butuh pendanaan yang cukup besar di awal. Sehingga terus terang kebijakan yang urgent dibutuhkan adalah yang memfasilitasi pengembang untuk dapat menjawab tantangan yang dimaksud.
Apa saja yang akan dikerjakan Perumnas di 2021?
Untuk tahun 2021 terdapat 4 hal utama yang menjadi prioritas Perumnas yaitu melakukan
tansformasi human capital, mendorong terciptanya kemitraan strategis, digitalisasi sistem manajemen risiko, penguatan dan pengembangan pada bisnis anak perusahaan. Kemitraan strategis yang didorong di sini tidak hanya terbatas pada cakupan nasional namun juga internasional, sedang berprogress saat ini adalah dengan institusi di Jepang dan China.
Lain dari itu beberapa kebijakan tengah kami dorong dengan kementerian terkait, dengan tujuan akhir supaya pada ekosistem perumahan yang sedang diwacanakan pemerintah, Perumnas dapat berperan aktif di sisi pasokan perumahan yang berkonsentrasi pada segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Tidak hanya pada dukungan pada pendanaan dan bantuan prasarana, sarana umum (PSU) tetapi juga pada dukungan berupa lahan idle yang dapat dioptimalisasi. Juga konsep off taker dimana Perumnas akan menyediakan perumahan bagi MBR dengan standar yang telah ditentukan, dan produk
yang dihasilkan akan diserap institusi yang sedang direncanakan akan dibentuk.
Lain dari itu bila kondisi semakin kondusif, beberapa proyek penugasan pemerintah juga akan dilaksanakan dalam waktu dekat di format rumah tapak, rumah susun dengan kerjasama dan rumah susun konsep revitalisasi.
Ada berapa proyek baru yang akan dibangun dan dimana saja lokasinya?
Rencananya pada konsep rumah tapak, kami akan fokus pada 4 kawasan yaitu Jonggol, Maja, Haluoleo, dan Maros. Sedangkan format rumah susun terdapat 2 konsep yaitu dengan konsep kerjasama, terdapat 4 lokasi yang berkonsentrasi di area Bekasi dan Jakarta, dan konsep revitalisasi terdapat 5 lokasi yang keseluruhannya berlokasi di Jakarta.
Strategi pemasaran Perumnas di 2021 agar mampu bersaing dengan pengembang swasta?
Ke depan Perumnas membagi strategi pemasaran menjadi pemasaran retail dan korporasi. Keduanya akan diperkuat dengan treatment yang berbeda. Di sisi retail akan kami perkuat dengan basis digitalisasi, untuk menyikapi new normal yang sedang terjadi di masyarakat saat ini. Hal ini tidak hanya dilakukan secara mandiri tetapi juga berkolaborasi dengan
perbankan. Sedangkan di sisi pemasaran korporasi kami akan dorong kerjasama dengan beragam instansi. Hal ini kami lihat efektif dengan terdapatnya kerjasama dengan BPK di kawasan Perumnas di Parung Panjang. Dan hal ini akan didorong pada instansi lainnya seperti Taspen, Pegadaian, dan BPJS Ketenagakerjaan. ● [Hen]