Jakarta, Propertyandthecity.com – Penggunaan asbes sebagai material atap rumah kini mulai ditinggalkan. Meski dahulu dikenal ringan, murah, dan mudah dipasang, asbes kini dianggap berbahaya bagi kesehatan penghuni rumah.
Praktisi properti dari Real Estat Indonesia (REI), Bambang Eka Jaya, menyebut asbes telah lama ditinggalkan oleh pengembang. Bahkan, material ini tidak lagi digunakan untuk membangun rumah sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Asbes adalah material penutup atap yang sudah lama ditinggalkan developer, termasuk untuk rumah sederhana,” kata Bambang, beberapa waktu lalu kepada media.
Bambang menjelaskan bahwa asbes mengandung mineral silikat atau serat kaca kecil dan tajam. Partikel ini berisiko lepas dari lembaran atap, kemudian terhirup penghuni rumah.
“Partikel kecil itu bisa melukai saluran pernapasan, merusak paru-paru, hingga menyebabkan kematian,” ujarnya.
Memakan Korban Jiwa
Menurut survei The Institution of Occupational Safety and Health (IOSH), asbes mengakibatkan 107.000 pekerja konstruksi di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan korban kecelakaan lalu lintas.
Di Inggris, penggunaan asbes telah dilarang sejak 1999. Sebelumnya, material ini digunakan untuk atap rumah, papan isolasi, dan bahan bangunan lainnya. Hingga saat ini, sebanyak 62 negara telah melarang penggunaan asbes.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa segala bentuk asbes dapat menyebabkan penyakit serius, termasuk mesothelioma (kanker yang menyerang lapisan paru-paru), kanker paru-paru, asbestosis (jaringan parut pada paru-paru), dan penebalan pleura.
Dampak pada Rumah Tangga di Indonesia
Di Indonesia, meski sebagian besar rumah telah menggunakan genteng (54,94 persen) sebagai bahan bangunan utama untuk atap, penggunaan asbes masih tercatat sebesar 9,68 persen.
Hal ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi Indikator Perumahan dan Lingkungan 2024, sebagaimana dilansir kompas.com.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (57,49 persen) dan DKI Jakarta (54,68 persen) mencatat penggunaan asbes tertinggi di Indonesia. BPS mengingatkan bahwa penggunaan asbes berisiko terhadap kesehatan penghuni rumah.
Selain membahayakan kesehatan, asbes juga dinilai kurang estetis untuk bangunan modern. Material ini mudah pecah dan cenderung membuat ruangan terasa lebih panas dibandingkan atap dari genteng tanah liat atau beton.
Tren Penggunaan Material Atap yang Berubah
Seiring waktu, asbes kini lebih banyak digunakan untuk bangunan industri seperti pabrik dan gudang. Sementara itu, masyarakat mulai beralih ke material yang lebih aman.
Pemilihan material atap rumah kini tidak hanya mempertimbangkan estetika, tetapi juga keamanan dan kesehatan penghuni. Beberapa bahan atap direkomendasikan karena bebas dari zat berbahaya seperti asbes, yang telah terbukti menimbulkan risiko kesehatan serius.
Baca Juga: Perumnas Hadirkan Konsep Green Living di Kawasan Perumahan Kabupaten Bandung
Berikut ini adalah pilihan atap rumah yang aman dan ramah kesehatan:
- Genteng Tanah Liat
Genteng tanah liat merupakan material tradisional yang dibuat dari tanah liat yang dibakar hingga keras. Material ini bebas bahan berbahaya, tahan lama, dan memberikan sirkulasi udara yang baik. - Atap Beton
Atap beton dibuat dari beton pracetak yang kuat dan tahan terhadap cuaca ekstrem. Selain tahan lama, beton juga kedap suara dan tidak mengandung zat berbahaya. - Galvalum (Seng Berlapis Aluminium)
Galvalum, material ringan dari seng yang dilapisi aluminium dan silikon, menawarkan keunggulan seperti tahan karat, ramah lingkungan, dan mudah dipasang. - Serat Fiber Semen Non-Asbes
Material ini menjadi alternatif aman pengganti asbes. Dibuat dari campuran fiber dan semen, serat fiber non-asbes ringan dan tidak berbahaya bagi kesehatan. - Genteng Metal
Genteng metal terbuat dari logam tipis dengan lapisan pelindung antikarat. Selain ringan dan tahan lama, material ini bebas bahan berbahaya. - Kayu/Sirap
Atap kayu atau sirap yang berasal dari bilah kayu ulin atau jati menawarkan estetika alami. Material ini ramah lingkungan dan cocok untuk daerah beriklim sejuk.
Penggunaan material seperti asbes kini semakin ditinggalkan karena mengandung serat berbahaya yang dapat memicu gangguan pernapasan dan penyakit serius seperti kanker paru-paru. Pilihlah bahan atap yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bangunan agar memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penghuni.
Dengan banyaknya pilihan di pasaran, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memilih material atap yang tidak hanya estetik tetapi juga aman dan sehat. (*)