Sebuah proyek properti yang dibandrol Rp1 miliar sedang mempersiapkan rencana pemasaran yang paling mutakhir. Coba kita pahami sebentar siapa target pasar sebenarnya bila properti yang kita jual seharga Rp1 miliar. Dengan harga tersebut, konsumen yang ingin membeli dengan cicilan ke bank harus membayar minimal Rp10 juta per bulan yang artinya harus memiliki penghasilan kira-kira Rp30 juta per bulan dan tergolong konsumen segmen menengah-atas.
Mencermati hal tersebut maka sasaran konsumen sebagian besar mengarah ke Generasi X (tahun kelahiran 1963-1980) atau di atasnya, yang saat ini secara finansial relatif lebih mapan dibandingkan generasi di bawahnya yang sering disebut Generasi Milenial. Meskipun demikian ternyata rata-rata penghasilan Generasi X pun tidak cukup untuk properti seharga tersebut. Penghasilan rata-rata Generasi Milenial sebesar Rp6,2 juta per bulan dibandingkan Generasi X sebesar Rp17 juta per bulan.
Tingkat kemandirian dan kemapanan Generasi Milenial bahkan Generasi X di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara lainnya. Kaum generasi ini di negara lain relatif sudah dapat memiliki properti secara mandiri dengan penghasilan yang mencukupi. Agak berbeda dengan kondisi di Indonesia. Dengan batasan penghasilan yang ada tersebut, maka hanya properti seharga maksimal Rp 500 jutaan yang masih dapat dijangkau. Dengan harga lebih dari Rp 500 juta, generasi ini akan kesulitan untuk membayarnya.
Di sisi lain hunian seharga ini sudah semakin terbatas dan berada di pinggiran Jakarta. Kondisi membuat sebuah fenomena bahwa generasi ini masih perlu dibantu generasi di atasnya untuk dapat memiliki properti di usianya. Artinya para orang tua di Indonesia harus ‘turun tangan’ untuk membantu anak-anak mereka dalam memiliki properti. Siapakah orang tua tersebut? Generasi yang dianggap ‘orang tua’ pastinya sebagian merupakan Generasi X dan generasi di atasnya yaitu Generasi Baby Boomers (tahun kelahiran <1963).
Namun jangan salah. Generasi Milenial dan Generasi X mungkin akan menjadi penentu pengambil keputusan, karena lebih kaya wawasan dibandingkan Generasi Baby Boomers. Jadi siapa sasaran pasar sebenarnya? ●
