PropertyandtheCity – Nampaknya emiten properti yang tergolong papan atas pun tak luput dari kontraksi keungan, sebagaimana perusahaan properti kelas atas di China. Di Indonesia Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) mengalami tekanan kinerja keuangan sepanjang 2023.
APLN mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp 4,68 triliun, turun 46,0 persen dibandingkan Rp 8,66 triliun tahun sebelumnya. Sedangkan MPRO mencatatkan rugi bersih Rp38,95 miliar sepanjang 2023, turun 33,48% dibanding periode sama tahun lalu yang rugi Rp29,18 miliar, sebagaimana dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat, (31/10/2023).
Emiten properti Grup Mayapada milik keluarga taipan Dato’ Sri Tahir itu mengalami kerugian karena penjualan yang anjlok 62,26% menjadi Rp5,35 miliar periode Desember 2023 dibanding periode sama tahun 2022 yang sebesar Rp14,46 miliar.
Rinciannya, penjualan apartemen yang berkontribusi Rp4,23 miliar, service charge Rp1,13 miliar, dan ultilitas Rp84,98 juta.
Melansir bisnis.com (05/04), menurunnya penjualan itu berimbas ke beban pokok penjualan dan beban langsung perseroan menurun 43,89% menjadi Rp4,29 miliar dibanding periode Desember 2022 sebesar Rp7,64 miliar.
Alhasil, laba bruto perseroan juga turun 82,89% menjadi Rp1,16 miliar pada 2023, dibanding Rp6,81 miliar pada 2022.
Total aset MPRO mengalami penurunan tipis sebesar 0,87% menjadi Rp1,71 triliun pada akhir Desember 2023 dibandingkan dengan akhir tahun 2022 yang mencapai Rp1,72 triliun.
Baca juga: Laba Agung Podomoro Anjlok 46 Persen, Imbas Jual Aset Mal
Sementara itu, liabilitas perseroan meningkat menjadi Rp423,66 miliar pada akhir 2023 dari Rp399,65 miliar pada akhir 2022.
Perseroan mencatatkan utang bank kepada entitas sepengendali PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) sebesar Rp249,8 miliar pada tahun 2023.
Selain itu, ekuitas MPRO juga mengalami penurunan menjadi Rp1,28 triliun pada bulan Desember 2023 dibandingkan dengan akhir tahun 2022 yang sebesar Rp1,32 triliun. Kas dan setara kas pada akhir periode tercatat turun menjadi Rp6,30 miliar pada bulan Desember 2023 dari Rp36,80 miliar pada akhir tahun 2022.
Di Bursa Efek, saham MPRO mencatat penurunan sebesar 0,88% atau 15 poin menjadi Rp1.685 per saham pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (5/4/2024).
Kapitalisasi pasar MPRO tercatat sebesar 16,75 triliun. Selama 3 bulan terakhir, saham MPRO telah mengalami koreksi sebesar 15,33%, sementara sepanjang tahun ini turun sebesar 19,76%. (*)