Minggu, April 27, 2025

Top 5 This Week

Related Posts

Pasar Apartemen di Jakarta Lesu, Ini Alasannya

PropertyandTheCity.com, Jakarta – Pengembangan apartemen di Jakarta selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan ini adalah preferensi masyarakat Indonesia yang lebih condong memilih rumah tapak dibandingkan apartemen.

Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, Yunus Karim menjelaskan bahwa ketertarikan masyarakat terhadap apartemen masih kurang dibandingkan dengan rumah tapak. Kultur Indonesia dinilai masih berpegang pada keinginan memiliki tanah. Hal ini mencerminkan bahwa banyak masyarakat yang lebih menghargai kepemilikan tanah, yang dianggap lebih stabil dan menguntungkan dalam jangka panjang.

“Kita itu hidup di tanah, di jejak tanah, bahkan kita bisa lihat pengembang-pengembang juga menstrategikan akhirnya rumahnya tanahnya kecil, bangunannya kecil tapi yang penting landed house, not an apartment,” terang Yunus saat konferensi pers bersama media di Jakarta, Senin (14/5/2024).

Lebih lanjut, konsep apartemen sebenarnya masih relatif baru sejak tahun 2000-an dan lebih banyak diminati oleh masyarakat kelas menengah ke atas, sehingga kelas menengah ke bawah masih perlu beradaptasi.

“Konsep service charge yang mungkin belum ada di perumahan tapak atau mungkin kalau pun ada nggak sebesar itu. Bahwa, ‘sekarang apartemen sudah punya saya, saya masih harus bayar lagi per bulannya. Mending saya ngontrak deh kalau gitu’. Jadi ada hal-hal yang mungkin butuh waktu untuk diadaptasi,” tambah Yunus.

Yunus juga menyatakan bahwa permintaan apartemen masih lesu dibandingkan awal dekade tersebut. Masih ada apartemen yang belum diluncurkan, sehingga pasokan apartemen beberapa tahun terakhir terbatas.

“Itu adalah respon dari tingkat permintaan yang juga cukup soft, cukup relatif terbatas dibandingkan dengan tahun-tahun ketika 2013-2014. Yang memang para pembeli dari apartemen ini didominasi oleh individual investors,” ujar Yunus.

Para investor membeli untuk tujuan investasi, bukan untuk penggunaan pribadi, sehingga mereka lebih berhati-hati dan cenderung wait-and-see di masa perubahan ekonomi dan ketidakpastian. Apalagi ada potensi perubahan dalam investasi yang dapat mempengaruhi tingkat penjualan.

Yunus menyebutkan bahwa apartemen yang sedang diluncurkan saat ini dijual dalam kondisi belum selesai dibangun. Sekitar 26.000 unit sedang dipasarkan dengan 59% sudah terjual, berarti masih ada sekitar 41% yang belum terserap pasar.

Selain itu, pada triwulan pertama belum ada apartemen baru yang diluncurkan. Hal ini membuat kompetisi tetap stagnan, dan harga apartemen relatif stabil tanpa perubahan signifikan.

“Di 2023 hanya ada perubahan (harga) sekitar 1,1%. Kemudian di triwulan pertama ini sekitar 0,4%. Tapi memang kalau kita lihat untuk project by project basis, tetap ada proyek-proyek yang bisa mendapatkan respon positif dari pasar,” katanya.

Tak hanya itu, Yunus berpesan bahwa pengembang harus bisa menawarkan produk-produk yang unik, dengan lokasi yang baik, dibangun oleh pengembang yang reputable, memiliki aksesibilitas yang baik, serta ditunjang dengan ketentuan pembayaran yang menarik untuk meningkatkan keterjangkauan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles