Hermita tidak hanya sukses untuk dirinya sendiri, tetapi sukses menularkan ilmunya kepada anak buahnya. Di Manado ia menorehkan catatan penting untuk karirnya.
Kalau Anda punya ayam peliharaaan sedang wara-wiri di jalan raya, tiba-tiba ayam itu ketabrak mobil yang dikendarai oleh seorang wanita bernama Hermita. Anda marah wajar, tetapi tidak perlu lama-lama. Kerugian ayam yang mati akan diganti semuanya saat itu juga dengan mentransfer uang ke rekening Anda. Syaratnya Anda punya rekening BNI karena transfernya ke BNI. “Kalau tidak punya rekening BNI, saya bantu buka rekening di BNI. Bagi saya, ayam yang ketabrak bisa menjadi prospek. Pemilik ayam itu akan mengenal produk BNI,” ujar Hermita, GM Divisi Penjualan Konsumer BNI,
Luar biasa, ilustrasi yang diberikan oleh Hermita. Apapun harus bisa jadi prospek untuk memperkenalkan produk konsumer BNI. Ia mengibaratkan seorang sales ketika menemui seseorang, orang itu akhirnya hanya ingin ke BNI, ke bank lainnya mundur. Kalaupun sudah punya rekening bank lain, tambah satu lagi yaitu BNI. Kisah wanita yang menjadi bankir di BNI sejak tahun 1994 adalah kisah sukses, tidak hanya menjadi pemasar yang tangguh tetapi juga menjadi mentor bagi para yunior di BNI. “Kuncinya hanya satu, perbanyak knowledge, network dan harus terus belajar,” ujar Hermita, saat ditemui di Wisma 46, Kota BNI, lantai 31.
Pernah ditempatkan di berbagai wilayah Indonesia, menjadi gemblengan bagi wanita jebolan Fakultas Hukum, Univeristas Andalas, 1992 ini. Di daerah adrenalinnya bagai dipacu untuk memasarkan produk-produk konsumer BNI. Maklum, setiap daerah masyarakatnya punya karakter sendiri-sendiri. Salah satu kisahnya adalah ketika ditempatkan di Manado sebagai CEO BNI Region Manado, melakukan gerakan massal menabung.
Di Manado, Hermita melihat masyarakat Manado konsumtifnya terbilang tinggi. Baginya ini peluang untuk menyadarkan pentingnya menabung. Ia punya tekad menggalakkan budaya nabung di wilayah kerjanya yang mencakup wilayah Manado, Ternate dan Palu. Mulailah digagas program yang disebut “serbu” yaitu masuk ke sekolah, rumah ibadah, komunitas untuk menggalakkan menabung. Ia mendidik anak-anak sekolah untuk menabung walaupun jumlah tabungannya kecil. “Saya lakukan gerakan menabung dengan masuk ke sekolah, komunitas agar ada budaya menabung di sini,” ujarnya.
Budaya menabung terus digencarkan Hermita dengan masuk ke berbagai pelosok daerah Region Manado. Terutama anak-anak sekolah menjadi perhatiannya agar sejak usia dini memiliki budaya menabung. Sampai satu hari serentak menabung dengan jumlah 15.746 nasabah di seluruh wilayah yang dibawahinya. Aksinya ini membuat dirinya diganjar piagam penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia atas rekor Pemrakarsa Pembukaan Rekening Serentak secara Online Terbanyak. “Saya perintis pertama yang akhirnya mendapat rekor MURI,” ujar ibu, dua putri dan satu putra ini.
Saat di Region Manado, ia mengaku banyak hal yang diperoleh selama 1,5 tahun di tempatkan di Wilayah Manado. Banyak mendapat networking dari berbagai kalangan. Dari networking inilah ia bisa masuk ke berbagai komunitas dan instansi untuk menggerakan kesadaran menabung. Ia juga makin mengerti karakter satu wilayah dari wilayah lainnya, mulai dari tingkat pendidikan, kemampuan daya beli sampai style mereka sehari-hari. “Artinya, kalau kita membuat produk harus disesuaikan dengan karakter daerah masing-masing karena kemampuan mereka berbeda-beda,” ujarnya.
Tidak hanya jago untuk dirinya sendiri, tetapi juga jago dalam menularkan ilmunya kepada anak buah atau rekannya di BNI. Dikisahkan ada rekannya dalam satu tim taks force yang tidak mengerti sama sekali tentang produk BNI. Setiap kali bertemu nasabah, Hermita diminta untuk menemaninya. Tahu kondisi ini, Hermita kemudian meminta rekannya ini menguasai lebih dahulu program dan produk konsumer BNI. Tidak perlu banyak cukup dua atau tiga produk yang dikuasai.
“Ketika bertemu nasabah saya suruh dengarkan, pertemuan kedua begitu. Pada pertemuan ketiga boleh nyeletuk. Pertemuan keempat saya lepas. Sekarang teman ini menjadi the best. Kalau ada orang sukses tentu kita senang. Kalau perlu lebih sukses dari kita. Istilahnya learning by doing,” ujar Hermita, lulusan Master of Agribusiness Management dari IPB, tahun 2003.
Bagi Hermita, walaupun berbusa-busa menyuruh anak buahnya mengejar target, target dan target tetapi dirinya tidak terjun langsung, percuma saja. Ia terjun langsung ke lapangan tanpa mengenal lelah. Kalau dirinya tidak bisa memberi contoh, jangan berharap anak buahnya akan terpacu mengejar target. “Kalau kita nggak ada matinya, mereka akan malu. Leader itu harus role model. kalau kita ogah-ogahan turun, bagaimana menyuruh mereka ke lapangan,” ujarnya.
Hermita juga mendorong anak buahnya agar banyak membaca dan menimba ilmu dari orang-orang yang sudah berpengalaman dan yang lebih tinggi level-nya.
“Belajarlah dari orang yang lebih dari kita. Lebih jabatannya, lebih knowledge, lebih skill. Kalau dengan satu level, begitu-begitu saja karir kita. Tapi kalau belajar dari orang yang lebih di atas kita termotivasi,” ujarnya.
Sebagai wanita yang juga punya anak, Hermita memberlakukan anak buahnya seperti anaknya sendiri. Selalu memberi semangat. Kalau ada yang ulang tahun diberi ucapan selamat. Selalu menegur lebih dahulu dan mendatangi meja mereka. Sebuah kebanggaan bila pimpinan menyapa mereka lebih dahulu. Agar kemampuan mereka terasah terus, proses coaching serta mentoring harus dilakukan secara rutin.
Dengan pengalamannya yang segudang, wajar bila Harmita kemudian ditunjuk memberi pelatihan kepada para sales BNI, baik sales baru maupun yang re-fresh. Ia keliling ke seluruh wilayah dan cabang BNI seluruh Indonesia, mengajarkan berbagai hal tentang sales, evaluasi dan pencapaian kinerja. Mereka tidak hanya diberikan teori saja, tetapi yang penting how to. Di lapangan seperti apa dan bagaimana menghadapinya. Tetapi karena dirinya tidak sempat mendampingi semuanya, ia memberikan presentasi, clue-clue, dan mengadakan roleplay.
“Kalau sudah bagus, menjadi lebih bagus lagi. Yang kurang bagus, bagaimana bisa bagus. Membuat mereka menjadi lebih oke dan harus menjadi leader di market. Ilmu yang sedikit ini ingin saya transfer,” ujar peraih “The Best Consumer Banking Region” tahun 2013.
Ketika ditanya mengapa bisa bertahan selama 24 tahun di BNI, dan tidak tertarik mencari tantangan di bank lain. Menurut wanita yang hobi membaca ini, masih banyak yang bisa dikerjakan dan ditingkatkan di BNI. Bank pelat merah ini dinilai masih bisa lebih besar lagi dan menghargai para karyawannya. “BNI tempat bekerja yang punya visi dan misi yang bagus baik bagi karyawan maupun nasabah,” ujarnya. ● [Hendaru]