Propertyandthecity.com, Jakarta – Kondisi saat ini yang belum tahu kapan berakhirnya wabah Covid-19, nyaris tidak ada bank yang tidak terpukul. Bank BUMN maupun swasta sudah harus siap-siap menghadapi situasi terburuk. Tidak sedikit bank yang sudah terpikir untuk merevisi pertumbuhannya. Sektor properti yang terpukul akan berimbas pada bank penyedia KPR karena mayoritas masyarakat masih mengandalkan KPR untuk membeli rumah. Ancaman pelambatan bank-bank sudah di depan mata.
Heintje Mogi, Mortgage Business and Indirect Auto Group Head, CIMB Niaga, mengaku kondisi saat ini sudah pasti ada pelambatan. Padahal, kalau saja tidak ada wabah Covid-19 CIMB Niaga diyakini akan lebih baik dari tahun 2019. Dalam dua bulan di awal 2020 saja, lanjut Heintje, pencapaian CIMB Niaga sudah lebih bagus dibandingkan dua bulan tahun 2019. Dalam dua bulan ini CIMB Niaga sudah menyalurkan hampir Rp1,5 triliun.
Baca: CIMB Niaga Tawarkan KPR Smart Rate dengan Suku Bunga Transparan
“Di Bulan Januari sekitar Rp700 miliar kita salurkan KPR. Di bulan Februari sekitar Rp850 miliar. Jadi sebenarnya masih on track dari target,” ujar Heintje.
Menurut Heintje, menghadapi kondisi saat ini yang belum tahu kapan wabah Covid-19 berakhir, bank harus punya strategi yang lebih agresif, dan strategi harus diperbaharui.
“Terus terang micro marketing kita lakukan sekarang karena tidak ada lagi pameran besar. Lebih banyak dan lebih intensif lagi. Kalau kita tidak antisipasi dengan punya strategi yang agresif akan berat,” ujarnya.
Walaupun harus lebih agresif, lanjut Heintje, produk KPR CIMB Niaga tidak ingin mengikuti tren. CIMB Niaga harus membuat tren sendiri agar mortgage tetap hidup. Jangan mencari peluang tetapi menciptakan peluang. Pihaknya tidak hanya memasarkan kredit KPR tetapi juga pemasaran untuk rumah dan properti lainnya untuk antisipasi adanya pelambatan.
Baca: Berharap Sektor Properti Dapat Keringanan Kredit Bank
Heintje mengatakan tahun 2019 KPR CIMB Niaga bisa tumbuh hampir 13 persen. Selama tiga tahun berturut-turut KPR CIMB Niaga tumbuh selalu double digit. Tahun ini ditargetkan bisa tumbuh 15 persen. Dengan target yang besar ini pihaknya harus lebih kreatif.
Team yang dipimpinnya yang banyak diisi anak muda dituntut lebih intensif ke lapangan. Hampir setiap hari membuat kegiatan dengan para developer di seluruh Indonesia. Menggandeng pengembang untuk membuat kegiatan di sekitar lokasi properti.
“Kita juga membuat kegiatan anti mainstream, seperti bikin lari bareng. Bahkan, bikin spa bareng di Jawa Tengah dengan nasabah,” ujar Heintje.
Kini dengan kondisi merebaknya wabah Covid-19, Heintje menilai akan ada pelambatan ekonomi. Sekarang ini kecenderungannya global turun. Bank-bank mau tidak mau mungkin mengkoreksi pertumbuhannya di 2020.
Baca: BTN Siap Berikan Stimulus untuk Calon Konsumen KPR
“Saya rasa akan koreksi juga. Hanya saja sampai sekarang kita belum merevisi target,” ujarnya. (Hendaru)
??