Propertyandthecity.com – Potensi properti koridor timur Jakarta yang mencakup Bekasi, Karawang, hingga Purwakarta (Bekapur) akan terus tumbuh di tahun ini. Pengamat properti yang juga CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengungkapkan sejumlah data yang mendukung pertumbuhan di timur Jakarta tersebut.
Kabupaten Bekasi, kata dia terus mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu dampak pembangunan infrastruktur di timur Jakarta.
Kabupaten Bekasi memiliki basis ekonomi industri yang kuat dan terbesar di Asia Tenggara. Cikarang mampu menyumbang sebesar 34,46% Penanaman Modal Asing Nasional, serta 22-45% volume ekspor nasional.
Baca: Perkuat Properti Koridor Timur Jakarta, Enam Pengembang Bentuk Komite Bersama
Beberapa kawasan industri yang sudah berada di Cikarang, antara lain MM2100, Delta Silicon, EJIP, BIIE, Jababeka, dan Delta Mas.
“Koridor timur Jakarta mempunyai basis ekonomi terbesar dan tidak dimiliki wilayah lain. Bahkan infrastruktur di sana melebihi wilayah lainnya. Paling tidak ada 10 potensi infrastruktur di kawasan tersebut,” ujar Ali dalam acara Jakarta Eastern Corridor Market Highlight 2020, di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Senin (13/1/2020).
Keunggulan lainnya, sebut Ali, harga tanah di kawasan ini juga masih lebih terjangkau yang berkisar Rp5 – 12 juta/m2. “Relatif lebih rendah dibandingkan Koridor Barat yang telah lebih dahulu berkembang dengan rata-rata Rp9 – 17 juta/m2,” ungkapnya.
Meski demikian wilayah timur Jakarta ini juga memiliki beberapa kekurangan. Sebut Ali, image gersang dan kering masih melekat dengan area tersebut. Selain itu, masalah polusi udara dari industri ringan dan menengah, serta tempat pembuangan sampah juga sangat erat dengan timur Jakarta.
“Pengembang harus dapat menyediakan ruang terbuka hijau dan daerah resapan untuk dapat meredam dampak polusi dan meminimalisir image gersang,” kata Ali.
Segmen Menengah Bawah
Berdasarkan hasil riset Indonesia Property Watch, sebut Ali, properti dengan target pasar menengah bawah akan lebih dilirik dibandingkan dengan menengah atas. Kata dia, selama ini banyak pengembang fokus memasarkan hunian dengan harga Rp2 miliar ke atas.
“Sebelumnya, untuk segmen menengah atas memang cukup laku dibeli investor, tetapi saat ini investor mulai tiarap. Bahkan, kontribusinya ke depannya diperkirakan akan semakin turun,” terang Ali.
Lebih lanjut menurut Ali, kondisi pasar saat ini juga masih dibayangi mismatch. “Pengembang harus dapat menyediakan rumah di harga yang terjangkau. Saat ini yang paling banyak dicari dengan kisaran harga di bawah Rp1 miliar,” ungkapnya.
Baca: BEKAPUR Menuju MEGAPOLITAN Tahun 2045
Menurutnya, potensi penyerapannya pada segmen menengah bawah tersebut cukup besar, tetapi saat ini belum terlihat karena memang pasokannya masih terbatas.
“Jangan sampai semua pengembang berlomba-lomba menggarap pasar menengah atas, tetapi pasar yang gemuk ini yaitu segmen end user ditinggalkan,” pungkasnya.