Bagaimana BTN menghadapi situasi di tahun 2020 dampak dari pandemi Covid-19?
Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai sektor perekonomian di Indonesia termasuk perbankan. Bank BTN pun turut merasakan dampak dari pandemi ini. Penyaluran kredit sempat tertahan pada triwulan ke II 2020 karena adanya kebijakan PSBB dan sejumlah kantor yang wajib menjalankan WFH. Namun di tengah kesulitan selama pandemi Covid-19, Bank BTN dapat mencatatkan laba bersih Rp768 miliar pada Semester I 2020. Bank BTN terus berupaya untuk memberikan layanan dan kemudahan bagi masyarakat dalam pemenuhan sejuta rumah, walaupun kita semua tahu bahwa calon konsumen pun sedang wait and see ditambah dengan belum adanya
vaksin pada saat itu. BTN sangat terbantu dengan adanya tambahan kuota KPR SSB yang diberikan pemerintah ditengah pandemi Covid-19. Khusus BTN pemerintah memberikan tambahan kuota 146.000 unit rumah secara nasional. Sehingga membuat BTN semakin optimis terhadap meningkatknya realisasi penyaluran kredit sampai dengan akhir tahun 2020.
Terbukti BTN tetap konsisten dalam menjaga lini bisnis ditengah tekanan akibat pandemi. Tercatat laba BTN masih positif naik 39,72 persen year on year (yoy) atau senilai Rp1,12 triliun di Kuartal III 2020, naik dari Rp801 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Disamping itu pada kuartal III 2020, kredit dan pembiayaan yang disalurkan BTN untuk KPR senilai Rp196,51 triliun atau naik 1,39 persen yoy dari Rp193,8 triliun di Kuartal III 2019. KPR Subsidi masih menjadi penopang utama penyaluran kredit BTN yakni senilai
Rp116,32 triliun atau naik 4,19 persen yoy dari sebelumnya Rp111,64 triliun di tahun yang sama. Sedangkan untuk KPR Non Subsidi BTN juga telah menyalurkan senilai Rp80,18 triliun per Kuartal III 2020.
Apakah kondisi sama akan dihadapi di 2021 atau ada harapan bangkitnya properti?
Kita semua berharap akan ada geliat pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor properti di Tahun 2021. Didukung pula dengan telah didistribusikannya vaksin per 13 Januari 2021 lalu ke seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini membawa sentimen positif pemacu pertumbuhan ekonomi. Kemudian adanya optimisme pemerintah yang mematok pertumbuhan ekonomi dapat berkisar 4 persen-5 persen di tahun 2021. Ditambah lagi Bank Indonesia yang di awal tahun tetap menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di 3,75
persen per Januari 2021 membuat tren penurunan suku bunga kredit perbankan masih akan terus berlanjut di Tahun 2021 termasuk BTN Hal ini akan semakin mempermudah pihak developer memperoleh pinjaman untuk mengembangkan proyek-proyek baru dengan suku bunga kredit yang rendah.
Juga bagi calon pembeli rumah atau apartemen, semakin membantu mereka dalam memperoleh fasilitas pinjaman KPR/KPA di bank. Pandemi Covid-19 memang sangat memukul sektor properti. Kendati demikian harga properti masih cenderung stabil dan developer belum menaikkan harga propertinya. Ditambah developer masih terus memberikan gimmick promosi pada awal Tahun 2021 demi mendongkrak penjualannya yang sempat menurun di tahun lalu akibat pandemi Covid-19. Hal ini diprediksi akan menarik minat calon pembeli properti di tahun 2021. Diharapkan semua faktor ini dapat
mendorong sektor properti untuk bangkit dan tumbuh di tahun 2021, meskipun kita tahu pandemi Covid-19 masih belum berakhir.
Bicara target di 2021, ada yang bisa diceritakan dari BTN?
BTN optimis dan menargetkan pertumbuhan kredit pada Tahun 2021 bisa mencapai sekitar 7 – 8 persen yang didorong untuk penyaluran KPR. Optimisme ini didorong oleh sejumlah faktor di antaranya anggaran KPR Subsidi FLPP meningkat menjadi Rp16,63 triliun untuk
157.500 rumah pada tahun 2021. Ditambah angka backlog masih tercatat sebanyak 7 juta keluarga yang masih belum memiliki rumah. Untuk KPR Non Subsidi, kami fokuskan penyaluran kredit dengan rentang harga properti Rp300-750 juta atau segmen mass dan emerging affluent. Dimasa pandemi covid-19 ini memang masyarakat banyak yang wait and see dalam membeli hunian, tapi masih ada orang yang tetap membeli rumah sebagai kebutuhan tempat tinggal atau untuk ditempati oleh pasangan baru. Kami fokus pada segmen mass dan emerging affluent karena untuk rentang harga properti di atas Rp750 juta biasanya diperuntukan bagi kebutuhan investasi yang saat ini investasi cenderung ditunda.
Kemudian kerjasama kami dengan developer-developer mitra BTN juga turut andil dalam mendorong pertumbuhan realisasi KPR/KPA BTN.Kami buat program khusus dan menarik dengan developer dan kami tawarkan kepada konsumen. Tidak lupa kami juga menawarkan KPR/KPA kepada mitra instansi yang sudah kerjasama B2B payroll maupun
kolektif dengan BTN. Saat ini tipe penjualan sudah tidak dengan cara retail namun bulk. Jadi diharapkan BTN dapat mempertemukan supply (developer) dan demand (pegawai instansi) untuk dapat kami berikan fasilitas pembiayaan KPR. Kemudian kami juga mendorong kerjasama dengan agent properti mitra yang telah bekerjasama dengan BTN
untuk memperoleh potensi kredit KPR/KPA. Kami optimis dari berbagai sumber potensi kredit tersebut, BTN dapat mencapai target realisasi kredit khususnya KPR/KPA di tahun 2021.
Segmen apa yang menjanjikan di 2021?
Segmen yang saat ini diminati pasar yakni segmen dengan harga jual properti antara Rp300 juta sampai Rp750 juta atau segmen mass dan emerging affluent. Di era pandemi Covid-19 ini, masih banyak konsumen atau end user yang membutuhkan hunian untuk dihuni sebagai tempat tinggal. Untuk harga di atas Rp1 miliar menunjukkan tren penurunan karena dengan harga tersebut biasanya orang cenderung menggunakan properti untuk investasi, sedangkan dimasa pandemi ini orang sedang menggunakan dananya untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak dibanding membeli rumah untuk investasi.● [Hen]